Ceramah Master Cheng Yen: Membangun Ikrar Agung untuk Menyelamatkan Semua Makhluk
Kini, banjir dan kebakaran terjadi di berbagai Negara akibat iklim yang tidak selaras. Kita sungguh harus meningkatkan kewaspadaan. Kita harus menggunakan air Dharma untuk membasuh batin manusia. Kita harus menabur benih cinta kasih ke dalam ladang batin setiap orang agar benih cinta kasih ini bisa bertunas dan bertumbuh.
Contohnya di Filipina, relawan kita membantu seorang anak kurang mampu menjalani operasi. Setelah kesehatan anak itu pulih, keluarganya dengan penuh rasa syukur menyumbangkan kembali alat bantu jalan yang sebelumnya diberikan oleh insan Tzu Chi. Bukankah sumbangsih mereka hanya sumbangsih kecil? Benar, tetapi kita jangan meremehkannya.
Dalam bab Perumpamaan Tanaman Obat diulas bahwa setelah hujan membasahi bumi, barulah rumput bisa bertunas dan bertumbuh. Pohon besar juga membutuhkan air hujan. Jika rumput kecil saja tidak bisa bertumbuh, bagaimana pohon besar bisa bertumbuh? Keluarga penerima bantuan ini kini membangkitkan niat baik untuk membantu orang lain yang lebih membutuhkan dari mereka.
Meski menyumbangkan barang bekas, tetapi itu merupakan wujud niat baik mereka. Membangkitkan sebersit niat baik berarti membangkitkan hakikat kebuddhaan. Pahala yang tercipta sungguh tak terhingga karena membangkitkan hakikat kebuddhaan juga berarti membangkitkan cinta kasih. Melihat semua orang menghimpun cinta kasih, saya sungguh sangat tersentuh.
Kita harus menghimpun sedikit demi sedikit kekuatan cinta kasih untuk melindungi hati kita agar Dharma di dalam hati tidak menghilang. Selain mendengar Dharma, kita juga harus menyerapnya ke dalam hati. Saya berharap setiap orang bisa mempraktikkan Jalan Bodhisatwa di tengah masyarakat. Dalam Sutra Bunga Teratai, Buddha mengajari kita untuk bekerja sama guna menjangkau makhluk yang menderita untuk bersumbangsih.
Kita bisa melihat sejarah pada hari ini. Pada tanggal 16 Februari 1998, terjadi kecelakaan pesawat di Taoyuan. Saat itu, insan Tzu Chi untuk pertama kalinya menghadapi kecelakaan yang begitu besar. Saat itu juga turun hujan.
“Cuaca pada bulan Februari sangat dingin dan angin terus berembus. Banyak jenazah yang tidak ada kepala, tidak ada kaki, atau isi perutnya mengalir keluar. Saat itu, karena ada relawan dari Taipei, kita memberanikan diri untuk membantu mengumpulkan potongan tubuh,” kata Yang Jin-xue, seorang Relawan Tzu Chi.
“Kita meminta selimut pada pihak China Airlines. Kita membalut potongan tubuh di dalam selimut erat-erat, lalu dengan penuh rasa hormat memasukkannya ke dalam kantong jenazah,” ujar Luo Mei-zhu, Relawan Tzu Chi.
Di tengah hujan rintik-rintik dan di bawah langit yang gelap, insan Tzu Chi berada di lokasi sepanjang malam untuk mengumpulkan potongan tubuh dan memasukkannya ke dalam kantong jenazah. Sungguh, kita bisa mengenang kondisi saat itu. Waktu terus berlalu, tetapi kenangan akan selalu ada. Para relawan kita telah melakukan hal-hal yang tidak bisa dilakukan orang-orang pada umumnya.
Hanya Bodhisatwa dunia yang bisa melakukannya. Selama berhari-hari, para relawan kita terus berada di lokasi kecelakaan dan bandara untuk mendampingi anggota keluarga korban. Misi kali itu sungguh merupakan misi yang membutuhkan kesungguhan hati banyak orang.
Beberapa hari yang lalu, sebuah bus wisata di Taiwan terbalik. Sejak tiga malam yang lalu hingga kini, insan Tzu Chi terus memberikan pendampingan. Pada malam terjadinya kecelakaan, cuaca sangat dingin. Begitu mendengar berita ini, insan Tzu Chi segera pergi ke lokasi kecelakaan.
Di lokasi kecelakaan, relawan kita memperhatikan petugas pemadam kebakaran dan melafalkan nama Buddha untuk menenteramkan jiwa para korban. Relawan di lokasi kecelakaan juga menghubungi relawan yang berada di dekat rumah duka agar mereka dapat pergi ke rumah duka untuk melafalkan nama Buddha bagi para korban dan menanti kedatangan anggota keluarga korban untuk memberi penghiburan dan sebagainya. Inilah kelompok Bodhisatwa kita.
“Sekitar pukul 11 malam, banyak jenazah yang diantarkan ke sini. Lalu, kita mulai bertindak. Dinas Sosial juga meminta bantuan kita untuk menyediakan makanan hangat. Karena itu, kita segera bertindak. Kita menyediakan teh jahe, camilan, roti, dan lain-lain untuk anggota keluarga korban karena mereka harus menunggu cukup lama hingga autopsi selesai,” kata Huang Qiu-liang, Relawan Tzu Chi.
“Karena itu, kita menyediakan makanan hangat dari sekitar pukul 11 tadi malam hingga sekitar pukul 4 pagi ini. Berhubung autopsi belum selesai hingga pukul 4 pagi, maka kita juga menyediakan susu kedelai hangat dan sarapan untuk menghangatkan hati sekaligus lambung mereka,” lanjut Huang Qiu-liang.
“Istri pemimpin tur, Nona Huang, berkata bahwa sejak tadi malam, dia sudah melihat insan Tzu Chi berada di garis terdepan untuk melafalkan nama Buddha dan memberi pendampingan di lokasi kecelakaan. Kini sudah sekitar pukul 6 sore hari kedua, insan Tzu Chi masih berada di sana untuk melafalkan nama Buddha dan memberikan pendampingan. Dia sangat tersentuh melihat semua itu. Insan Tzu Chi bersumbangsih di garis terdepan dan masih terus mencurahkan perhatian hingga sekarang. Dia berkata bahwa dia telah menyaksikan bagaimana Tzu Chi bersumbangsih di garis terdepan dan hingga akhir,” kata Song Xiu-duan, Relawan Tzu Chi.
Kelompok Bodhisatwa dunia harus terjun ke tengah masyarakat. Setiap kali bencana terjadi, bukan hanya satu, dua, tiga, atau lima orang yang memberikan bantuan, melainkan sekelompok besar. Kita harus sangat menghargai cinta kasih antarmanusia. Sebutir benih rumput kecil saja harus kita dukung pertumbuhannya, apalagi benih-benih pohon besar?
Setiap orang adalah benih Bodhisatwa. Karena itu, kita harus menghargai setiap Bodhisatwa. Singkat kata, kita harus sungguh-sungguh menghargai kekuatan cinta kasih setiap orang dan membimbing satu sama lain. Dengan begitu, barulah Dharma bisa terus diwariskan selama ribuan tahun. Ajaran Jing Si telah diwariskan dan mazhab Tzu Chi telah dikukuhkan. Saya berharap setiap orang dapat menghargainya.
Memperbaiki kehidupan dan menumbuhkan benih Bodhi
Menggunakan Dharma yang bagaikan air untuk membasuh batin semua makhluk
Menenteramkan jiwa korban kecelakaan dan menghibur anggota keluarga korban
Membangun ikrar agung untuk selamanya mewariskan Dharma
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 16 Februari 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina