Ceramah Master Cheng Yen: Membangkitkan Kesadaran dan Cinta Kasih
Saya baru berusia 21 tahun. Tahun ini saya berusia 14 tahun. Dikurangi 50 tahun, saya baru berusia 28 tahun. Tahun ini saya berusia 22 tahun. Saya baru berusia 25 tahun, masih muda. Saya mengingat kembali akan tenaga dan potensi saya ketika masih muda.
Dalam perjalanan kali ini, pencapaian terbaik saya adalah konsep “Bank Usia” yang bisa diterima oleh banyak orang.
Saya memelopori penggunaan “Bank Usia” dan berkata bahwa saya baru berusia 30-an tahun. Karena itu, para relawan lansia kita juga merasa kembali muda dan dipenuhi sukacita. Saat akan meninggalkan Taipei, saya melihat sekelompok anggota Tzu Cheng senior di lantai bawah. Kita bisa melihat barisan Tzu Cheng yang gagah. Meski sudah lanjut usia, mereka tetap penuh kekuatan. Mereka menyemangati satu sama lain.
Relawan
Li dan relawan lainnya berikrar bahwa mereka akan lebih bersemangat untuk
mengembangkan potensi kebajikan dan menjalankan fungsi masing-masing. Semua itu
sangat menyentuh. Semua orang memiliki tujuan yang sama, yakni menapaki Jalan
Bodhisatwa.
Dalam menapaki Jalan Bodhisatwa, yang terpenting adalah usia pikiran karena kesadaran hakiki kita tidak terbatas oleh usia kehidupan. Saya sering berkata bahwa sejak masa tanpa awal, setiap orang memiliki kesadaran hakiki yang setara dengan Buddha. Jadi, sejak masa tanpa awal, semua orang memiliki hakikat kebuddhaan. Kita tidak perlu melekat pada panjang atau pendeknya usia kehidupan. Yang terpenting adalah usia pikiran.
Dengan menjaga pikiran, kita bisa membangkitkan kesadaran yang tak terbatas. Jika kita bisa menghimpun kekuatan cinta kasih yang murni untuk menapaki Jalan Bodhisatwa, berarti kita mempraktikkan ajaran Mahayana yang merupakan muara dari Lima Kereta. Janganlah melekat pada kehidupan. Kita hendaknya menggenggam waktu dan kehidupan untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan. Inilah yang saya serukan di setiap tempat yang saya kunjungi kali ini.
Di Aula Jing Si Xindian, seorang relawan berusia 96 tahun dilantik. Di Sanchong dan Banqiao, saya juga melihat banyak relawan lansia yang berpartisipasi dalam lautan Dharma dengan kompak. Saya sangat memuji kesungguhan mereka dalam menampilkan lautan Dharma. Mereka bagai baru berusia 20-an, 30-an, dan 40-an tahun.
Kita
bisa melihat insan Tzu Chi mendedikasikan diri dengan sepenuh hati. Sebanyak 52
relawan yang baru dilantik berjalan ke hadapan saya dengan membawa seragam daur
ulang mereka dan berkata, “Master, relawan daur ulang. Sebelumnya kami adalah relawan
daur ulang. Kami sudah dilantik hari ini.”
Ada pula sekelompok relawan yang menulis surat untuk saya. Saya menerima berkotak-kotak surat. Setelah pulang, saya baru bisa membacanya dengan saksama. Mereka berkata bahwa tidak punya cukup waktu untuk berbicara dengan saya. Jadi, mereka dengan bijaksana menulis surat untuk saya.
Dalam perjalanan kali ini, saya belajar banyak hal. Ada relawan yang tidak leluasa berjalan, tetapi tetap sangat bersungguh hati. Ada pula yang telah lansia, tetapi tetap bersumbangsih dengan jiwa muda. Kita juga melihat sekelompok relawan yang menyatakan bahwa mereka menuruti nasihat saya. Mereka mengenakan sarung tangan dan helm saat menjalankan tugas. Pada malam hari, mereka juga mengenakan rompi keselamatan. Mereka ingin menyampaikan bahwa mereka menuruti nasihat saya agar saya bisa merasa tenang. Saya juga kembali mengingatkan mereka untuk terus menuruti nasihat saya.
