Ceramah Master Cheng Yen: Membangkitkan Cinta Kasih yang Tulus demi Ketenteraman Dunia

Kapan wabah kali ini akan berlalu? Saya sangat berharap dan terus berdoa dengan tulus semoga setiap orang dapat sungguh-sungguh mulai bervegetaris dengan tulus agar wabah kali ini dapat segera berlalu. Tentu, untuk itu manusia perlu mengendalikan nafsu mulutnya.

Setiap hari, duduk di ruangan yang terbatas ini, saya berbagi dengan banyak orang lewat telekonferensi. Saya tidak pernah lupa memperlihatkan gambar orang dengan mulut yang besar dengan beberapa penjelasan di sana. Apa isinya? Dalam satu detik, 2.443 ekor hewan dimakan oleh manusia. Ini hanya dalam satu detik. Bagaimana dengan satu hari?

Dalam sehari, lebih dari 210 juta ekor hewan dimakan. Kalian sepertinya sudah sering mendengar saya mengatakan ini. Apakah kalian mengingatnya di dalam hati dan merenungkan bahwa angka-angka itu sangat berkaitan dengan mulut kita ini? Apakah semua itu berhubungan dengan diri kita? Ya.

Apakah semua itu berhubungan dengan wabah kali ini? Ya. Pasti ada hubungannya, karena penyakit masuk melalui mulut.


Wabah ini bukanlah perkara sehari semalam. Ini adalah hasil dari akumulasi dalam waktu yang panjang. Dalam sehari, lebih dari 200 juta ekor hewan dibunuh. Setiap ekor hewan yang mati itu telah mengakumulasi berbagai ratapan, kebencian, rasa dendam, dan keinginan untuk membalas. Janganlah kita tidak memercayainya. Semua ini telah terakumulasi dalam waktu lama.

Di dalam Sutra Buddha ada istilah kalpa. Kalpa adalah satuan waktu yang sangat panjang. Dalam waktu yang panjang, semua makhluk telah memupuk karma kolektif yang mendatangkan bencana bertubi-tubi. Berbagai bencana akan semakin sering terjadi.

Pada masa wabah kali ini, kita tetap harus beranjali dan bersyukur atas keselamatan yang masih kita miliki. Mengapa kita masih bisa selamat? Karena kita senantiasa mendengar Dharma dan senantiasa mengingatkan diri sendiri. Kita juga beranjali dan bertobat terhadap langit. Meski mulanya tidak banyak orang yang bertobat dan sadar, tetapi asalkan ada orang yang mulai menyerukan, suara ketulusan ini dapat terus bergema dan terhimpun. Pikiran yang tulus ini dapat terdengar oleh para Buddha dan Bodhisatwa. Bukankah kita juga berdoa setiap hari?

Kita berharap ketulusan kita ini dapat menjangkau para Buddha dan Bodhisatwa. Kita selalu berdoa dengan tulus. Apakah berdoa cukup dalam ucapan saja? Tidak ada gunanya. Ketulusan harus diungkapkan lewat praktik nyata.


Kita telah melihat berbagai dampak dari wabah penyakit kali ini. Berbagai bidang usaha terhenti. Banyak keluarga kekurangan makanan. Kita dapat melihat di berbagai negara terjadi banyak tragedi akibat wabah kali ini. Kita melihat semakin banyak orang yang menderita.

Di dunia ini, kita hendaknya berefleksi bahwa kita amat beruntung. Ini sungguh tidak mudah. Kita harus menyadari berkah dan merasa puas. Orang yang merasa puas, baru bisa bersyukur. Orang yang tahu bersyukur haruslah bersumbangsih.

Pada tahun 2011, tepatnya tanggal 25 Mei, saya mengingatkan semua orang bahwa harga pangan dunia meningkat. Hasil panen pun menurun dan banyak orang mengalami kelaparan. Kini, dunia juga kekurangan pangan. Kita hendaknya berusaha agar tidak perlu makan hingga seratus persen kenyang. Sesungguhnya, makan cukup 80 persen kenyang adalah yang paling menyehatkan. Sisihkan 20 persennya untuk menolong orang. Jadi, kita cukup makan 80 persen kenyang dan menyisihkan 20 persennya untuk menolong orang. Slogan ini pernah kita gaungkan sebelumnya.

Tahun ini, di tanggal yang sama, saya ingin mengatakan bahwa saat ini di Afrika dan India terjadi kelaparan dan serangan hama belalang. Ini adalah bencana alam. Kita yang tinggal di masa dan tempat yang tenteram hendaknya segera meningkatkan kewaspadaan. Saat melihat penderitaan, kita hendaknya segera bersyukur dan menyadari berkah. Orang yang menyadari berkah harus segera mengulurkan cinta kasih. Hanya cinta kasihlah yang membawa kekayaan batin.


Sesungguhnya, setiap hari saya mengatakan bahwa wabah kali ini adalah sebuah pelajaran besar. Saya berterima kasih karena para relawan setiap hari terus menyosialisasikan pola hidup bervegetaris. Saya semakin bersyukur saat ada orang yang menyambut imbauan ini.

Semoga pada masa wabah ini, semakin banyak orang tersadar dari kesesatan dan dapat mengembangkan cinta kasih. Dengan adanya cinta kasih, dunia akan tenteram dan wabah kali ini akan segera mereda.

Semoga semua orang dapat bersatu hati. Hanya kekuatan hatilah yang dapat meredam wabah. Kekuatan manusia tak dapat melawan wabah. Ketulusan hatilah kekuatan yang sesungguhnya. Inilah obat mujarab bagi wabah kali ini.

Akumulasi karma buruk kolektif mendatangkan bencana
Bencana wabah membawa masalah kemanusiaan
Berpaling dari kesesatan setelah menerima pelajaran besar
Membangkitkan kekayaan cinta kasih yang tulus demi ketenteraman dunia

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 25 Mei 2020     
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 27 Mei 2020
Apa yang kita lakukan hari ini adalah sejarah untuk hari esok.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -