Ceramah Master Cheng Yen: Membangkitkan Hakikat Kebuddhaan dan Menjalankan Praktik Bodhisatwa




Melihat para anggota TIMA kita, perasaan saya sungguh sangat rumit. Tahun-tahun sebelumnya, di saat seperti ini, anggota TIMA dari berbagai negara akan kembali ke kampung halaman batin untuk menikmati keindahan bulan pada Festival Kue Bulan.

Dalam 25 tahun terakhir, setiap tahun, para anggota TIMA kita kembali ke kampung halaman batin untuk bersama-sama menikmati keindahan bulan purnama pada Festival Kue Bulan. Namun, tahun ini berbeda dari sebelumnya.

Bulan tetap bulat sempurna dan langit tetap cerah, tetapi kita hanya dapat mendengar dan melihat satu sama lain secara daring. Meski kita terpisah jauh oleh jarak dan hanya terhubung secara daring, tetapi saya merasa bahwa hati kita sangat dekat. Kita semua mengungkapkan betapa kita merindukan satu sama lain.

Saya juga berharap kalian bisa kembali. Setiap tahun, inilah yang saya dambakan pada Festival Kue Bulan.


Waktu terus berlalu dengan cepat. Saya teringat akan sekelompok dokter TIMA yang tidak bisa lagi saya temui. Tahun ini, meski kalian tidak bisa kembali, tetapi setelah pandemi Covid-19 berakhir, kalian tetap bisa kembali.

Namun, ada belasan dokter yang tidak bisa kembali lagi. Saya tidak bisa lagi bertemu dengan mereka, tetapi saya akan selalu merindukan mereka.

Profesor Tseng Wen-ping, mantan kepala RS Tzu Chi Hualien, sudah bergabung dengan kita sejak kita memberikan pengobatan gratis. Beliau mendampingi saya ke wilayah terpencil untuk memberikan pengobatan gratis. Kemudian, beliau juga mendukung saya untuk mendirikan rumah sakit. Profesor Tseng Wen-ping telah memberikan dukungan besar pada saya dalam menjalankan misi kesehatan.

Profesor Tu Shih-mien juga mendampingi saya melewati perjalanan yang panjang. Beliau mendampingi saya sejak saya mempersiapkan pembangunan RS. Beliau juga merupakan kepala RS Tzu Chi Hualien yang pertama. Saya sungguh merindukannya.

Ada pula Profesor Yang Sze-piao yang meninggal dunia tahun ini pada usia 101 tahun. Dokter Leh Siu Chuan dari Filipina dan Dokter Lin Huei-ju dari Amerika Serikat juga sering kembali ke Griya Jing Si.

Selain itu, juga ada Dokter Meza dari Paraguay. Dahulu, pada bulan 8 Imlek setiap tahunnya, saya pasti bisa melihat Dokter Meza dari Paraguay. Para anggota TIMA senior kita hendaknya masih ingat tentang Dokter Meza.


Sungguh, ada banyak dokter yang saya rindukan. Saya tidak bisa lagi bertemu dengan mereka, tetapi saya yakin bahwa kelak kami akan bertemu kembali. Mereka pergi terlebih dahulu untuk membentangkan jalan dan menanti saya. Puluhan tahun kemudian, kami mungkin akan berkumpul kembali.

Misi kesehatan harus dijalankan dari kehidupan ke kehidupan karena manusia pasti membutuhkan pengobatan. Jadi, misi kesehatan harus dijalankan hingga selamanya.

Saya bersyukur atas misi kesehatan yang telah dijalankan selama lebih dari 30 tahun. Selain itu, kita telah memberikan pengobatan gratis selama 49 tahun, hampir 50 tahun.

Awalnya, kita membuka klinik pengobatan gratis di Jalan Ren Ai. Setelah kita membuka klinik pengobatan gratis, pasien kurang mampu yang datang untuk berobat semakin lama semakin banyak. Karena itu, selain memberikan pengobatan gratis di klinik, kita juga berpikir untuk mendirikan rumah sakit.

Kita mendirikan rumah sakit di Hualien karena di klinik kita, kita melihat banyak pasien yang kekurangan karena jatuh sakit. Manusia tidak terlepas dari penyakit dan yang paling menderita ialah didera kemiskinan dan penyakit sekaligus. Selain menolong orang yang kekurangan dan jatuh sakit, yang terpenting, kita harus bersama-sama membimbing mereka.



Kasus yang hendak saya bagikan ini ialah seorang pasien yang mencoba untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Meski nyawanya terselamatkan, tetapi mentalnya belum cukup kuat sehingga dia tetap menyerah pada diri sendiri. Dokter TIMA kita memperhatikan dan berinteraksi dengannya selama beberapa waktu. Akhirnya, dengan kekuatan kelembutan yang diajarkan oleh Master, kami mencairkan hatinya yang membeku,” kata Zhang Dong-xiang dokter TIMA.

“Setelah menjalani setahun lebih pemulihan, dia yang semula terbaring di ranjang dapat berjalan dengan baik di bawah pendampingan dan bantuan orang lain. Pada bulan Maret tahun ini, dia bisa berjalan menanjak sekitar 30 meter. Pada bulan April, kami merayakan ulang tahunnya. Dalam perayaan ulang tahun ini, dia sudah bisa berjalan tanpa menggunakan alat bantu jalan. Usai perayaan ulang tahun, inilah yang dia katakan untuk mengungkapkan rasa syukurnya,” lanjutnya.

“Pada bulan Juli, saat mengantarkan obat-obatan, relawan kita melihat bahwa dia sudah bisa naik sepeda motor sendiri untuk pergi menggunting rambut,” pungkasnya.

Melihat pasien sembuh dan bisa keluar rumah sendiri, ini merupakan balasan terbaik bagi para dokter.

Kehidupan tidaklah kekal. Kita hendaknya menggenggam jalinan jodoh dan waktu yang ada. Yang terpenting ialah mengembangkan nilai kehidupan. Karena itulah, saya sering berkata, "Semoga setiap Bodhisatwa kita dapat memiliki nilai kehidupan yang tinggi." Kita semua memiliki kehidupan yang bernilai.


Belakangan ini, saya sering berkata bahwa kita hendaknya menilik kehidupan diri sendiri. Sesungguhnya, berapa nilai kehidupan yang telah kita akumulasi?

Kita hendaklah bersumbangsih bagi dunia tanpa pamrih. Inilah cara yang paling mendasar untuk menciptakan pahala. Saya sering mengulas tentang pahala yang tak terhingga. Sungguh, pahala tidaklah terhitung. Dengan bersumbangsih bagi dunia, kita dapat menciptakan pahala yang tak terhingga bagi diri sendiri.

Para dokter TIMA kita bagaikan Buddha hidup yang menjadi penyelamat dalam kehidupan orang-orang. Saya berharap kalian dapat bertekad dan berikrar setiap hari untuk bersumbangsih di tengah masyarakat dan menjadi penyelamat dalam kehidupan orang lain.

Seperti yang sering saya katakan, dokter humanis bagaikan Buddha dan Bodhisatwa hidup yang datang untuk menjangkau makhluk yang menderita. Saya bersyukur kepada para relawan dan dokter. Terima kasih.   

Meski terpisah oleh jarak yang jauh, hati guru dan murid tetap dekat satu sama lain
Membangkitkan hakikat kebuddhaan dan menjalankan praktik Bodhisatwa
Bersiteguh menjalankan misi tanpa penyesalan hingga selamanya
Kehidupan tidaklah kekal, tetapi jiwa kebijaksanaan akan terus bertumbuh
 
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 23 September 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 25 September 2021 
Memiliki sepasang tangan yang sehat, tetapi tidak mau berusaha, sama saja seperti orang yang tidak memiliki tangan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -