Ceramah Master Cheng Yen: Membangkitkan Niat Baik untuk Menghibur Korban Bencana

Benda yang memiliki kenang-kenangan seperti foto dan lain lain, semuanya hilang. Kita harus mendoakan diri sendiri karena Anda sekeluarga aman dan selamat.

 “Ya, benar.Ini yang terpenting. Ada beras juga tidak ada gunanya. Tanpa panci dan kompor,kami tidak dapat memasak. Saya menyelamatkan diri dengan tangan kosong. Saya tak memiliki apa pun, “ kata seorang korban.

“Kami akan memikirkan jalan keluarnya, ya? Kami akan membantu kalian mencari jalan keluar agar kalian memiliki makanan, ya?,” ujar relawan Tzu Chi.

“Ya,” jawab seorang korban.

“Baik. Masalah terbesar adalah di sini tidak ada air dan aliran listrik. Jika tidak ada air, kita dapat membawanya kemari atau pergi membelinya. Setelah itu, kita dapat memasak makanan hangat. Kita dapat menyediakan makanan bagi mereka selama 1 minggu atau 10 hari,” kata relawan Tzu Chi.

“Baik,” jawab seorang korban.

Topan Nepartak melewati Taiwan dan menerjang Fujian, Tiongkok. Kondisi Fujian sangat parah. Beberapa wilayah di sana tergenang banjir. Relawan Tzu Chi setempat telah mulai bergerak untuk melakukan survei. Relawan Tzu Chi dari Taiwan yang berpengalaman juga pergi memberikan pendampingan dan mewariskan pengalaman mereka.

Kita dapat melihat relawan Tzu Chi telah tiba di lokasi bencana dan telah mulai berencana untuk menyiapkan makanan hangat. Tentu saja, jalan yang harus ditempuh masih sangat panjang. Kita masih terus memikirkan cara untuk menyalurkan bantuan dan memberikan pendampingan.

Sebelumnya, sekelompok korban bencana ini sudah hidup kekurangan. Kerusakan akibat bencana ini mungkin membuat mereka sulit untuk memulihkan kehidupan. Karena itu, dibutuhkan Bodhisatwa dunia untuk mengerahkan kekuatan cinta kasih. Kini kita telah mulai perlahan-lahan memberikan pendampingan. Tentu saja, ada beberapa relawan Tzu Chi dari Fujian yang rumahnya juga dilanda bencana. Akan tetapi, mereka tetap terjun untuk memberikan bantuan. Bodhisatwa selalu mengutamakan kepentingan umum dan mengesampingkan kepentingan sendiri. Mereka tengah menciptakan berkah.

Di Taiwan, Topan Nepartak sudah berlalu selama hampir 10 hari. Hingga kini, relawan Tzu Chi masih terus memberikan pendampingan. Kini kita telah bergerak menuju utara untuk menjangkau Desa Beinan dan sekitarnya. 

Kita mendapati bahwa Chulu juga mengalami kerusakan parah. Saat bertemu dengan relawan Tzu Chi, seorang warga tak kuasa diri untuk menangis di pundak relawan kita untuk melampiaskan kepedihannya.Inilah yang dilakukan Bodhisatwa dunia. Meski tidak ada hubungan dengan warga itu tetapi dengan cinta kasih tanpa mementingkan jalinan jodoh serta perasaan senasib dan sepenanggungan, relawan kita mengerahkan kekuatan cinta kasih untuk menenangkan hati para korban bencana.

Mengenai bagaimana cara membantu mereka, kita masih harus melakukan analisis dan memahami kondisi setempat. Di Desa Beinan, ada seorang ibu tunggal yang membesarkan empat orang anak. Sebentar lagi adalah masa pendaftaran sekolah. Bagaimana mungkin sang ibu ini tidak khawatir dan sedih melihat tanamannya yang sudah mendekati masa panen tiba-tiba rusak akibat topan? Inilah penderitaan sebagai orang tua. 

Kita dapat merasakan berbagai penderitaan di dunia ini. Bagaimana cara kita mengurangi penderitaan orang-orang itu? Jika hanya mengandalkan relawan Tzu Chi saja, maka tidaklah cukup. Kita membutuhkan setiap orang di dunia ini untuk membangkitkan niat baik dan cinta kasih untuk membantu orang yang membutuhkan. Jika setiap orang dapat turut mengerahkan sedikit kekuatan, maka akan membawa manfaat yang besar.

