Ceramah Master Cheng Yen: Membangkitkan Kemurahan Hati dan Keberanian
“Jika sehelai jaket, rok, atau gaun terlihat bagus dan kita mampu membelinya, kita akan membelinya, tetapi lingkungan akan membayar harganya. Industri mode menghasilkan sepuluh persen dari kadar emisi karbon di dunia, lebih tinggi dari gabungan industri penerbangan dan perkapalan. Industri ini juga merupakan salah satu pengguna air terbesar di dunia dan memproduksi dua puluh persen dari air limbah di dunia,” kata Michelle Yeoh, bintang film internasional.
Kita telah melihat pencemaran terjadi akibat pola hidup manusia yang konsumtif. Banyak orang yang sesungguhnya memiliki banyak baju baru di lemari mereka, tetapi begitu memasuki butik, mereka pasti membeli baju baru lagi. Setelah beberapa tahun, lemari mereka terasa tidak muat lagi. Mereka lalu membuang baju-baju baru itu dan baju-baju itu langsung menjadi sampah. Banyak sekali orang seperti ini.
Semua ini adalah ketamakan batin. Bukan hanya boros dalam hal pakaian demi ketamakan dan kebanggaan diri sendiri sehingga menciptakan sampah, manusia juga banyak membuang makanan. Ketahuilah bahwa ada 800 juta orang di dunia yang mengalami kelaparan.
“Pada tahun 2017, terdapat 821 juta orang yang mengalami gizi buruk,” ujar José Graziano da Silva, Direktur Umur FAO.
“Perubahan iklim sungguh nyata. Ada sekitar 220 hingga 230 juta orang yang terkena dampak perubahan iklim dan terpaksa meninggalkan kampung halaman,” ucap David Beasley, Direktur Eksekutif WFP.
Namun, di negara-negara yang lebih maju, warga masyarakat pada umumnya tidak sadar telah melakukan pemborosan demi nafsu makan sesaat. Saya terus membahas bahwa dalam Konferensi Iklim COP24 di Polandia, sejak hari pertama hingga hari terakhir, Tzu Chi selalu mengikuti setiap sesi. Dua hari lalu, relawan dari Amerika Serikat kembali ke Griya Jing Si. Seperti yang mereka paparkan dalam konferensi tersebut, Tzu Chi terus memperhatikan segala hal mengenai perubahan iklim.
Kita telah memiliki kesepahaman, kesepakatan, dan tindakan bersama. Tindakan bersama ini diwujudkan dalam bentuk hidup hemat, melakukan daur ulang, dan bervegetaris. Bagi PBB, ketiga hal ini sulit dipromosikan, tetapi Tzu Chi telah merealisasikannya. Mereka juga telah melihat kegiatan pemilahan barang daur ulang Tzu Chi. Dalam kegiatan daur ulang Tzu Chi, terdapat banyak relawan lanjut usia. Para relawan melakukan pemilahan dengan teliti. Lewat tayangan, orang-orang yang hadir juga melihat bagaimana barang-barang dipilah dengan saksama dan kemudian diolah kembali menjadi serat, kain, lalu pakaian. Inilah daur ulang yang sesungguhnya. Ini juga disebut pengurangan emisi karbon.
Untuk menurunkan temperatur Bumi, para ahli memiliki pendapat dan pemahaman yang sama, yaitu pola hidup vegetaris. Pola hidup vegetaris berpengaruh pada pengurangan emisi karbon. Peternakan membutuhkan pakan ternak yang pemenuhannya harus berebut dengan pemenuhan pangan manusia karena hewan membutuhkan air, rumput, dan pakan dalam jumlah besar. Manusia telah banyak menghasilkan sampah yang tak terurai selama ratusan tahun sehingga menyebabkan pengerasan tanah. Akibatnya, tanah yang dapat ditanami tanaman pangan semakin sedikit.
Di dunia ini, sekitar 800 juta orang mengalami kekurangan pangan dan kelaparan. Di beberapa negara, kini tanah semakin kering sehingga tanaman tak dapat tumbuh. Semua ini adalah akumulasi dari ulah manusia. Hanya manusialah yang dapat mengurangi sampah dan mengubah pola makan. Demi nafsu makan, manusia membunuh banyak hewan. Setiap hari, banyak hewan yang meratap dengan penuh kebencian saat akan disembelih. Meski tidak membunuhnya secara langsung, tetapi Anda tetap terlibat dalam prosesnya karena hewan itu dibunuh untuk memenuhi kebutuhan kita.
Semua ini mengakumulasi karma buruk kolektif. Niat dan tindakan bersama membuat kekuatan karma terakumulasi. Tentu, ini terakumulasi dalam waktu lama. Karena itu, di dalam ajaran Buddha sering disebutkan tentang akumulasi selama berkalpa-kalpa. Setelah melewati beberapa kehidupan, akumulasi kebencian dan karma ini tidak hilang. Ia tetap akan terus terakumulasi. Jadi, saya berharap kita semua dapat menggenggam kehidupan ini. Mungkin dahulu kita tidak memahami ajaran Buddha dan tidak memahami hukum karma.
Hidup di masa ini, kita memiliki pemahaman atas hukum karma. Kita semua meyakini dan memahaminya. Karena itu, kita harus menggenggam waktu untuk terjun ke tengah masyarakat demi membimbing semua makhluk. Untuk itu, kita harus mulai dari diri sendiri. Saya berharap setiap orang memahami hal ini.
Kita melihat di Indonesia dua hari lalu terjadi letusan gunung berapi yang memicu terjadinya tsunami. Gelombang tsunami ini juga menyebabkan banyak orang meninggal. Tidak ada peringatan tsunami sebelumnya. Tsunami ini bukan dipicu oleh gempa bumi, melainkan oleh aktivitas gunung berapi di laut. Berhubung sudah dirusak oleh manusia, kini kondisi alam sulit untuk stabil.
Singkat kata, kita harus memanfaatkan waktu untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman serta melakukan tindakan nyata. Mengetahui saja tidaklah cukup. Pengetahuan harus diubah menjadi kebijaksanaan. Manusia harus memiliki kemurahan hati dan keberanian untuk bisa bertindak secara nyata. Untuk mengubah kebiasaan atau pola makan, tanpa adanya kemurahan hati, keberanian, dan tekad, tidaklah mungkin. Dibutuhkan kemurahan hati dan keberanian untuk dapat bertindak bersama.
Karena itu, saya meminta kalian untuk mengubah pengetahuan menjadi kebijaksanaan. Hanya dengan kebijaksanaan kita dapat membangkitkan kemurahan hati dan keberanian untuk mengubah pola makan kita. Kini saya menggunakan banyak waktu untuk mengulas hal ini dengan harapan kita dapat bertindak bersama di masa-masa kritis seperti saat ini.
Pada saat ini, kita harus mengubah pengetahuan menjadi kebijaksanaan. Semakin mendalami Sutra Bunga Teratai, kita semakin harus melakukan tindakan nyata. Jadi, saya berharap kita semua bersungguh hati untuk meningkatkan pemahaman dan melakukan tindakan nyata.
Ketamakan mengakumulasi karma yang membawa bencana
Meningkatkan kesadaran diri sendiri
Mengubah pengetahuan menjadi kebijaksanaan
Melakukan tindakan nyata dengan kemurahan hati dan keberanian
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 24 Desember 2018
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina
Ditayangkan tanggal 26 Desember 2018
Editor: Stefanny Doddy