Ceramah Master Cheng Yen: Membalas Budi Luhur Orang Tua dan Menumbuhkan Jiwa Kebijaksanaan

Saya sangat berterima kasih. Kali ini, relawan Tzu Chi di Taitung sangat bekerja keras untuk menggelar pementasan adaptasi Sutra Bakti Seorang Anak. Mereka tidak takut untuk bekerja keras. Selain itu, kali ini relawan Tzu Chi Taitung yang berinisiatif untuk mengadakan pementasan ini. Saya dapat melihat ketekunan dan semangat setiap orang. Saya juga mendengar para partisipan, baik warga setempat maupun relawan Tzu Chi yang berbagi kesan mereka setelah mengikuti pementasan itu.

“Pada bulan Juni, saya melihat kakak-kakak Tzu Chi ke sekolah untuk mengadakan latihan secara kelompok. Saya berpikir, sekolah kami mementaskan bagian “Jalinan Jodoh” yang hanya berdurasi selama 2 menit, apakah perlu berlatih selama berhari-hari? Setelah melihat mereka menjalani latihan, saya baru menyadari bahwa kakak-kakak Tzu Chi menjelaskan kisah di balik lagu itu secara mendetail kepada anak-anak. Contohnya, mengapa Buddha berkata kepada Ananda untuk bersujud dengan sikap hormat kepada setumpuk tulang di pinggir jalan? Karena mungkin tulang itu adalah milik keluarga atau orang tua kita di kehidupan lampau. Kakak-kakak Tzu Chi menceritakan kisah-kisah itu kepada anak-anak. Lewat kisah di dalam Sutra, mereka memberi tahu anak-anak pahala dari kebajikan dan sikap bakti. Saya yakin, setelah mengikuti pementasan itu, anak-anak kami dapat senantiasa mengingat budi luhur orang tua dan kasih sayang masyarakat di dalam hati mereka. Saya yakin ini adalah pencapaian terbesar dari pementasan ini,” ucap Zhang Yue-zhao, Kepala Sekolah Dasar Guoming.

“Saya mementaskan bagian “Kesalahan Anak”. Yang paling berkesan adalah bagian saat saya dipukul, lalu ada seorang ibu yang datang memapah saya. Saat melihat wajahnya, saya teringat pada ibu saya. Dalam keseharian, ibu saya juga demikian. Adakalanya, saat saya membangkang, ibu saya akan terus memberi nasihat, tetapi saya enggan mendengarnya. Namun, ketika saya melakukan kesalahan, ibu saya selalu berada di sana untuk saya. Saya merasa sangat bersalah kepada ibu saya,” ucap salah satu pemeran pementasan.

doc tzu chi

Ada pula orang yang berperan sebagai orang tua. Generasi paruh baya ini bergumul di antara keluarga, karier, dan anak-anak mereka. Para perawat senior dari Rumah Sakit Tzu Chi Guanshan juga berpartisipasi dalam pementasan ini. Saat bekerja di rumah sakit, mereka berusaha untuk menyelamatkan kehidupan, menjaga kesehatan, dan melindungi cinta kasih pasien. Mereka menjalankan tanggung jawab masing-masing dengan baik. Kali ini, mereka juga berperan sebagai ibu dalam pementasan tersebut. Mereka yang berprofesi sebagai perawat harus memerhatikan anak-anak dan keluarga mereka, serta menjalankan tugas di rumah sakit.

Ini adalah tanggung jawab yang sangat berat. Ini membuat mereka memahami beginilah kehidupan ini. Mereka sungguh dapat memahaminya. Ya, mereka memperoleh pemahaman yang mendalam. Ini berarti mereka telah menyelami Sutra. Setelah menyelami Sutra, mereka kembali membabarkannya dengan gerakan tubuh. Setelah memahami dan menyerap ajaran di dalam Sutra, mereka kembali membabarkannya sehingga para penonton dapat memahami makna lirik lagu lewat gerakan tubuh para pemeran. Setiap peran di dalam pementasan itu meninggalkan kesan yang dalam. Baik orang tua, penonton, maupun relawan Tzu Chi, semuanya memperoleh pemahaman yang dalam.

doc tzu chi

Bodhisatwa sekalian, ini adalah persamuhan Dharma, bukan pertunjukan. Ia dapat membantu kita menumbuhkan jiwa kebijaksanaan. Ia tidak berlalu setelah pertunjukan usai. Tidak. Ia tidak seperti pipa air. Setelah air mengalir, tidak ada air yang tertinggal di dalam pipa. Kita harus memanfaatkan air itu untuk membasahi ladang batin kita dan mengairi benih kebajikan di dalam hati kita. Inilah jalinan jodoh.

Kita juga melihat di Taitung, lewat penggarapan proyek harapan kali ini, orang-orang mulai menaruh perhatian pada keselamatan sekolah dan murid. Dalam melakukan kegiatan, relawan Tzu Chi setempat mulai menanamkan kepercayaan diri. Dengan adanya kepercayaan diri dan kegiatan, mereka menjangkau komunitas mereka. Akhirnya, kali ini, akar Bodhisatwa telah tertanam dalam di dalam hati warga komunitas. Semoga akar ini dapat menjalar dan menjangkau tempat yang lebih luas. Dengan akar yang menjalar luas dan tertanam dalam, barulah pohon dapat bertumbuh besar dan mengakar kuat di Taiwan.

Kini kita harus merekrut lebih banyak Bodhisatwa dunia agar ada lebih banyak orang yang berbuat baik dan mengakumulasi jalinan jodoh baik. Kita sungguh harus mawas diri dan berhati tulus serta lebih banyak menyucikan hati manusia. Semakin banyak hati yang tersucikan dan semakin banyak benih Bodhisatwa yang tertanam, maka akan semakin banyak pohon yang bertumbuh. Sebutir benih tumbuh menjadi tak terhingga dan yang tak terhingga tumbuh dari satu benih. Asalkan ada satu orang yang memiliki keyakinan mendalam, maka orang itu bagaikan sebatang pohon. Begitu pohon itu bertumbuh, maka ia akan membentuk hutan yang rimbun. Ini karena sebatang pohon dapat menghasilkan benih yang tak terhingga.

doc tzu chi

Setiap tahun, pohon itu berbunga, berbuah, dan menghasilkan banyak benih lainnya. Inilah yang disebu tdi dalam Sutra Makna Tanpa Batas, “Sebutir benih tumbuh menjadi tak terhingga dan yang tak terhingga tumbuh dari satu benih”. Asalkan membangun tekad, maka setiap orang bagaikan sebutir benih yang dapat bertumbuh menjadi pohon besar. Selain itu, kita juga harus merekrut Bodhisatwa dunia. Saya berharap setiap orang dapat menyetujui hal ini dan memiliki keyakinan.

Di Taitung, arah yang benar sudah terpampang di hadapan kita. Jalan juga sudah dibentangkan dan diratakan. Kita harus berjalan bersama-sama. Kita harus bersama-sama membentangkan dan meratakan jalan di Taitung agar setiap orang dapat menapakinya dengan tenang. Singkat kata, saya berharap setiap orang yang sudah bergerak jangan berhenti. Saya juga berharap mulai sekarang Relawan Tzu Chi di Taitung dapat selamanya tekun dan bersemangat serta tidak berhenti untuk merekrut Bodhisatwa baru. Apakah kalian paham? (Paham) Saya sangat berterima kasih kepada kepala sekolah, guru, dan para murid. Saya lebih berterima kasih kepada perawat dan staf administrasi dari Rumah Sakit Tzu Chi Guanshan dan Yuli yang ikut berpartisipasi dan menjalani latihan. Tidaklah mudah bagi mereka untuk menjalani latihan karena mereka sangat sibuk. Namun, selama ada niat, mereka dapat meluangkan waktu untuk menjalani latihan bersama orang lain sehingga dapat mewujudkan pementasan yang dipuji banyak orang.

Saya sungguh berterima kasih. Saya juga berterima kasih kepada relawan Tzu Chi dari Taipei, Kaohsiung, dan Hualien yang turut membantu kegiatan ini. Banyak relawan yang turut membantu dalam kegiatan ini. Karena itu, saya sangat berterima kasih kepada setiap orang yang telah turut mengembangkan kekuatan cinta kasih.

Membabarkan ajaran lewat pementasan Sutra
Membalas budi luhur orang tua dan menumbuhkan jiwa kebijaksanaan
Menggarap proyek harapan dan ladang batin manusia
Tetap tekun dan bersemangat untuk merekrut Bodhisattva baru

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 3 September 2017

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 5 September 2017


Beriman hendaknya disertai kebijaksanaan, jangan hanya mengikuti apa yang dilakukan orang lain hingga membutakan mata hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -