Ceramah Master Cheng Yen: Membangkitkan Welas Asih Anak-anak
Jangan melupakan niat baik yang kita bangkitkan karena sebersit niat baik sangat berharga. Kita juga harus menginspirasi niat baik orang lain. Dua hari yang lalu, ada sekelompok murid sekolah dasar dan menengah kita di Hualien yang datang ke Griya Jing Si dengan didampingi oleh para guru. Dengan penuh tata krama, mereka memberi tahu saya bahwa mereka telah lulus SD.
Mereka mengungkapkan rasa syukur kepada Tzu Chi yang menyediakan SD dengan lingkungan yang baik. Mereka juga bersyukur kepada guru yang mengajarkan ilmu pengetahuan dan membina cinta kasih mereka sehingga mereka bisa menerapkan semangat celengan bambu. Di mana pun bencana terjadi, semua murid akan mengumpulkan celengan bambu mereka untuk mempersembahkan cinta kasih dan donasi.
Akumulasi tetes demi tetes donasi dapat menolong orang yang membutuhkan. Semua murid membina cinta kasih dan mendonasikan isi celengan mereka. Berhubung murid-murid kita pernah mengikuti pertukaran pelajar, maka mereka membuat kerajinan tangan yang menunjukkan bendera nasional negara-negara yang mereka kunjungi. Mereka mengungkapkan rasa syukur atas kelulusan mereka. Inilah yang dilakukan anak-anak ini pada dua hari yang lalu.
Ini merupakan sejarah Tzu Chi tahun ini dan niat baik anak-anak. Pada tahun depan atau dua tahun yang akan datang, kita akan berbagi tentang anak-anak yang membangkitkan niat baik yang sama ini. Ini akan menjadi sejarah yang pantas kita kenang kembali. Kita juga harus menginspirasi niat baik orang lain. Menginspirasi orang berbuat baik harus dimulai dari pendidikan. Anak kecil bisa melakukan hal besar. Anak kecil pun bisa belajar berbuat baik dalam waktu satu hingga dua tahun. Demikianlah pendidikan cinta kasih.
“Saat kita menyadari dan menghargai berkah, kita akan mengembangkan potensi kita untuk menciptakan berkah dan menolong sesama. Jadi, kalian sungguh sangat luar biasa. Koin di dalam celengan bambu penuh dengan cinta kasih kalian,” kata Li Ling-hui, Kepala Sekolah Tzu Chi Hualien.
“Saya akan menggenggam kesempatan untuk menolong sesama dan mengembangkan potensi saya agar semua orang bisa hidup bahagia seperti saya,” kata Yang Wan-yu, murid SD Tzu Chi Hualien.
“Saat memasukkan uang ke dalam celengan, saya merasa sangat gembira karena terkumpul semakin banyak uang untuk menolong orang yang membutuhkan,” kata Lan Zhang-jing, murid SD Tzu Chi Hualien.
“Kini terjadi banyak bencana di seluruh dunia. Karena itu, lewat kegiatan ini, kita berharap bisa menolong korban bencana membangun kembali rumah mereka,” ujar Lin Cai-yin, murid SD Tzu Chi Hualien.
Kepala sekolah kita membangun tradisi yang baik, guru kita membimbing murid-murid ke arah yang benar, dan murid-murid kita bersedia untuk menerima bimbingan. guru kita membimbing murid-murid. Murid-murid kita menciptakan lingkaran cinta kasih dengan menyumbangkan isi celengan bambu mereka. Cinta kasih mereka tak pernah terputus. Saat melihat ada orang yang menderita, mereka segera memberikan bantuan. Ini sungguh pantas dipuji.
Jadi, janganlah melupakan tahun itu, orang yang bersumbangsih saat itu, dan niat yang dibangkitkan saat itu. Inilah yang harus kita serukan. Saya sangat bersyukur atas pencapaian misi pendidikan kita. Saat membimbing orang, kita menggunakan metode. Saat membimbing kita, Buddha juga menggunakan metode.
Buddha membimbing kita dengan kereta kecil, sedang, dan besar. Buddha terlebih dahulu menjelaskan bahwa kehidupan manusia tidaklah kekal dan penuh penderitaan. Buddha terlebih dahulu menjelaskan bahwa kehidupan manusia tidaklah kekal dan penuh penderitaan. Buddha membabarkan Empat Kebenaran Mulia agar kita memahami penderitaan di dunia.
“Kakek Guru, saya mau berdonasi untuk orang yang membutuhkan.”
“Kakek Guru, saya mau berdonasi untuk orang yang menderita di Afrika.”
“Lewat kegiatan ini, saya tahu bahwa kelaparan sangat menderita. Ini membuat saya semakin memahami imbauan Kakek Guru untuk makan cukup 80 persen kenyang dan menyisihkan 20 persennya untuk menolong sesama,” tutur Lü Meng-jie, murid SD Tzu Chi Hualien.
Ini yang disebut bersumbangsih dengan cinta kasih. Anak-anak pada usia dini juga bisa dibimbing hingga memahami semangat celengan bambu. Mereka dibimbing secara perlahan dengan sabar oleh guru kita. Dengan mendalami Dharma, kita bisa memahami segala sesuatu di dunia ini. Bagaimana mempraktikkan Enam Paramita? Apa arti berdana? Untuk menjadi Bodhisatwa, langkah pertama ialah berdana.
Berdana berarti memberi atau bersumbangsih. Memberi tidak harus berupa materi. Kita juga bisa memberi dengan menyucikan hati kita dan berbagi semua pengetahuan kita untuk membimbing orang lain. Kita juga bisa memberi dengan bertoleransi pada semua makhluk. Ini disebut dana tidak berwujud. Di Jalan Bodhisatwa, pertama-tama, kita harus tahu bahwa berdana bukan hanya memberi materi yang berwujud. Di dalam hati kita, kita harus memiliki semangat misi untuk menyelamatkan semua makhluk. Untuk itu, kita harus membimbing sesama.
Kita harus menjadi petani yang menggarap ladang batin orang-orang tanpa membeda-bedakan, menabur benih kebajikan di dalamnya, dan terus membimbing mereka. Bodhisatwa terjun ke tengah masyarakat untuk membimbing semua makhluk. Untuk itu, kita harus berpegang pada Sutra Bunga Teratai. Berpegang pada Sutra Bunga Teratai berarti menjalankan praktik Bodhisatwa. Hanya orang yang menjalankan praktik Bodhisatwa yang berminat berpegang pada Sutra Bunga Teratai.
Dalam menjalankan praktik Bodhisatwa, kita harus mempraktikkan Enam Paramita yang bagian pertamanya ialah berdana. Baik dana yang berwujud maupun yang tidak berwujud, yang terpenting ialah berdana. Semua orang harus bersumbangsih dengan kesungguhan hati dan ketulusan. Demikianlah orang yang berpegang pada Dharma dan mempraktikkan Dharma. Tanpa ketulusan, bagaimana kita menyucikan indra kita?
Tanpa ketulusan, saat orang yang ingin melatih diri menghampiri kita, kita akan memilih orang yang memiliki jalinan jodoh baik dengan kita atau yang lebih mudah dibimbing. Sesungguhnya, semua makhluk setara dan memiliki hakikat kebuddhaan. Hanya saja, tabiat setiap orang berbeda dan kita harus membimbing mereka dengan metode yang berbeda-beda. Kita harus berdana di tengah masyarakat dan membimbing orang-orang.
Bersungguh hati mengairi ladang
batin agar benih kebajikan bertunas
Bersyukur atas bimbingan yang
diterima dan menciptakan lingkaran cinta kasih
Memperdalam akar kebajikan dan
membangkitkan welas asih dari usia dini
Berdana di tengah masyarakat
Ceramah Master
Cheng Yen tanggal 13 Juni 2019
Sumber:
Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah:
Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina
Ditayangkan tanggal 15 Juni
2019