Ceramah Master Cheng Yen: Membangun Ikrar untuk Menjalankan Praktik Nyata
Sebagai Bodhisatwa dunia, insan Tzu Chi harus memiliki ketetapan
hati dan membangkitkan ikrar luhur saat memasuki pintu Buddha. Kita harus berjalan
menuju Jalan Bodhisatwa. Jalan Bodhisatwa inilah arah tujuan kita. Trilogi
Sutra Teratai adalah pembabaran Dharma yang terpenting pada zaman Buddha, terutama
Sutra Makna Tanpa Batas yang mengajarkan tentang praktik Bodhisatwa.
Buddha datang ke dunia dengan tujuan membimbing semua makhluk untuk
menemukan kembali hakikat sejati. Hakikat sejati ini dimiliki semua orang dan
sama dengan Buddha. Potensi kesadaran Buddha pada dasarnya dimiliki oleh semua
makhluk, hanya saja semua makhluk telah tenggelam dan tersesat dalam
keduniawian. Buddha sudah menyadari kebenaran di kala semua makhluk masih
tersesat.
Saat semua makhluk masih tersesat, Buddha sudah mencapai
pencerahan. Karena itu, Beliau datang ke dunia untuk membagikan ajaran
kebenaran guna membangkitkan hakikat kebuddhaan kita. Hati, Buddha, dan semua
makhluk pada hakikatnya tiada perbedaan. Yang membedakan adalah kegelapan
batin. Untuk melenyapkan kegelapan batin, kita harus terjun ke masyarakat untuk
memahami penderitaan, sebab penderitaan, akhir penderitaan, dan jalan
mengakhiri penderitaan.
Inilah tujuan Buddha datang ke dunia, yaitu membimbing semua
makhluk agar memahami kebenaran tentang penderitaan. Saat terjun ke masyarakat,
kita dapat memahami bahwa noda batin membawa pada pencerahan. Saat kita berada
di tengah noda batin, agar tidak tercemar olehnya, kita harus memiliki daya
tahan dengan cara memahami noda batin ini. Jadi, kita harus terjun ke tengah
masyarakat, meneguhkan tekad melatih diri, dan menjalin jodoh baik secara luas.
Setelah menerima ajaran Buddha, kita harus memperbaiki diri
sendiri. Saat kita berbagi Dharma, kita berharap orang lain juga dapat menerima
dan merasakan manfaatnya. Kita tidak boleh terlalu memaksa. Buddha juga hanya
bisa membabarkan Dharma kepada kita dan semua orang. Untuk menerimanya, semua
orang harus memiliki kesungguhan hati.
Siapa pun orangnya, menerima atau tidak bergantung pada diri
masing-masing. Buddha juga tidak bisa memaksa kita. Beliau hanya berharap kita
dapat merasakan kebenaran yang telah dibabarkan. Kita hendaknya dapat membabarkan Dharma. Bagaimana
caranya? Kita harus terlebih dahulu menerimanya, memahami penderitaan semua
makhluk, serta bersumbangsih tanpa pamrih dengan penuh rasa syukur dan
sukacita. Inilah praktik di Jalan Bodhisatwa.
Kita bersumbangsih membantu orang lain sehingga dapat merasakan
rasa sukacita di dalam interaksi antarsesama. Inilah yang disebut menjalin
jodoh baik. Kita melihat Filipina yang beberapa tahun lalu diterjang topan hingga
mengalami bencana yang parah. Insan Tzu Chi dari lebih dari 10 negara menghimpun
kekuatan untuk menjalankan program bantuan.
Berkat bantuan ini, ekonomi warga setempat perlahan-lahan mulai
pulih. Bantuan ini membuat kota yang porak-poranda menjadi bersih dan hidup
kembali. Ini sungguh merupakan sejarah yang membuat kita semua tersentuh. Mereka
yang pernah mengalaminya tidak akan pernah melupakannya.
Meski saya tidak hadir langsung di tempat itu, tetapi sejarah
itu masih segar dalam ingatan saya. Saat itu, para relawan setiap hari memberi
laporan kepada saya lewat telekonferensi. Semua proses dan kondisi di sana terus
dilaporkan dan kita terima di sini. Semua pemandangan yang terlihat dari
laporan itu telah masuk ke dalam ingatan saya dan tersimpan di dalam pikiran
saya.
