Ceramah Master Cheng Yen: Membalas Cinta Kasih Taiwan
Wali Kota Ipswich, Australia telah kembali ke Taiwan sebanyak 3 kali. Pada tahun 2011, Ipswich dilanda banjir. Berhubung insan Tzu Chi memberikan bantuan di sana, maka wali kota setempat sangat bersyukur. Sekitar empat tahun yang lalu, beliau datang ke Taiwan dan terlebih dahulu berkunjung ke RS Tzu Chi Taipei. “Saat menonton video itu dan melihat apa yang Master lalui untuk membangun rumah sakit, saya berlinang air mata dan sangat ingin menangis. Saya lalu menyadari bahwa semangat satu orang dapat menginspirasi seluruh dunia,” ujar Paul Pisasale.
Setelah mengajaknya melihat-lihat RS, kita memberinya sebuah celengan bambu. Keesokan harinya, dalam kereta api menuju Griya Jing Si, beliau teringat akan celengan bambu yang diberikan oleh Kepala RS Chao. Beliau lalu bertanya kepada Julia Wu, “Bolehkah saya menggunakan celengan ini untuk menggalang dana?” Julia Wu berkata, “Boleh, boleh.” Kemudian, beliau mulai menggalang dana dari gerbong ke gerbong. Sebagian penumpang menyumbangkan uang ke dalam celengan dengan antusias. Saat ada sebuah koin terjatuh, beliau bahkan membungkukkan badan untuk memungut koin tersebut dari lantai. Beliau sungguh mengagumkan.
Saat datang ke Hualien, beliau juga melakukan kunjungan kasih bersama insan Tzu Chi. Beliau sangat ramah dan bersabahat. Kekuatan cinta kasihnya yang menyentuh mulai berkembang. Beliau berjanji kepada saya bahwa setelah pulang, beliau akan menggunakan cinta kasih dalam mengelola kota. Beliau akan mencurahkan cinta kasih kepada warga kotanya.
Dua tahun yang lalu, beliau kembali lagi ke Taiwan dengan mengajak seorang kepala sekolah. Ini karena beberapa waktu sebelumnya, ada sekolah yang terkena dampak banjir. Insan Tzu Chi memberikan bantuan kepada sekolah tersebut. Karena itu, kepala sekolah juga datang ke Taiwan saat wali Kota Ipswich kembali untuk kedua kalinya. Belakangan ini, wali Kota Ipswich kembali lagi ke Taiwan.
Di Australia, saat Tzu Chi membagikan barang bantuan, wali Kota Ipswich juga turut berpartisipasi. Dalam suatu pembagian bantuan, saat orang-orang sedang menunggu untuk menerima barang bantuan, beliau tiba-tiba berkata, “Terjangan topan telah menimbulkan kerusakan di Taiwan. Saya akan segera pergi ke Taiwan. Biasanya, kitalah yang menerima cinta kasih dari Taiwan. Saya berharap kalian semua juga memberikan cinta kasih kalian agar saya bisa membawanya ke Taiwan.” Mendengar perkataannya, setiap orang berdonasi. Beliau menggalang dana dengan berlutut. Beliau memiliki hati yang murni bagaikan hati anak-anak. Banyak orang yang terinspirasi olehnya. Kali ini, beliau juga membawa sebuah bumerang. “Tidak perlu bersusah payah mencari cara untuk memberi perhatian dan cinta kasih ke seluruh Australia untuk menciptakan kedamaian di seluruh Australia. Saya rasa yang terpenting adalah dengan memperhatikan sesama, kita juga dapat memperoleh kedamaian,” ujarnya.
Jika dilempar ke udara, bumerang akan kembali. Itu dibuat oleh penduduk asli Australia. Beliau menjelaskan bahwa bumerang itu melambangkan cinta kasih yang kita berikan akan kembali kepada kita. Ini sungguh mengagumkan. Beliau juga mengajak seorang polisi yang sangat bersungguh hati.
Sebelum datang menemui saya, dia berkata kepada wali kota, “Anda berguru kepada Master. Saya juga ingin berguru kepada Master. Namun, saat menemui Master, saya harus berpakaian resmi.” Dia ingin mengenakan seragam resminya yang hanya dikenakan saat menghadiri acara besar. Untuk itu, dia harus mengajukan permohonan. Untuk mengenakan seragam resminya di negara lain, dia harus mengajukan permohonan. Permohonannya dikabulkan dalam dua minggu. Karena itulah, dia bisa mengenakan seragam resminya di sini dengan banyak tanda kehormatan di dadanya.
Dia berkata bahwa semua itu merupakan penghargaan dan dia mewakili banyak polisi lainnya yang biasanya menerima perhatian dari insan Tzu Chi. Dia kembali ke Taiwan dengan berpakaian resmi untuk berguru kepada saya. “Saya berharap dapat membantu sesama seperti Julia dan Tzu Chi yang telah menolong saya. Saya ingin lebih banyak anak menyadari bahwa tidak semua orang memiliki apa yang mereka miliki. Ada banyak orang di luar sana yang kekurangan kebutuhan primer, seperti makanan dan minuman,” tutur Jose Alonso, Polisi Queensland.
Seorang anggota dewan kota juga berguru kepada saya. Kembalinya cinta kasih seperti ini sungguh mengagumkan, menggemaskan, dan menyentuh. Sungguh, cinta kasih tidak membedakan kaya dan miskin. Sungguh, cinta kasih tidak membedakan kaya dan miskin.
Profesor Cuma yang berasal dari Suriah dan Relawan Hu juga kembali dari Turki selama berhari-hari untuk mengikuti Konferensi Tahunan TIMA dan berbagi bagaimana anak-anak pengungsi dari Suriah menerima pendidikan di Turki sekarang. “Akibat peperangan, banyak anak yang menjadi anak yatim piatu. Kini, mereka tinggal di negara asing dan berkelana dari satu tempat ke tempat lain. Ada banyak negara yang enggan menerima pengungsi dari Suriah. Namun, kita bisa melihat insan Tzu Chi yang menolong mereka dengan semangat cinta kasih Tzu Chi,” kata Cheryl Bromage, Anggota dewan Kota Ipswich.
Sesungguhnya, Profesor Cuma telah mengalami berbagai kesulitan. Kini putra sulung dan istrinya masih berada di Suriah. Putra bungsunya sangat beruntung dapat melarikan diri ke Jerman. Kini beliau berfokus dalam pendidikan lebih dari 2.000 anak pengungsi dari Suriah. Relawan Hu berkata kepada saya bahwa Profesor Cuma mendedikasikan setiap detik dan menit di Tzu Chi tanpa beban pikiran apa pun. Meski mengalami kesulitan yang begitu besar, beliau berkata bahwa semua itu adalah takdir. Takdir adalah sesuatu yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam agama Buddha juga sering disebutkan bahwa buah karma ditentukan oleh karma yang telah kita ciptakan sebelumnya.
Profesor Cuma berkata bahwa takdirnya sudah ditentukan di masa lalu. Singkat kata, semua prinsip kebenaran adalah sama. Para relawan di Turki sungguh-sungguh mengasihi lebih dari 2.000 anak di sana. Saat Taiwan dilanda bencana, mereka juga mengajak anak-anak itu berdonasi bagi Taiwan. Anak-anak menyumbangkan koin-koin ke dalam celengan. Meski hidup di tengah penderitaan, mereka tetap bisa membangkitkan cinta kasih tertulus sehingga bisa menciptakan Dunia Bunga Teratai.
Dunia Bunga Teratai meliputi dunia yang tak terhingga. Bagaikan teratai yang tidak ternodai meski tumbuh di kolam berlumpur, orang-orang yang hidup di tengah penderitaan juga tidak terkalahkan oleh penderitaan. Singkat kata, ini semua bergantung pada sebersit niat.
Semangat celengan bambu tersebar luas
Membalas cinta kasih Taiwan dengan cinta kasih
Mengatasi berbagai kesulitan untuk melindungi anak-anak
Bunga teratai tidak ternodai meski tumbuh di kolam berlumpur
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 25 September 2016
Sumber: Lentera Kehidupan- DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 27 September 2016