Ceramah Master Cheng Yen: Membalas Budi Orang Tua dan Mempraktikkan Jalan Agung
“Saya memiliki enam saudara dan saya adalah anak keenam. Kakak tertua saya memiliki gangguan mental. Kakak kedua saya adalah pecandu alkohol. Kakak perempuan saya semuanya sudah menikah. Saat saya berusia 15 tahun, ayah saya meninggal dunia akibat bunuh diri. Meski hanya lulus sekolah dasar, saya punya keterampilan menata rambut. Saya harus menopang ekonomi keluarga. Begitu kakak kedua saya terlibat masalah akibat mabuk, saya harus mengurusnya sendirian. Tahun 1991, saya mulai melatih diri sendirian. Berkat sebuah jalinan jodoh, saya mendengar Master berkata bahwa kita tidak boleh hanya melatih diri sendiri. Kita harus bersumbangsih di tengah masyarakat. Saat suami saya keluar rumah untuk bekerja, saya juga keluar untuk melakukan daur ulang. Selama menjalankan ini, saya merasa bahwa kerisauan saya banyak berkurang, tubuh saya juga semakin sehat. Saya bisa merasa tenang,” ujar Wang Huang An-xing, relawan Tzu Chi.
“Tiga tahun lalu, saya menjadi ketua kelompok Xieli. Saat ada tugas yang menanti, saya juga memikul tanggung jawab dengan berani. Selama belasan tahun ini, saya juga berterima kasih atas kalimat Dharma dari Master. "Jangan lupakan tekad awal; pertahankan niat yang timbul seketika." Saya senantiasa mengingatnya di dalam hati dan akan terus berjalan di Jalan Bodhisatwa dari kehidupan ke kehidupan,” sambungnya.
Mendengar kisah hidup orang-orang, saya sering mengatakan bahwa kehidupan bagai sandiwara. Berhubung kehidupan ini bagai panggung sandiwara dan berhubung kita sudah berada di atas panggung ini, peran apa pun yang harus kita mainkan, entah itu memikul tanggung jawab atas keluarga ataupun peran lainnya, kita harus memerankannya dengan baik. Ini adalah sejarah kehidupan kita.
Terlahir ke dunia ini, kita harus menjalani kehidupan yang memiliki tujuan. Kita harus membalas budi dan berkontribusi. Jadi, saya berkata bahwa kita harus berbakti. Berbakti dan berbuat baik tidak dapat ditunda. Kita harus memanfaatkan waktu kita pada kehidupan ini. Buddha datang ke dunia demi satu tujuan mulia, yakni membimbing umat manusia.
Setiap orang harus bisa berintrospeksi dan memahami kebenaran dalam kehidupan.
Kita hendaknya menggunakan kebijaksanaan kita untuk mempraktikkan Jalan Bodhisatwa. Dengan menapaki Jalan Bodhisatwa, berarti kita juga membalas budi luhur orang tua karena tubuh kita adalah pemberian orang tua. Bagaimana kita membalasnya? Gunakan tubuh dan kehidupan kita ini untuk membawa manfaat bagi semua makhluk. Ini adalah pelimpahan jasa bagi orang tua kita. Jadi, orang tua memberi kita kehidupan. Kita harus menggunakan kehidupan kita untuk membuat keajaiban. Bukankah insan Tzu Chi menciptakan keajaiban?
Kita semua memupuk cinta kasih setetes demi setetes hingga dapat tersebar ke 119 negara. Tetes-tetes cinta kasih Tzu Chi telah tersebar ke separuh Bumi. Tetes-tetes cinta kasih insan Tzu Chi membasahi orang-orang yang menderita di dunia. Setelah mendapat bantuan kita, mungkin orang-orang ini mampu mengubah kehidupan mereka.
Kekuatan karma buruk yang membuat mereka menderita seumur hidup mungkin juga berlalu. Kehidupan mereka mungkin berubah dan kini mereka dapat membalas budi masyarakat lewat sumbangsih mereka. Ini mungkin saja. Betapa banyak keajaiban yang Tzu Chi ciptakan. Berapa banyak orang yang telah dibantu Tzu Chi? Sulit dihitung. Ini disebut tidak terhingga. Jadi, pahala insan Tzu Chi sungguh tak terhingga.
