Ceramah Master Cheng Yen: Membangkitkan Semangat Altruisme
Mendengar bahwa setiap orang mendengar Dharma dengan sepenuh hati, saya sangat tersentuh dan gembira. Setelah mendengar Dharma, kita harus mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kini saya memberikan ceramah dalam kondisi tidak enak badan. Sebelum melakukan perjalanan, saya sangat bekerja keras sehingga bisa melakukan perjalanan saat ini. Saya bersiteguh untuk singgah di berbagai wilayah. Saya harus berusaha keras dan sangat menghargai kesempatan ini.
Dalam perjalanan kali ini, saya terus mengingatkan orang-orang untuk tidak melupakan tahun itu, orang-orang itu, dan tekad yang dibangkitkan saat itu. Inilah tema yang saya sampaikan. Sepanjang perjalanan saya dari Taipei, saya mendengar bagaimana para insan Tzu Chi menjalani kehidupan yang bermakna. Mereka selalu menolong orang yang menderita dan mengembangkan nilai kehidupan. Setelah membangkitkan tekad, mereka menjalankannya untuk mengembangkan nilai kehidupan mereka sehingga kehidupan mereka tidak sia-sia.
Lihatlah pascagempa 21 September 1999, insan Tzu Chi yang berseragam biru putih dari seluruh Taiwan berkumpul di lokasi bencana, terlebih insan Tzu Chi dari wilayah tengah. Mengenangnya sekarang, saya merasa bahwa ini berkaitan erat dengan kehidupan saya. Ini berkaitan lebih erat lagi dengan kalian yang berkontribusi saat itu. Kalian sudah menginjak lokasi bencana dan memberikan bantuan di sana secara langsung. Kita perlu mengenangnya.
Nilai kehidupan kita bergantung pada apa yang kita lakukan setelah lahir dan sebelum meninggal dunia. Saat itu, bagaimana kita bergerak untuk membantu? Bagaimana kita bersumbangsih dengan sepenuh hati? Mari kita kenang kembali. Saat itu, kita mendedikasikan diri untuk memberikan bantuan bencana. Saat ingatan kita masih segar, kita harus terus mengenangnya serta membangkitkan semangat altruisme dan jangan membiarkannya beristirahat dan tertidur.
Kita harus mengembangkan semangat ini serta memanfaatkan kehidupan dan waktu. Jangan biarkan diri sendiri kehilangan ingatan. Karena itulah, saya terus memberi tahu kalian bahwa ajaran Jing Si ialah giat mempraktikkan Jalan Kebenaran. Dalam mempraktikkan ajaran Jing Si, kita harus giat. Giat berarti tidak menyia-nyiakan waktu.
Ajaran kebenaran bukan hanya untuk dihafal, tetapi juga untuk dipraktikkan. Agar waktu tidak berlalu sia-sia, kita harus giat melatih diri. Jadi, ajaran Jing Si ialah giat mempraktikkan Jalan Kebenaran. Jalan Kebenaran ialah Jalan Bodhisatwa. Jadi, kita harus tekun dan bersemangat membuka Jalan Bodhisatwa. Jalan Bodhisatwa ini harus dibuka di dunia ini. Setelah membuka jalan, kita harus meratakannya agar dari sekarang hingga masa mendatang, setiap generasi bisa menapaki jalan demi jalan yang rata. Inilah yang disebut mazhab Tzu Chi.
Mazhab Tzu Chi ialah Jalan Bodhisatwa di dunia. Tujuan Tzu Chi ialah menggunakan Dharma untuk membawa manfaat bagi umat manusia dengan menjalankan praktik Bodhisatwa. Tujuan kita ialah membuka pintu agar orang-orang dapat memasuki pintu Dharma dan melapangkan hati untuk menapaki Jalan Bodhisatwa. Jadi, ajaran Jing Si ialah giat mempraktikkan Jalan Kebenaran dan mazhab Tzu Chi ialah Jalan Bodhisatwa di dunia. Buddha mengajari kita untuk menapaki jalan dan menuju arah yang benar.
Demi korban bencana di Afrika Timur, banyak orang membangkitkan cinta kasih. Insan Tzu Chi menghimpun kekuatan untuk memberikan bantuan. Mari kita menciptakan berkah dan memanfaatkan jalinan jodoh untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan. Dengan adanya jalinan jodoh ini, kita hendaknya tidak melupakan tekad awal kita dan membangkitkan cinta kasih orang-orang.
Dengan menghimpun tetes demi tetes cinta kasih, kita bisa menciptakan dunia yang murni tanpa noda. Menyucikan hati manusia berarti menjaga kesegaran udara dan melindungi bumi. Semoga kita bisa senantiasa dipenuhi berkah dan hidup tenteram. Dengan menyisihkan uang sedikit demi sedikit ke dalam celengan bambu, kelangsungan hidup kita tidak akan terganggu, bahkan kita bisa mendidik anak-anak. Anak-anak pada usia dini ini juga bisa menolong korban bencana di Afrika Timur untuk mengubah kekurangan menjadi kesejahteraan.
Lihat, inilah benih cinta kasih. Kita menabur benih cinta kasih di dalam hati anak-anak sehingga mereka bisa menggarap ladang berkah. Ini juga sejenis pendidikan. Dengan membina cinta kasih anak-anak setiap hari, sesungguhnya kita juga menumbuhkan jiwa kebijaksanaan kita.
Kehidupan kita terus berkurang seiring berlalunya detik demi detik. Kita harus menggenggam setiap detik dan setiap langkah untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan dengan tekun melatih diri. Kita harus menggenggam setiap detik dan langkah. Itulah yang saya lakukan sekarang. Kini, saya harus mengerahkan segenap tenaga demi memberikan ceramah.
Setiap kali memberikan ceramah, saya tidak tahu bisakah saya menyelesaikan ceramah saya. Saya memberikan ceramah dengan berpikir bahwa itu mungkin ceramah terakhir saya. Karena itulah, saya tak lagi menggunakan perumpamaan sekarang. Dahulu, saya masih berkata, “Santai saja, Dharma bisa dijelaskan lewat perumpamaan.” Kini, saya berbagi kisah-kisah nyata dan setiap kisah sangat menyentuh. Saya berharap setiap orang dapat mengenang kisah mereka sendiri dan kisah yang mereka saksikan sendiri. Kini saya tidak perlu berbagi kisah, kalian bisa mengenangnya sendiri.
Seiring berlalunya detik demi detik, kita maju selangkah demi selangkah. Berhubung waktu terus berlalu, kita harus melangkah secara langsung karena tidak ada orang yang bisa melakukannya untuk kita. Jadi, setiap orang hendaknya menggenggam waktu dan memanfaatkan kehidupan untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan.
Menggenggam detik demi detik untuk maju
selangkah demi selangkah
Menggenggam jalinan jodoh untuk mempraktikkan
Dharma
Membangkitkan semangat altruisme
Membuka dan membentangkan jalan agar bisa
ditapaki generasi penerus
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 14 Juli
2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV
Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie,
Marlina
Ditayangkan tanggal 16 Juli 2019