Acara pada hari itu penuh kehangatan. Singkat kata, baik di Kompleks Tzu Chi Banqiao maupun Sanchong, semua relawan daur ulang sangat tertib. Baik di Sanchong maupun Banqiao, saya melihat lebih dari 4.000 relawan yang semuanya adalah relawan daur ulang. Itu sangat luar biasa. Itu sungguh tidak mudah. Saya sangat bersyukur.
Saya terus berkata bahwa kita harus menggenggam waktu dan kehidupan untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan. Inilah yang ingin saya sampaikan. Lihatlah di Taipei, ada seorang relawan berusia 100 tahun beserta istrinya. Dia telah melakukan daur ulang selama 20 tahun lebih. Dia dan istrinya melakukan daur ulang dengan kesatuan hati. Dia mengumpulkan barang-barang daur ulang demi mengasihi dan melindungi bumi. Dia bersumbangsih dengan pikiran yang murni hingga melupakan usianya. Hingga kini, dia masih melakukan daur ulang. Sungguh, kemurnian pikirannya membuat orang sangat tersentuh.
Yang ingin saya sampaikan sangat banyak. Kali ini, saya melakukan perjalanan dari wilayah utara ke wilayah tengah Taiwan. Kemarin, saya pergi ke sebuah posko daur ulang di bagian selatan Taichung. Relawan Lin sangat berdedikasi. Dia menyediakan sebuah tempat yang luas bagi Tzu Chi untuk dijadikan posko daur ulang. Begitu memasuki posko daur ulang itu, saya berkata, “Dingin sekali. Kalian para lansia sudah memilah begitu banyak barang daur ulang sepagi ini?” Mereka lalu berkata, “Tidak. Sekarang kami baru berusia 20-an hingga 30-an tahun.” Mereka masih berjiwa muda. Dengan berdiri tegap, mereka terlihat sangat muda.
Dari Taichung, saya melakukan perjalanan menuju Posko Daur Ulang Miaoli. Di sana, angin berembus kencang. Para Bodhisatwa lansia di sana tidak tahu bahwa saya akan berkunjung ke sana. Setelah tiba di sana, saya bersikeras untuk turun dari mobil. Embusan angin di dalam posko daur ulang lebih kencang daripada di luar. Berhubung posko daur ulang itu tak berpintu, maka angin juga berembus ke dalam. Saya mengatakan kepada mereka, “Jangan berdiri di sini, terlalu dingin. Saya mendoakan kalian. Cuaca di sini sangat dingin. Kembalilah ke dalam ruangan lebih awal agar tidak kedinginan. Di sini sangat dingin”.
Melihat beberapa relawan lansia di sana, saya menyuruh mereka untuk merapikan barang-barang daur ulang dan lekas masuk ke dalam ruangan untuk berbicara dengan saya. Kita bisa melihat kesungguhan hati mereka. Para Bodhisatwa lansia itu berkata, “Master, kami masih muda. Kami baru berusia 30-an hingga 40-an tahun.” Mereka masih sangat bersemangat. Saya sungguh sangat tersentuh.
Sungguh, janganlah kita memikirkan keinginan diri sendiri tanpa memperhatikan bahwa kenyamanan yang kita peroleh berasal dari sumbangsih banyak orang. Janganlah kita merasa bahwa kita sangat bersusah payah tanpa memperhatikan bahwa ada banyak orang yang bersumbangsih tanpa pamrih.
Singkat kata, kita hendaknya mengesampingkan kepentingan pribadi dan memikirkan mereka yang bersumbangsih bagi orang banyak. Saya sungguh sangat bersyukur kepada para Bodhisatwa lansia. Semangat mereka sungguh mengagumkan.
Membangkitkan kesadaran
yang tak terbatas dan
cinta kasih untuk selamanya
Mempraktikkan ajaran
Mahayana yang merupakan
muara dari Lima Kereta
Menggenggam kehidupan untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan
Bersyukur atas hasil kerja keras semua orang
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 6 Februari 2018
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 8 Februari 2018