Selain Taiwan, pada bulan Mei lalu, Sri Lanka juga diguyur hujan lebat yang menyebabkan tanah longsor. Kita terus menunggu untuk menyalurkan bantuan. Akhirnya, pada dua atau tiga hari lalu, tim bantuan kita berhasil menginjakkan kaki di sana. Warga di sana hidup kekurangan dan sangat membutuhkan bantuan. Relawan Tzu Chi Taiwan juga pergi untuk membantu. Selain Taiwan, relawan Tzu Chi dari Singapura, Malaysia, dan relawan setempat juga pergi ke lokasi bencana untuk membagikan bantuan.

Relawan Tzu Chi di Durban, Afrika Selatan,juga telah mulai membagikan bantuan musim dingin.Perlahan-lahan, beberapa anak muda setempat pun terinspirasi untuk menjadi relawan. Mereka mengantarkan bantuan makanan ke rumah penerima bantuan yang tak sanggup keluar.

Di perjalanan, mereka melihat sekelompok orang tengah menyembelih kambing hidup-hidup. Pemandangannya sungguh mengerikan. Keluarga yang ingin mereka kunjungi adalah sepasang ibu dan anak yang menderita keterbatasan fisik. Sang anak bukan hanya berketerbatasan fisik, tetapi juga gemar minum minuman keras.Lingkungan hidup keluarga itu bagai di alam neraka, di mana ada sekelompok orang yang menyembelih kambing hidup-hidup. Pasangan ibu dan anak itu juga bergerak dengan cara merangkak di lantai. Kehidupan mereka sungguh penuh penderitaan. Buah karma langsung dan buah karma penopang mengondisikan mereka terlahir di sana tanpa dapat memilihnya.

Tidak jauh dari rumah itu, ada sekelompok orang yang mengonsumsi miras di sana. Saat relawan kita akan meninggalkan tempat itu, ada seorang pria mabuk yang mendekat untuk meminta barang bantuan. Seorang relawan muda kita, Bapak Chu berkata padanya, “Anda mabuk, tetapi Anda tidak miskin. Anda dapat berhenti mengonsumsi miras dan menjadi relawan bersama kami. Mendengar perkataan Relawan Chu,pria  itu berkata,“Baik, saya akan memperbaiki diri pria dan mempertimbangkan untuk menjadi relawan.” Setelah itu, dia pun pergi.

Relawan muda ini bernama Chu Heng-min. Dia adalah generasi kedua orang Taiwan di Afrika. Dia sangat tekun dan bersemangat. Selain berbuat baik, dia juga sangat tekun dan bersemangat untuk mendengar Dharma. Dia mengajak sekelompok relawan muda-mudi ke tempat yang terpencil untuk memperhatikan warga yang menderita. Dia juga menyemangati para pria suku Zulu untuk menjadi pria baik yang bertanggung jawab. Dia juga membimbing sekelompok anak muda di sana.

Intinya, untuk menapaki Jalan Bodhisatwa, kita harus mendalami Dharma dan membantu semua makhluk. Inilah semangat Bodhisatwa. Di satu sisi, kita harus terus mendalami Dharma dan di sisi lain,kita harus melakukan tindakan nyata untuk menyelamatkan semua makhluk. Kita dapat melihat banyak teladan seperti ini. Ini bukan hal yang tak mungkin tercapai. Asalkan memiliki niat,kita pasti dapat mencapainya.

Bergerak untuk membantu dan mendampingi para korban bencana

Memperhatikan semua orang dengan cinta kasih tanpa mementingkan jalinan jodoh

Terjun ke masyarakat untuk meringankan penderitaan dan membina bibit relawan baru

Terus mendalami Dharma dan membantu semua makhluk untuk menapaki Jalan Bodhisatwa

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 16 Juli 2016

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 18 Juli 2016
Umur kita akan terus berkurang, sedangkan jiwa kebijaksanaan kita justru akan terus bertambah seiring perjalanan waktu.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -