Ceramah Master Cheng Yen: Membangkitkan Kesadaran Menuju Arah yang Benar
Setelah menonton berita, saya setiap hari merasa khawatir. Beberapa hari yang lalu baru terjadi gempa di Indonesia dan insan Tzu Chi baru memberikan bantuan bencana. Kemudian, terjadi lagi gempa berkekuatan 6,9 SR. Selain itu, kebakaran hutan di Amerika Serikat terus merambat hingga kini.
Setiap kali melihatnya, saya merasa semua itu sangat menakutkan dan mengkhawatirkan. Saat ini, orang-orang mengatakan bahwa cuaca sangat panas. Kita hanya merasakan suhunya sangat tinggi dan panas. Namun, apakah kita tahu berapa banyak orang yang hidup dalam panas yang membara? Selain itu, terjadi banjir yang merendam seluruh desa di Laos. Sangat sulit bagi kita untuk pergi memberikan bantuan. Mungkin harus melalui Thailand. Medannya tidak rata dan sulit dijangkau. Untuk pergi memberi bantuan, sungguh penuh dengan kesulitan.
Jadi, kita perlu mengevaluasi dari mana kita harus masuk ke negara itu. Kita juga mengetahui bahwa kehidupan rakyat di negara itu sangatlah sulit. Mereka membutuhkan bantuan dalam segala hal. Jadi, kita harus memulai misi bantuan kita, menebarkan benih cinta kasih, dan mendedikasikan diri di sana. Jadi, tahun ini kita terus mengimbau orang-orang berdoa dengan tulus dan satu hati. Semoga ketulusan kita saat berdoa bagi keamanan dan ketenteraman dunia terdengar oleh para dewa dan para Buddha.
Namun, sebelum berdoa, kita harus mengintrospeksi diri karena di bumi ini banyak bencana yang terjadi akibat ulah manusia. Manusialah yang terlebih dahulu merusak bumi, menguras sumber daya alam, dan lain-lain. Selama beberapa ratus tahun ini, selain bencana akibat ulah manusia, bumi juga terluka akibat ketamakan manusia. Semua ini terus terakumulasi menjadi kekuatan penghancur yang sangat menakutkan. Jadi, kita harus berdoa dengan sungguh-sungguh.
Kemarin, saya melihat insan Tzu Chi berdoa dengan tulus. Beberapa hari ini, banyak artis yang tampil di Aula Jing Si Kaohsiung. Tang Mei-yun juga menampilkan opera dengan sangat tulus. Semua pemainnya bervegetaris untuk menampilkan kisah Putri Jyotinetra. Mereka menampilkan opera di Kaohsiung selama 3 hari. Sebelum penampilan, mereka sudah bervegetaris.
Selain di Kaohsiung, juga ada penampilan di Taitung dan Taipei. Mereka juga tampil di Kantor Perwakilan Tzu Chi Songshan, Taipei. Kemarin mereka juga menampilkan Sutra Bakti Seorang Anak. Mereka juga membuat orang sangat tersentuh. Di antara para pemain itu, ada 5 orang yang merupakan mantan narapidana. Dahulu insan Tzu Chi terus mendampingi dan mengunjungi mereka di lembaga pemasyarakatan serta membimbing mereka sehingga mereka bisa menerima ajaran Buddha dan mengubah diri sendiri.
“Setelah dipenjara selama 15 tahun, tahun lalu saya keluar dari lapas. Ibu saya pernah mengunjungi saya di lapas dan berkata pada saya bahwa dia bersedia memberi saya kesempatan sekali lagi dan berharap setelah saya keluar, saya bisa memulai hidup baru. Namun, semuanya terlambat. Waktu saya pulang, ibu saya sudah meninggal dunia,” petikan wawancara Peng Wen-song, mantan narapidana.
Contohnya, Bapak Peng ini. Ketika dia keluar dari lapas, ibunya sudah meninggal dunia. Ketika memerankan drama, dia sungguh menangis dan bertobat dengan tulus di atas panggung. Ini adalah kisah nyata. Di atas panggung ada 5 orang mantan narapidana. Ketika memainkan peran anak pemberontak, anak tidak berbakti, dan lain-lain, mereka benar-benar bertobat dari lubuk hati yang terdalam.
Selain itu, yang lebih membuat saya tersentuh adalah acara doa di Taitung. Ini adalah sebuah jalinan jodoh yang sangat spesial. Topan Nepartak yang menerjang Taitung beberapa tahun yang lalu membawa kerusakan yang parah di wilayah Taimali. Sekolah-sekolah juga mengalami kerusakan parah. Jadi, pada saat itu, insan Tzu Chi tak hanya memberi bantuan dengan tepat waktu, melainkan juga membantu untuk membangun ulang sekolah dan memberi pendampingan dalam waktu yang panjang.
Kali ini para warga dari Taimali turut berpartisipasi dengan tulus dalam acara doa bersama. Sebanyak lebih dari seratus orang yang meliputi Pemerintah Kabupaten, warga, dan kepala sekolah mempersembahkan bunga serta buah-buahan untuk mendoakan semoga dunia aman, tenteram, dan bebas dari bencana. Inilah yang ingin saya lihat.
Setelah melihat acara doa bersama di Taitung, saya merasa sangat tersentuh. Inilah arah yang saya inginkan. Kita bisa melihat bahwa baik perwakilan dari Pemerintah Kabupaten maupun warga, semuanya naik ke panggung untuk berbagi pengalaman. Pejabat dari Biro Pelestarian Lingkungan juga berbagi tentang bagaimana melestarikan lingkungan.
Warga masyarakat suku asli juga berbagi tentang bagaimana insan Tzu Chi membantu mengubah gaya hidup mereka, membimbing untuk melakukan daur ulang, dan mengajak untuk bervegetaris demi menjaga kesehatan. Intinya, mereka telah mengubah kehidupan mereka menjadi lebih baik. Kepala sekolah, murid-murid, dan guru juga naik ke panggung untuk berbagi pengalaman. Ini sangat luar biasa.
Mereka tak hanya sekadar mengadakan kegiatan, tetapi juga berdoa dengan tulus semoga dunia aman dan tenteram. Yang paling penting adalah orang-orang tahu untuk bertobat. Sebagai manusia jika tak menyadari kesalahan sendiri, kita selamanya akan menjadi makhluk awam yang terus membuat kesalahan. Jadi, yang paling saya harapkan adalah orang-orang dapat memanfaatkan kehidupan dengan baik dan menumbuhkan jiwa kebijaksanaan. Inilah yang paling saya harapkan.
Bencana alam terus terjadi sehingga bantuan dibutuhkan segera
Mengintrospeksi diri serta berdoa semoga dunia aman dan tenteram
Tulus bertobat dengan bervegetaris dan berpartisipasi dalam pementasan
Membuat semangat pelestarian lingkungan semakin mengakar
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 6 Agustus 2018
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 8 Agustus 2018