Ceramah Master Cheng Yen: Membangkitkan Cinta Kasih, Menghimpun Kebajikan, dan Berdoa untuk Perdamaian


Lihatlah perang Rusia dan Ukraina yang terjadi baru-baru ini. Jutaan warga melarikan diri dari negara mereka dengan berjalan kaki. Untuk melarikan diri ke negara tetangga, tidaklah mudah bagi mereka. Setelah menempuh perjalanan ratusan kilometer, mereka baru bisa memasuki negara tetangga. Itu sungguh sangat memilukan. Namun, beruntung ada cinta kasih di dunia ini. Orang-orang yang berjarak dua ribu kilometer dari wilayah perbatasan dapat mengetahui hal ini lewat berita.

“Ketika melihat foto-foto perang Rusia dan Ukraina, saya sungguh sangat terkejut. Ketika melihat begitu banyak pengungsi yang sedang menunggu di wilayah perbatasan, hati saya terketuk untuk menjemput mereka dengan mobil kemah saya. Saya memiliki sebuah rumah yang bekerja sama dengan Airbnb. Saya segera menghentikan iklan sewa rumah dan membatalkan pesanan agar para pengungsi dapat beristirahat di rumah besar yang lengkap fasilitasnya,” kata Yves Gineste Profesor Prancis.

Beliau berkendara dua ribu kilometer ke perbatasan Slowakia untuk menjemput para pengungsi yang tidak dikenalnya. Beliau menyediakan tempat tinggal gratis bagi para pengungsi. Cinta kasihnya telah mendorong beliau untuk pergi menjemput para pengungsi yang memiliki jalinan jodoh dengannya agar mereka bisa tinggal di rumahnya. Itu bukanlah hal yang mudah. Inilah cinta kasih yang diiringi tekad.

Bayangkanlah, beliau rela menempuh jarak yang begitu jauh. Beliau telah mencoba yang terbaik meski hanya dapat membantu segelintir pengungsi. Namun, sebersit niatnya sungguh sangat mengharukan. Andaikan ada lebih banyak orang yang memiliki niat seperti beliau, tentu akan ada lebih banyak pengungsi yang memperoleh tempat bernaung.


Ada ribuan orang yang bersedia membantu para pengungsi. Mereka menuliskan informasi tempat tinggal mereka di selembar kertas dalam bahasa Ukraina, bahasa Inggris, dan bahasa Rusia. Itu sungguh sangat luar biasa,” kata Natalia sukarelawan.

Saya ingin berkontribusi kembali kepada masyarakat dengan cara ini. Semua penghasilan dari penjualan borsch saya donasikan kepada organisasi-organisasi yang menyalurkan bantuan ke Ukraina,” kata Bill Chard pemilik restoran.

Saya terpikir akan para pengungsi yang sungguh sangat menderita. Sesungguhnya, di manakah mereka bisa tinggal? Ada anak-anak, orang dewasa, dan orang lansia. Ke manakah keluarga-keluarga itu akan pergi? Entah bagaimana masa depan mereka dan di mana tempat tinggal mereka. Mereka sungguh sangat menderita. Saya pun tidak sampai hati melihatnya.

Kemarin, saya bertemu dengan wakil kepala Divisi Kerohanian Tzu Chi, Bapak Shyong, beserta ketua badan misi amal, Bapak Yen. Kami melihat sebuah peta dan membahas tentang rute perjalanan para pengungsi. Sembari menunjuk ke peta, saya pun bertanya, "Apakah ada relawan Tzu Chi di sini? Ada berapa banyak relawan Tzu Chi di negara ini?"

Kami pun mencari dengan cermat di negara mana saja yang ada relawan Tzu Chi. Saat itulah kami menyadari, jumlahnya sangat sedikit. Di wilayah yang begitu luas dan terdiri atas banyak negara ini, sekalipun kita mencari berbagai cara untuk membangun koneksi dengan orang-orang di sana, tetap saja sedikit yang bisa terjangkau.


Saya terus membayangkan, andaikan ada lebih banyak relawan Tzu Chi di seluruh dunia, tentu akan ada lebih banyak orang yang menjaga dan memperhatikan satu sama lain. Dengan meningkatnya kekuatan cinta kasih dan bertambahnya orang yang memiliki cinta kasih berkesadaran, dunia akan tenteram dan penuh kehangatan.

Lihatlah di Afrika, ada sekelompok insan Tzu Chi yang telah menyelami Dharma. Ketika melihat orang-orang yang menderita, mereka pun bersedia untuk membantu. Ini karena ajaran Buddha telah meresap ke dalam hati mereka. Inilah ketulusan hati mereka dalam menerima Dharma. Jadi, mereka bisa bersumbangsih ketika melihat orang-orang yang menderita. Demikianlah mereka menapaki Jalan Bodhisatwa.

Sesungguhnya, Jalan Bodhisatwa tidak jauh dari kita. Itu ada di bawah telapak kaki kita dan di niat kita. Asalkan kita membangkitkan sebersit niat baik dan menuju ke arah yang benar, maka segala perbuatan kita adalah perbuatan baik. Semudah itulah kita dapat memperluas jangkauan kita, menyebarluaskan cinta kasih, dan memperpanjang jalinan kasih sayang kita. Itu tidak sulit untuk dilakukan.

Kita bisa menginspirasi satu atau dua orang hingga sekelompok orang untuk menjadi sukarelawan. Itu bisa kita lakukan. Asalkan kita membangkitkan sebersit niat, bertekad, dan menggunakan kekuatan dan waktu yang kita miliki, kita bisa menolong banyak orang. Jadi, kehidupan manusia tak luput dari waktu, ruang, dan hubungan antarmanusia. Manusia dapat saling menolong.


Bodhisatwa sekalian, inilah dunia yang damai dan harmonis. Bukankah ini kebahagiaan dalam kehidupan? Namun, lain halnya dengan situasi perang Rusia dan Ukraina serta situasi di wilayah perbatasan yang telah saya bahas sebelumnya. Para pengungsi yang melarikan diri sungguh sangat menderita.

Para pengungsi melarikan diri dalam ketakutan. Ada pula ibu yang menggandeng anak mereka sembari menggendong anak lainnya. Ke manakah keluarga ini akan pergi? Apakah seluruh keluarga mereka bisa aman dan selamat? Apakah mereka dapat menemukan tempat bernaung? Semuanya sulit diprediksi. Di manakah rumah yang aman bagi mereka? Mereka tidak bisa melihat masa depan mereka.

Bodhisatwa sekalian, mari kita sungguh-sungguh membangkitkan belas kasih dan cinta kasih kita. Meski tidak dapat pergi ke sana untuk membantu para pengungsi, kita dapat tulus mendoakan mereka. Untuk menunjukkan ketulusan, kita harus mencurahkan cinta kasih. Dengan menghimpun tetes-tetes cinta kasih, kita pun dapat membangun tekad dan ikrar. Ketika menginspirasi seseorang untuk membangkitkan cinta kasih, kita dapat memupuk pahala.

Penderitaan para pengungsi itu telah membangkitkan cinta kasih banyak orang. Jika energi cinta kasih dan kebaikan dapat ditingkatkan di dunia ini, semua makhluk dapat mengikis karma buruk yang berat serta membawa keharmonisan dan kebaikan bagi dunia ini.  

Para pengungsi melarikan diri demi menghindari perang
Para pengungsi berjalan tanpa arah tujuan
Mengantar kehangatan dan kedamaian bagi para pengungsi
Memperpanjang jalinan kasih sayang dan memperluas cinta kasih

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 07 Maret 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 09 Maret 2022
Hakikat terpenting dari pendidikan adalah mewariskan cinta kasih dan hati yang penuh rasa syukur dari satu generasi ke generasi berikutnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -