Ceramah Master Cheng Yen: Membangkitkan Kebajikan dengan Cinta Kasih
Setiap hari kita melihat penderitaan di mana-mana. Di dunia ini, ada orang yang hidup sangat menderita dan harus bekerja keras untuk bertahan hidup. Contohnya di India Timur, ada sekelompok orang yang harus bekerja keras demi menopang kehidupan keluarganya. Mereka sungguh harus bekerja keras. Mereka harus menempuh perjalanan sejauh 80 kilometer. Dengan mengandalkan sebuah sepeda, mereka berangkat dari desa mereka untuk pergi berjualan batu bara. Sambil mendorong sepeda, mereka naik dan turun gunung. Satu kilogram batu bara dijual seharga 3 atau 4 dolar NT (sekitar 1.500 rupiah). Sungguh, orang yang memiliki berkah harus memandang lebih jauh ke depan. Kita harus tahu berhemat dan membantu orang yang membutuhkan. Kita harus bijak dalam menggunakan uang.
Dalam pembagian bantuan musim dingin di Ladysmith, Afrika Selatan, beras yang disediakan oleh Dewan Pertanian Taiwan tiba tepat waktu di sana sebelum kegiatan pembagian dimulai. Para warga di komunitas sangat gembira. Kemiskinan membuat hubungan antarsesama menjadi tidak dekat. Karena hubungan yang tidak dekat maka timbullah rasa tidak senang di dalam hati sehingga pertikaian pun tak terhindari. Selain itu, tingkat keamanan di sana juga tidak baik. Namun, selama jangka waktu yang panjang, relawan Tzu Chi berada di sana untuk berinteraksi dengan warga setempat dengan penuh kebijaksanaan dan welas asih. Di dalam komunitas tersebut terdapat panti jompo, panti asuhan, dan panti bagi anak-anak penyandang cacat.
Sejak beberapa tahun lalu, relawan Tzu Chi terus mengajak relawan setempat untuk berulang kali mencurahkan perhatian di sana. Meski harus menempuh bahaya, tetapi mereka tidak gentar. Karena itu, mereka banyak menjalin hubungan yang baik dengan warga setempat. Bantuan beras kita telah memperbaiki kondisi hidup warga setempat. Karena itu, dalam pembagian bantuan beras tahun ini sudah terbina sebuah kebiasaan, yaitu saat bertemu, mereka saling menyapa dengan mengucap, “Amitabha”. Komunitas yang mulanya penuh kekerasan kini perlahan-lahan menjadi sangat damai dan harmonis. Saat bertemu dengan orang lain, mereka saling mengucapkan “Amitabha”. Mereka tidak tahu apa makna dari “Amitabha”. Relawan Tzu Chi dari Taiwan sering pergi ke sana untuk mencurahkan perhatian dan cinta kasih untuk mereka sehingga membuat mereka merasakan kehangatan. Karena itu, setiap kali mengucapkan “Amitabha”, mereka teringat pada kasih sayang dan cinta kasih relawan Tzu Chi. Tali cinta kasih relawan Tzu Chi dapat kita lihat setiap hari.
Mencari dan Memberi Obat
Di Yordania terdapat sebuah keluarga asal Pakistan yang hidup berpindah-pindah tempat sesuai dengan kondisi iklim. Mengetahui bahwa di keluarga tersebut ada seorang ibu yang menderita penyakit, relawan Tzu Chi selalu rutin mengantar obat untuknya. Namun, setiap kali keluarga itu pindah, relawan harus menghabiskan waktu berjam-jam untuk mencari mereka. Ke mana pun mereka pindah, relawan selalu mencari mereka demi mengantarkan obat-obatan dan makanan. Mereka memberi bantuan obat-obatan, benda materi, dan uang. Bukankah ini isi lirik Mars Tzu Chi? Kita sungguh telah mempraktikkannya. Kita juga melihat pembagian bantuan beras di Filipina. Beberapa instansi pemerintah, walikota, dan lain-lain, datang untuk mengungkapkan rasa syukur mereka. Para warga juga sangat tersentuh atas bantuan relawan Tzu Chi. Karena itu, banyak dari mereka yang terinspirasi untuk menjadi relawan. Mereka juga mengerahkan tenaga untuk membantu orang memanggul beras. Beberapa orang bahkan berbagi beras yang mereka terima dengan tetangga. Mereka berbagi beras cinta kasih dari Taiwan dengan tetangga. Sungguh, banyak orang yang terinspirasi sehingga hati mereka dipenuhi keharmonisan.
Singkat kata, inilah kekuatan cinta kasih. Asalkan benih-benih dapat bertunas maka perlahan-lahan ia akan bertumbuh menjadi pohon besar. Tiada hal yang tidak bisa kita lakukan. Asalkan setiap orang bersedia untuk menebarkan benih cinta kasih maka meski orang yang menderita sekali pun juga dapat membangkitkan cinta kasih mereka. Berhubung hidup kekurangan dan tak mampu berdana dengan uang maka mereka memilah barang daur ulang hingga sangat bersih, lalu memberikannya kepada relawan Tzu Chi. Ini merupakan cara membalas budi yang terbaik.
Ada pula warga yang meski hidup kekurangan, tetapi mereka tetap menyisihkan uang. Meski hidup kekurangan, mereka tetap menyisihkan uang ke dalam botol plastik dan membawanya ke Tzu Chi untuk membalas budi. Mereka menghimpun tetes demi tetes cinta kasih lewat kegiatan daur ulang. Meski hidup kekurangan, mereka tetap menghemat uang untuk membantu orang lain. Ini merupakan cara untuk menyucikan hati manusia dan membina kebiasaan yang baik. Mereka sudah berhasil melakukannya, apakah kita tidak bisa?
Kita sungguh harus meneladani mereka dan hidup hemat. Kita harus bijak dalam menggunakan setiap donasi yang terkumpul. Janganlah kita bersikap boros karena orang yang memerlukan bantuan sungguh sangat banyak. Jadi, kita harus lebih banyak menginspirasi orang untuk menghimpun cinta kasih agar sumber mata air ini tidak terputus. Pada saat yang bersamaan, kita juga jangan terlalu memboroskan donasi yang sudah terkumpul. Seperti yang sering saya katakan bahwa kita harus menghargai air bagaikan emasSama halnya, kita harus bijak dalam menggunakan donasi yang terkumpul.
Menyadari berkah setelah melihat penderitaan dan senantiasa hidup berhemat
Mengendalikan temperamen buruk dan memperpanjang tali cinta kasih
Mengembangkan semangat untuk mengatasi kesulitan
Menghimpun tetes demi tetes cinta kasih
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 13 Oktober 2015
Ditayangkan tanggal 15 Oktober 2015