Kini, saat akan membahas tentang Filipina, saya dapat
menceritakan kembali ingatan-ingatan itu selama berhari-hari karena semuanya
tersimpan dalam kesadaran gudang saya. Gudang di sini merujuk pada kesadaran
yang menyimpan berbagai ingatan. Semua ingatan itu telah tertanam di dalam
kesadaran kedelapan saya. Saya sangat berterima kasih kepada para relawan di
Filipina.
Dalam waktu beberapa tahun, mereka telah membantu Kota Ormoc,
Palo, dan Tacloban untuk pulih kembali. Kehidupan warga setempat saat ini jauh
lebih baik berkali-kali lipat daripada sebelum bencana terjadi.
“Dahulu saya menjual daging panggang dan alkohol. Demi
menjalankan usaha, saya juga berjudi dan minum minuman keras. Dahulu saya hanya
memikirkan uang, tidak pernah merasa bersalah. Saya menjalani hidup seperti itu
selama 13 tahun. Dari para relawan Tzu Chi saya belajar bahwa hidup saya
hendaknya tidak hanya demi diri sendiri, juga jangan mencelakai orang lain,”
kata Dahlia Cabidig, Warga Perumahan Cinta
Kasih Tzu Chi Palo.
“Istri saya dahulu sangat suka berjudi, tetapi sekarang tidak
lagi. Jadi, saya berkata pada diri sendiri, "Jika dia bisa, mengapa saya
tidak bisa?" Kini saya juga sudah berhenti minum alkohol. Kini kami merasa
mereka benar-benar menjadi orang tua kami,” kata Carlo
Cabidig, Suami
Dahlia.
“Mereka sangat mengutamakan kami dan sangat peduli pada
kehidupan serta pendidikan kami. Jika ada yang membutuhkan, mereka juga bisa
membantu tanpa pamrih. Kami sangat senang dan bangga,” ujar Kyle
dan Kelly, Putri
Carlo dan Dahlia.
Hidup ini singkat, maka kita harus menggenggam setiap waktu agar
lebih bermakna.
“Tzu Chi-lah yang telah mengubah saya. Saya ingin berubah agar dapat
menjadi teladan bagi anak-anak,” kata Dahlia
Cabidig.
Mereka juga menjalani pelatihan relawan, harus melewati berbagai
ujian, dan harus menaati peraturan untuk dapat mengenakan seragam Tzu Chi. Sebagai
tanda bahwa mereka telah maju selangkah, mereka mengenakan topi Tzu Chi. Mereka
juga telah terjun menjalankan survei kasus.
Bodhisatwa sekalian, melihat mereka bisa, apakah kita tidak
bisa? Mereka baru memulainya selama beberapa tahun. Saat mereka menderita
akibat bencana, ada sekelompok relawan yang memiliki hati Bodhisatwa datang
membantu tanpa pamrih. Saya bersyukur atas ketulusan cinta kasih para relawan
ini yang membuat warga setempat dapat terinspirasi dan turut bersumbangsih dengan rasa syukur yang tulus.
Mereka berkata bahwa jika tidak mengubah diri sendiri, mereka
akan bersalah terhadap Tzu Chi. Jadi, mereka bertekad untuk mengubah diri
sendiri. Bodhisatwa sekalian, tiada orang yang tak bisa berubah. Kita harus
terlebih dahulu mengubah diri sendiri dan membangun ikrar.
Tubuh, ucapan, dan pikiran kita juga harus teguh. Inilah praktik
damai dan sukacita. Kini saya kebetulan tengah membabarkan Bab Praktik Damai
dan Sukacita dari Sutra Teratai yang berisi tentang cara bersumbangsih dan
berpegang pada Jalan Mahayana.
Kita harus membangun ikrar agung dan menjalankan praktik nyata
di Jalan Bodhisatwa. Semua ini dibabarkan dengan jelas dan terperinci di dalam
Sutra Bunga Teratai. Jadi, semua hendaknya menggenggam waktu dengan baik.
Membimbing semua makhluk untuk menyelami pengetahuan Buddha
Bencana Topan Haiyan masih segar dalam ingatan
Mengubah tabiat buruk dan turut berbuat kebajikan
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 11 April 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina