Ceramah Master Cheng Yen: Membangun Ikrar dan Tekad Luhur untuk Melenyapkan Penderitaan

“Suami saya sudah tidak dapat bekerja karena kedua kakinya terluka. Dia hanya dapat duduk. Saya sangat gembira menerima bantuan beras dari kalian. Sekarung beras ini memberi manfaat yang sangat besar bagi kami. 20 kilogram beras ini mendatangkan bantuan besar bagi saya,” ucap Nieves Villafuerte, Warga.

“Ini cukup bagi saya untuk makan selama 1 bulan. Kalian sangat penuh cinta kasih dan welas asih. Saya sangat berterima kasih kepada kalian. Saya berterima kasih kepada Tuhan, juga berterima kasih kepada kalian,” ucap Gorgonia Agunday, Warga.

Lihatlah Filipina. Setiap karung beras berisikan cinta kasih yang tak terbatas. Tahun lalu, saat Hari Natal, sebuah Topan Nina mendatangkan kerusakan parah bagi Provinsi Catanduanes. Banyak warga di sana yang menjadi korban. Dengan sangat cepat, relawan Tzu Chi Filipina segera menuju lokasi bencana setelah akses transportasi pulih. Meski harus menempuh perjalanan yang sulit dan melalui akses tidak memadai, mereka tetap berangkat menuju lokasi bencana. Lebih dari 1.000 unit rumah rusak akibat terjangan topan. Yang dibutuhkan oleh para korban bencana tidaklah banyak. Mereka hanya membutuhkan beberapa lembaran besi untuk memperbaiki atap rumah mereka.

doc tzu chi

Relawan Tzu Chi segera membagikan bantuan dana darurat kepada setiap keluarga sebesar 5.000 peso. Mulanya kita berpikir bahwa bantuan kita sudah cukup. Namun, melihat beberapa rumah yang mengalami kerusakan setengah dan banyaknya orang yang hidup menderita, relawan Tzu Chi kembali menjangkau Provinsi Catanduanes untuk membagikan bantuan beras. Setiap keluarga menerima bantuan 20 kilogram beras dari kita. Secara keseluruhan, ada 7.792 keluarga yang menerima bantuan.

Para warga setempat sangat tersentuh oleh organisasi Tzu Chi. Sebagian besar organisasi kemanusiaan yang berkunjung ke tempat itu mengatakan bahwa mereka akan kembali lagi, tetapi mereka tidak pernah kembali. Relawan Tzu Chi bukan hanya memberikan bantuan dana darurat agar para warga dapat membeli lembaran besi, tetapi juga berkunjung yang kedua kalinya untuk membagikan bantuan beras. Warga setempat sangat tersentuh dan bersyukur. Seperti yang saya katakan kemarin bahwa di Filipina ada sekelompok suku asli yang hidup kekurangan. Gaya hidup mereka masih sangat mirip dengan gaya hidup leluhur mereka.

Ada seorang pria suku asli dari sana yang saat Topan Haiyan menerjang tengah berada di Tacloban. Karena itu, dia pernah menerima bantuan dari relawan Tzu Chi. Pria ini adalah suku asli sana. Para warga suku asli di sana hidup serba kekurangan.

doc tzu chi

“Dahulu saya tinggal di sini. Namun, karena terjadi konflik dengan kepala suku, saya terpaksa membawa keluarga saya meninggalkan tempat ini,” ucap Robert Manalo.

“Anggota suku kami tidak memiliki makanan yang cukup. Kami juga meminum air yang tidak bersih. Karena itu, kami sering jatuh sakit,” ucap Sarah Manalo.

Relawan Tzu Chi mendaki gunung untuk melihat. Sungguh, kehidupan warga di sana sangat menderita. Di sana ada banyak bayi dan anak kecil. Rumah yang mereka huni juga sangat sederhana. Banyak orang tinggal bersama di sebuah tempat yang kecil. Relawan kita tidak tega melihatnya. Karena itu, mereka segera bersiap-siap dan kembali ke wilayah pegunungan itu untuk membagikan bantuan. Sama-sama hidup di Bumi ini, tetapi ada orang yang sejak terlahir sudah hidup dalam kondisi serba sulit.

Inilah buah karma pengondisi dan buah karma langsung. Karma masa lampau mengondisikan mereka terlahir dan bertumbuh besar di tempat itu dalam kondisi serba sulit. Inilah jalinan jodoh. Berbicara mengenai jalinan jodoh, kita harus memanfaatkan waktu dengan baik. Meski hidup dalam penderitaan, kita tetap harus menciptakan berkah.

Kita juga melihat seorang pria berusia 35 tahun dari Taitung yang bekerja sebagai juru masak di Taipei. Saat dalam perjalanan kembali ke Taitung untuk mengunjungi keluarganya, dia mengalami kecelakaan lalu lintas. Dokter memvonis pria itu mengalami mati otak. Ibunya, Nyonya Fang sangat tegar. Beberapa tahun lalu, kakak Nyonya Fang juga meninggal akibat kecelakaan lalu lintas. Kakaknya menjadi donor organ tubuh pertama di RS Tzu Chi Hualien. Kini, saat bertemu kasus anaknya, Nyonya Fang juga berpikir bahwa tubuh anaknya akan tidak berguna jika dikremasi. Karena itu, dia memutuskan untuk mendonorkan organ tubuh anaknya kepada orang yang membutuhkan. Dia mendonorkan organ tubuh anaknya. Jalinan jodoh ini sungguh mengagumkan. Sungguh, penderitaan di dunia ini sangat banyak. Selain banyaknya bencana alam yang terjadi akibat ketidakselarasan empat unsur, ada pula bencana akibat ulah manusia.

doc tzu chi

Pikiran manusia yang tidak harmonis menimbulkan pandangan yang berbeda-beda sehingga mendatangkan banyak konflik. Saat terjadi konflik antarmanusia, banyak orang tak berdosa yang terkena dampaknya. PBB telah mengumumkan negara-negara yang dilanda kelaparan. Negara yang dilanda kelaparan meliputi Etiopia, Somalia, Korea Utara, Sudan, dan beberapa negara lainnya. Melihat semua itu, kita berpikir bagaimana cara memberikan bantuan. Relawan Tzu Chi yang pernah pergi ke Etiopia sungguh telah menyaksikan penderitaan di sana. Relawan Tzu Chi juga pernah pergi ke Korea Utara untuk memberikan bantuan. Lingkungan hidup di sana sangat bersih dan rapi, tidak seperti kondisi di Afrika. Bencana kekeringan menyebabkan banyak orang hidup kelaparan. Terlebih lagi, peperangan jangka panjang di Afrika menyebabkan warga hidup kelaparan dan kekurangan. Ini sungguh penderitaan tak terkira.

Singkat kata, penderitaan di dunia ini tidak habis saya uraikan dengan kata-kata. Kita hendaknya membangun ikrar dan tekad luhur untuk membantu orang-orang yang menderita di dunia. Janganlah kita berpikir untuk pergi ke dunia lain. Kita harus segera memanfaatkan momen ini dengan baik.

Membagikan beras cinta kasih kepada orang yang membutuhkan
Membantu warga suku asli dan menciptakan berkah
Seorang ibu mendonorkan organ tubuh anaknya untuk mewariskan cinta kasih di dunia
Membangun ikrar dan tekad luhur untuk melenyapkan penderitaan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 24 Februari 2017

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 26 Februari 2017

Editor: yuliati
The beauty of humanity lies in honesty. The value of humanity lies in faith.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -