Ceramah Master Cheng Yen: Membangkitkan Welas Asih dan Melindungi Cinta Kasih

Saya sangat gembira dan dipenuhi sukacita dalam Dharma. Saya dapat melihat para Bodhisatwa yang sangat berfokus dan maju tanpa mundur untuk melatih diri. Tanpa pikiran yang bukan-bukan, kalian terus maju untuk menapaki Jalan Bodhisatwa. Kita sangat beruntung karena menapaki jalan yang sama, yaitu Jalan Bodhisatwa. Jalan Bodhisatwa sudah terbentang. Semoga kita dapat menginspirasi lebih banyak orang untuk menapaki jalan ini selamanya. Untuk membuat lingkaran Jalan Bodhisatwa, kita harus mewariskan semangat. Dibutuhkan usaha keras setiap orang untuk mewariskan Dharma. Pewarisan Dharma bukan hanya mengandalkan ucapan semata, tetapi juga dibutuhkan praktik nyata.

Bagaimana cara kita melakukannya? Kita harus membuat rencana untuk mempraktikkan Dharma, menentukan arah, dan membuka jalan. Kita harus menentukan arah dan tujuan terlebih dahulu. Setelah menentukan arah, kita harus bekerja sama untuk membentangkan sebuah jalan yang luas dan lapang. Jalan yang dimaksud  adalah Jalan Bodhisatwa. Setelah Jalan Bodhisatwa dibuka, kita harus berusaha untuk melapangkan dan meratakannya.


Para anggota Tzu Cheng senior juga datang berbagi dengan saya tentang upaya perataan jalan dari luar menuju ruang unit gawat darurat di rumah sakit. Saat nyawa dalam kondisi kritis, satu detik pun tak boleh ditunda. Dengan mengembangkan kebijaksanaan, kita meratakan sebuah jalan dan plaza di depan rumah sakit demi menyelamatkan kehidupan. Saya mendengar tentang bagaimana perencanaan mereka, bagaimana cara mereka  memasang paving block, dan bagaimana cara mereka  mendaur ulangnya. Mereka mengganti  paving block yang sudah usang dengan yang baru.

Salah seorang relawan memperlihatkan kepada saya paving block yang sangat licin dan mulus. Saya bertanya,  "Paving block ini terlihat baru." "Ia juga sangat licin dan rata." "Mengapa harus diganti?" Dengan sangat hati-hati, dia menjawab, "Kami khawatir paving block ini terlalu licin sehingga jika ada pengendara sepeda motor yang kurang hati-hati, mereka bisa terpeleset." Lihatlah cara mereka membentangkan jalan. Dengan penuh kesabaran, para relawan menggunakan sikat besi untuk menggosok setiap buah paving block. Sungguh, mendengar mereka berbagi tentang proses pengerjaan itu, rasa haru dan syukur saya tak dapat diungkapkan dengan kata-kata.


Tzu Chi memiliki empat misi. Sejak saya memutuskan untuk membangun rumah sakit, setiap orang turut berpartisipasi dan berdedikasi, baik dengan sepotong batu bata, sekantong semen,  maupun sebatang baja. Setiap kali bertemu dengan orang, para anggota komite juga terus berbagi tentang rencana pembangunan rumah sakit, tentang rencana pembangunan rumah sakit, sekolah, Da Ai TV, dan lain-lain. Karena berbagai proyek itulah, barulah kini ada Empat Misi dan Delapan Jejak Dharma Tzu Chi. Kini Empat Misi Tzu Chi telah lengkap. Kini Empat Misi Tzu Chi telah lengkap. Saya juga pernah mendengar para dokter kita berbagi tentang kasus penyakit yang sulit dipercaya. Seorang dokter ahli mata kita mendapati bahwa di dalam bulu mata seorang pasien terdapat kutu. Kutu yang sedemikian kecil hanya dapat dilihat dengan mikroskop. Meski tak terlihat oleh mata, tetapi kutu-kutu itu bersarang di sana.

Buddha pernah membahas tentang kekosongan dan eksistensi ajaib. Kita tak dapat membaca isi hati orang lain, tak peduli ia baik atau jahat. Mengapa kita harus melatih diri? Tujuan kita melatih diri adalah demi mengikis kejahatan dan menumbuhkan kebaikan. Semua itu adalah sel di dalam pikiran kita. Di dalam hidup kita terdapat banyak sel. Ya, seluruh tubuh saya penuh dengan sel Tzu Chi. Seluruh hati dan pikiran saya juga penuh dengan Tzu Chi. Saya beharap sel Tzu Chi ada di dalam tubuh setiap orang. Dengan terus mewariskan sel ini, maka pikiran dan gerakan setiap orang dapat selalu bajik. Kini kita selalu mengulas tentang pentingnya menyucikan dunia dan hati manusia. Jika tak menyucikan dunia sekarang maka kita tak punya kesempatan lagi. Sekarang ini adalah masa krusial.


Lebih dari 2.500 tahun yang lalu, Buddha sudah berharap ada Bodhisatwa di dunia. Ini karena dunia ini dipenuhi penderitaan. Praktik nyata dari Empat Sifat Luhur adalah harapan terbesar Buddha kepada kita. Setiap orang harus memiliki hati penuh cinta kasih untuk menciptakan berkah bagi dunia. Dengan penuh cinta kasih, kita menciptakan berkah bagi dunia. Setiap orang juga hendaknya memiliki hati penuh welas asih untuk meringankan penderitaan semua makhluk di dunia. Kita harus memiliki perasaan senasib dan sepenanggungan. Saya sering berkata bahwa kita harus  dapat turut merasakan penderitaan orang lain. Saat orang lain terluka, kita turut merasa sedih. Saat orang lain menderita, kita juga turut merasakannya. Inilah welas asih dan cinta kasih yang tanpa mementingkan jalinan jodoh.

Saudara sekalian, saya berharap kita semua dapat menggenggam momen ini untuk mewariskan ajaran Buddha. Untuk mewariskan Dharma, kita harus mempraktikkan Dharma. Tak peduli bagaimana cara kita mewariskan ajaran Jing Si, ingatlah untuk mempraktikkan mazhab Tzu Chi secara nyata. Inilah harapan terbesar saya.   


Melakukan perencanaan untuk membentangkan jalan

Upaya menyelamatkan kehidupan tak boleh ditunda

Membangkitkan welas asih dan melindungi cinta kasih

Mempraktikkan mazhab Tzu Chi dan mewariskan ajaran Jing Si

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 17 Agustus 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Li Lie

Ditayangkan tanggal 19 Agustus 2018
Memberikan sumbangsih tanpa mengenal lelah adalah "welas asih".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -