Ceramah Master Cheng Yen: Membangun Ikrar dengan Ketulusan dan Keyakinan
“Kami para murid Jing Si berikrar dengan hati tertulus untuk terus berjalan bersama dengan Master. Semoga Master selalu sehat, panjang umur, senantiasa memutar roda Dharma, dan dipenuhi berkah yang tak terbatas.”
Terima kasih karena kalian telah berjalan bersama saya. Ingatlah untuk mengikuti langkah saya dengan erat. Di dalam hati saya, selamanya saya akan mengingat bahwa jalinan jodoh kita adalah abadi dari kehidupan ke kehidupan. Masa depan masih panjang dan Jalan Bodhisatwa harus dipraktikkan dari kehidupan ke kehidupan. Apakah kalian mengerti? (Mengerti) Baik.
Segala sesuatu memiliki titik permulaan. Saya sungguh bersyukur memiliki begitu banyak murid di Malaysia. Saya sungguh berterima kasih kepada Shu Mei, Anda, dan Richard Koay. Semua dimulai dari 4 hingga 5 orang ini. Satu benih dapat bertumbuh menjadi hutan Bodhi. Saya merasa sungguh bersyukur.
Saat ini, kita memiliki benih yang sangat banyak. Setiap Bodhisatwa adalah sebutir benih. Saya memiliki keyakinan pada semua yang ada di hadapan saya serta yang terhubung secara daring di Malaysia. Setiap orang memiliki hati yang tulus. Saya selalu berkata bahwa kita harus memuja Buddha dengan tulus. Ya, kita harus tulus. Begitu pula kita harus memiliki ketulusan satu sama lain.
Semua orang di sekitar kita adalah Bodhisatwa. Saya sungguh berharap semuanya dapat menghimpun kekuatan cinta kasih. Dunia ini sungguh luas dan banyak makhluk hidup yang menderita. Berapa banyak orang yang sungguh-sungguh dapat tersadarkan? Tidak banyak. Bahkan, ketika saya berada di Hualien, apakah saya dapat membimbing semua orang di Hualien? Itu sangat sulit. Intinya, janganlah kita menyerah ketika menghadapi kesulitan.
Ketika di dekat kita belum ada orang yang memiliki jalinan jodoh dengan kita, mungkin di tempat yang jauh ada yang memiliki jalinan jodoh dengan kita. Ketika kita dibutuhkan di tempat yang jauh, kita harus pergi ke tempat itu. Hal yang harus kita lakukan di dunia ini sungguh banyak.
Saya selalu menempelkan seekor semut di sini untuk menunjukkan bahwa semut itu sedang mendaki Gunung Sumeru dengan pantang menyerah. Pikirkanlah, seberapa tinggikah Gunung Sumeru? Bagaimana seekor semut dapat mencapai puncaknya? Namun, Buddha membahas tentang kehidupan demi kehidupan.
Kita hendaknya yakin bahwa pada suatu hari di suatu kehidupan nanti, kita dapat mencapai kebuddhaan. Namun, jika kita tidak menapaki Jalan Bodhisatwa, kita selamanya tidak dapat mencapai kebuddhaan. Bahkan, kita tidak akan mengenal nama Buddha. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kita sungguh memiliki jalinan jodoh dengan Buddha. Selain itu, kita juga telah menapaki Jalan Bodhisatwa. Jangan pernah berhenti menapaki jalan ini. Kita hanyalah seekor semut.
Lihatlah, saya tidak berani untuk berhenti berjalan. Setiap hari, saya selalu mengumpulkan kekuatan untuk tetap dapat berjalan. Saya tahu bahwa saya tidak boleh menyia-nyiakan setiap menit dan detik karena masih banyak hal yang harus dilakukan. Terlebih lagi, makin dilihat makin banyak. Saya menyadari bahwa hal yang harus dilakukan makin banyak. Oleh karena itu, saya harus membimbing orang-orang yang memiliki jalinan jodoh dengan saya agar mereka dapat bergabung dengan Tzu Chi. Kini, saya mendorong mereka untuk melangkah maju.
Pada masa-masa awal Tzu Chi, saya masih muda dan dapat bepergian ke mana pun untuk menabur benih Tzu Chi dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Saya juga terus menumbuhkan benih-benih tersebut. Saya telah menabur benih di setiap inci tanah. Saat ini, kita dapat melihat pohon-pohon Bodhi yang telah membentuk hutan. Jika dibandingkan dengan dunia yang luas, hutan ini tidaklah besar. Masih ada begitu banyak tanah yang tandus dan kering.
Kita harus senantiasa menyirami tanah tersebut dengan tetes demi tetes air. Suatu hari nanti, tanah itu akan memiliki kandungan air. Sama prinsipnya dengan kita. Sebagai Bodhisatwa, kita harus menjaga pikiran dengan Dharma. Segala hal yang terlihat oleh mata kita mengajarkan kita tentang Dharma yang membasahi hati kita.
Lihatlah barang-barang yang kalian bawa. Keranjang ini sungguh indah dan menarik untuk dilihat. Terlebih lagi, di dalam keranjang juga ada bakpao persik yang dibuat para relawan kita dengan sepenuh hati. Selain lima indera, yaitu mata, telinga, hidung, lidah, dan tubuh, kita juga harus menjaga pikiran agar selalu tulus.
Pikiran adalah kesadaran keenam yang memungkinkan kita untuk berpikir. Aksara Mandarin "berpikir" terdiri dari aksara "ladang" di atas dan "hati" di bawah. Ladang perlu digarap. Di dalam hati kita, ada sebuah ladang batin yang harus kita garap dengan sepenuh hati. Begitu musimnya tiba, kita harus bersungguh hati dan menggenggam waktu yang tepat untuk menabur benih. Ini disebut dengan musim tanam. Dengan prinsip yang sama, hendaklah kita menggenggam waktu yang ada untuk terus melangkah dengan tekun dan bersemangat.
Hendaklah kita mewariskan pelita. Sebatang lilin dapat menerangi seluruh ruangan yang gelap. Sebagai Bodhisatwa, hendaklah kita semua menggalang lebih banyak Bodhisatwa. Inilah cara kita melindungi Bumi. Kita tidak hanya melindungi tanah kelahiran Buddha, melainkan seluruh dunia. Saya berharap insan Tzu Chi di seluruh dunia dapat melindungi Bumi ini. Kita harus melindungi wilayah tempat tinggal kita. Saya sungguh khawatir dengan perubahan iklim saat ini. Saya juga khawatir dengan pikiran manusia yang sulit untuk diselaraskan. Ini sungguh mengkhawatirkan.
Waktu dan ruang semuanya dalam kondisi baik, tetapi manusialah yang menciptakan banyak kesulitan. Namun, janganlah kita terus memikirkan tentang kesulitan dunia ini. Kita harus mulai bergerak terlebih dahulu. Di dunia ini ada saya, Anda, dan yang lainnya. Setiap orang menyebut diri sendiri dengan "saya". Jadi, ketika saya menyebut orang lain dengan "Anda", orang lain menyebut diri sendiri dengan "saya". Jadi, semua orang adalah "saya, Anda", dan dia". Hendaklah kita menyatukan semua orang. Inilah harapan terbesar saya.
Menyebarkan Dharma, menabur benih, dan menggarap ladang batin
Tekun dan bersemangat dalam membasahi hutan Bodhi
Membangun ikrar dengan ketulusan dan keyakinan
Mewariskan pelita untuk menerangi dunia
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 10 Mei 2023
Sumber: Lentera Kehidupan - Daai Tv Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Felicia
Ditayangkan Tanggal 12 Mei 2023