Bodhisatwa sekalian, kalian telah menghimpun tetes-tetes sumbangsih kalian. Jadi, saya sering mengatakan kepada kalian bahwa kita harus menggalang lebih banyak Bodhisatwa dunia. Untuk itu, sebelum mencapai kebuddhaan kita harus terlebih dahulu menjalin jodoh baik dengan banyak orang. Kita harus menjadi Bodhisatwa dari kehidupan ke kehidupan dalam setiap niat pikiran kita. Kita harus mempraktikkan Jalan Bodhisatwa untuk menolong semua makhluk.
Kita bukan hanya menolong fisik mereka dengan memberikan makanan atau pakaian sesaat. Bukan hanya itu. Kita juga harus menjaga jiwa kebijaksanaan. Jiwa kebijaksanaan harus terus berlanjut. Karena itu, kita harus sungguh-sungguh membimbing orang-orang untuk beralih dari tataran awam menjadi Bodhisatwa. Dengan begitu, barulah kita dapat benar-benar menyucikan dunia.
Bodhisatwa sekalian, kehidupan penuh penderitaan. Buddha datang untuk mengajarkan Jalan Bodhisatwa demi menyucikan hati manusia dan agar setiap orang dapat menjadi Bodhisatwa. Kita harus memiliki semangat Buddha serta mempraktikkan ajaran Buddha dan berjalan di Jalan Bodhisatwa. Belakangan ini saya terus mengingatkan kalian semua untuk membuka dan membentangkan jalan yang rata agar orang-orang dapat turut menapakinya. Kita harus membuka jalan agar orang-orangdapat menjadi Bodhisatwa. Ini adalah semangat misi kita.
“Para murid Jing Si di Kaohsiung, Gangshan, Qishan, dan Fengshan berikrar kepada Master. Terima kasih kepada Master yang telah mengaktifkan sisi welas asih kami sehingga kami mengerti bahwa sebuah Dharma membawa sebuah harapan. Empat Misi dan Delapan Jejak Dharma membawa puluhan ribu harapan. Master mengajarkan kepada kami cahaya misi amal yang menjadi pelita di dalam kegelapan serta cahaya misi kesehatan, yakni cahaya paling terang dari senyuman pasien. Kami bersedia menjadi berbagai perwujudan Master untuk membimbing Bodhisatwa dunia yang tak terhingga. Kami akan senantiasa mengikuti setiap langkah Master. Master, kami membutuhkan Master. Kami membutuhkan Master. Kami sungguh membutuhkan Master. Mohon agar Master senantiasa tinggal di dunia dan melanjutkan pembabaran Sutra Teratai.”
Bodhisatwa sekalian, saya sangat terharu. Dunia ini sungguh penuh kehangatan. Dunia ini sungguh dipenuhi Bodhisatwa. Setiap orang memiliki hakikat kebuddhaan. Setiap orang hendaknya mempraktikkan Jalan Bodhisatwa. Kita harus menggenggam waktu yang ada. Inilah arah tujuan kita seumur hidup ini. Sutra Teratai menunjukkan arah dan membuka jalan bagi kita. Kita harus sungguh-sungguh memandang penting isi Sutra Bunga Teratai.
Tujuan utama Buddha datang ke dunia ini ialah membabarkan Sutra Bunga Teratai. Saya katakan kepada kalian, Sutra Bunga Teratai selamanya tak akan habis dibabarkan. Jadi, saya berharap kalian semua menghayatinya dengan penuh kebijaksanaan. Kita semua harus meneruskan jiwa kebijaksanaan.
Sesuai permohononan kalian agar saya terus berada di dunia, kini saya sampaikan kepada kalian bahwa kalian hendaknya sungguh-sungguh menjaga dan meneruskan semangat serta jiwa kebijaksanaan saya. Paham? (Paham) Baik, semua orang hendaknya senantiasa tekun dan bersemangat dalam setiap langkah untuk mengembangkan berkah dan kebijaksanaan. Saya mendoakan semoga di Jalan Bodhisatwa, kalian senantiasa tekun dan bersemangat tanpa henti.
Membalas budi orang tua atas
kelahiran yang berharga
Mempraktikkan Sutra Teratai tanpa
henti
Melatih diri dan memberi manfaat
bagi makhluk lain
Meneruskan jiwa kebijaksanaan demi
mencapai Bodhi
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 14 Januari 2021