Ceramah Master Cheng Yen: Membangkitkan Cinta Kasih untuk Saling Memperhatikan

Pada tanggal 24 Agustus pukul 3.36 dini hari, saat semua orang masih terlelap, Italia tiba-tiba diguncang gempa bumi. Banyak orang yang tidak sempat menyelamatkan diri. Dalam waktu 4 jam berikutnya, terjadi lebih dari 60 kali gempa susulan. Untuk menyalurkan bantuan bencana ke sana masih sangat berbahaya. Dari rekaman udara, terlihat sebagian besar wilayah yang hancur. Sungguh membuat orang tidak tega melihatnya.

Wilayah tengah Myanmar juga diguncang gempa bumi berkekuatan 6,8 skala Richter. Gempa bumi yang terjadi dalam waktu sekejap membuat orang sulit menyelamatkan diri. Kekuatan gempa di Myanmar sangat besar. Dalam waktu sekejap, banyak rumah yang rusak. Banyak pagoda dan bangunan kuno di Myanmar juga rusak akibat gempa.

Kehidupan manusia tidak kekal. Kita sungguh harus berhati tulus. Kita juga melihat kondisi yang memprihatinkan di Yordania. Dari generasi ke generasi, suku Badui hidup kekurangan. Selama belasan tahun ini, relawan Tzu Chi membagikan bantuan bulanan kepada warga suku Badui. Namun, kali ini mereka terpaksa harus pindah. Relawan Tzu Chi sungguh merasa tidak tega.

“Ini adalah pembagian bantuan kami yang terakhir di Wadi Abdoun karena mereka terpaksa untuk pindah dari sini. Saya sangat bersyukur karena selama 15 tahun ini kami berkesempatan untuk menjalin jodoh baik di sini,” ujar Chen Qiu-hua, relawan Tzu Chi.

Relawan Tzu Chi Yordania sangat tidak tega terhadap anak-anak itu. Ke manakah mereka harus pindah? Mereka bahkan tidak membawa barang pindahan karena mereka tak memiliki apa-apa. Yang mereka miliki hanyalah barang bantuan dari Tzu Chi. Mereka pergi dengan membawa itu. Mereka harus meninggalkan tempat hunian mereka selama belasan tahun itu. Ke manakah mereka pergi? Kita tidak tahu.

Penderitaan di dunia sungguh banyak. Kita harus memanfaatkan waktu untuk menjadi saksi sejarah dan bersumbangsih bagi dunia. Setiap hari kita melihat banyak hal yang tercatat dalam sejarah Tzu Chi yang masih kita kenang hingga sekarang. Pada tahun 1991, saat wilayah timur Tiongkok dilanda bencana banjir parah, Tzu Chi mulai menyalurkan bantuan bencana internasional. Pada saat itu, saya mulai mengimbau orang untuk menghimpun cinta kasih guna membantu korban bencana di Tiongkok. Sejak itu, orang-orang mulai menghimpun dana.

Meski hanya satu koin, mereka tetap mengumpulkannya untuk membantu Tiongkok. Mengenang masa-masa itu, itu merupakan cinta kasih yang menjembatani Tiongkok dan Taiwan. Selain di Taiwan, kita juga mengajak relawan Tzu Chi di luar negeri untuk turut menggalang cinta kasih. Kini Tiongkok tergolong negara makmur dengan perekonomian yang stabil. Meski wilayah Tiongkok sangat besar, tetapi masih ada orang yang hidup kekurangan. Ditambah lagi, kondisi iklim yang ekstrem juga sering mendatangkan bencana di Tiongkok.

Karena itu, selama lebih dari 20 tahun ini, relawan Tzu Chi selalu mencurahkan perhatian bagi warga yang tinggal di kawasan terpencil. Tahun ini, saat Jiangsu diterjang topan tornado; Hubei dan Hunan dilanda bencana banjir besar, relawan Tzu Chi juga segera bergerak untuk menyurvei lokasi bencana dan membagikan bantuan. Meski tidak ada hubungan keluarga dengan para korban bencana, tetapi mereka dapat memberi rangkulan dengan erat. Secara berulang kali, relawan kita mengunjungi para korban di tempat penampungan sementara dan warga yang sudah kembali ke rumah masing-masing.

Lihatlah, relawan kita bukan hanya membantu orang kurang mampu, tetapi juga membantu warga yang dilanda bencana. Mereka telah berhasil melakukannya. Setelah terjalin hubungan yang baik, relawan kita mulai berbagi ajaran Buddha dengan para korban bencana agar mereka memahami hukum sebab akibat dan karma buruk kolektif.

Mengapa suhu Bumi semakin meningkat? Karena keinginan manusia yang tiada batas. Manusia tidak pernah merasa cukup dan selalu menginginkan lebih banyak. Karena itu, Master berkata bahwa saat membeli sesuatu, kita harus bertanya pada diri sendiri, “Kita hanya sekadar menginginkannya atau membutuhkannya?” Sering kali kita membeli sesuatu hanya karena menginginkannya. Itulah nafsu keinginan kita. 

Jika setiap orang dapat mengurangi nafsu keinginan, maka hati manusia dapat tersucikan, kehidupan masyarakat dapat harmonis, dan dunia dapat bebas dari bencana. Perlahan-lahan, mereka berbagi konsep pelestarian lingkungan dan mendukung warga untuk mendirikan titik daur ulang di setiap desa. “Ajak adik-adik untuk melakukan daur ulang. Adik sangat pintar. Saya masih bisa melakukannya. Kalian telah membantu kami. Kami juga ingin membantu sesama. Kita harus bersyukur dan tahu berpuas diri,” ucap Zou Shuling, Warga.

“Apakah Anda tahu berapa jumlah uang yang ada di dalam amplop?

“Tidak tahu.”

“Tidak tahu, tetapi Anda mendonasikan 100 yuan?”

“Ya, benar.”

Cinta kasih warga setempat telah terbangkitkan. Mereka turut mengulurkan sepasang tangan untuk melakukan daur ulang dan melindungi bumi ini. Sebuah kontribusi kecil dapat memberi manfaat bagi orang lain. Dengan adanya cinta kasih, maka mereka tak akan merasa menderita. Setelah memperkaya batin, mereka dapat melenyapkan penderitaan karena hidup kekurangan. Dengan membangkitkan cinta kasih dan memperkaya batin, mereka dapat membantu semua orang di dunia.

Lihatlah orang yang berada juga terinspirasi untuk membantu orang kurang mampu. Bahkan anak-anak dan kaum lansia juga terinspirasi. Mereka telah melepaskan penderitaan dan membangkitkan cinta kasih. Sungguh, asalkan melakukan tindakan nyata untuk bersumbangsih dengan penuh cinta kasih maka kita dapat melenyapkan noda batin dan merasakan kedamaian. Semua itu membutuhkan cinta kasih. Singkat kata, ajaran Buddha ada di dunia dan di dalam keseharian kita. Kita hendaknya mengembangkan kekuatan cinta kasih.

Kekuatan gempa yang dahsyat menghancurkan bangunan kuno

Warga kurang mampu kesulitan untuk mencari tempat tinggal

Bumi ini bagaikan sebuah rumah besar

Semoga semua orang di dunia dapat saling memperhatikan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 25 Agustus 2016

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina Ditayangkan tanggal 27 Agustus 2016

Bila sewaktu menyumbangkan tenaga kita memperoleh kegembiraan, inilah yang disebut "rela memberi dengan sukacita".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -