Ceramah Master Cheng Yen: Membangun Jembatan dengan Welas Asih dan Kebijaksanaan
“Berapa usiamu?”
“Delapan puluh tahun.”
“Delapan puluh? Masih sangat muda.”
“Saya lahir tahun 1940. Masih muda.
“Anda berusia 92 tahun. Selisih usia kalian 9 tahun. Dia 9 tahun lebih tua dari Anda. Mengapa dia masih begitu sehat?”
“Benarkah?”
“Benar, Anda harus memanggilnya kakak. Dia terlihat sangat muda. Dia telah berusia 101 tahun.”
Ada banyak pasien kita yang berusia 80-an atau 90-an tahun. Jadi, saat melihatnya, mereka seakan-akan melihat harapan dan dipenuhi sukacita. Belakangan ini, kita terus mengulas tentang panjang usia Buddha. Sesungguhnya, berapa panjang usia Buddha? hanyalah salah satu metode praktis.
Sesuai hukum alam, Buddha mengalami fase lahir, tua, sakit, dan mati untuk menunjukkan bahwa kebuddhaan bisa tercapai di dunia ini. Jadi, kita bisa melatih diri dan mencapai kebuddhaan di dunia ini. Buddha datang untuk mengajari kita dan memberi teladan terbaik bagi kita. Tujuan kita mendalami Dharma adalah mencapai kebuddhaan. Buddha mengajarkan jalan menuju kebuddhaan. Namun, bagaimana kita menapaki jalan menuju kebuddhaan?
Berhubung banyak orang yang tidak bisa menerima kebenaran secara langsung, maka Buddha menggunakan metode praktis. Jika kalian mengikuti ceramah saya, kalian pasti memahaminya dengan jelas. Jadi, saya berharap dalam mendalami Dharma, setiap orang bisa menghapus noda batin. Tidak peduli menjalankan kereta kecil, sedang, ataupun besar, setiap orang yang mendalami Dharma hendaknya memahami bahwa penderitaan berasal dari akumulasi noda batin. Ini berlaku untuk semua orang.
Penderitaan berasal dari akumulasi noda batin. Kapan noda batin terakumulasi? Dari kehidupan ke kehidupan. Kita mengakumulasi noda batin di kehidupan lampau dan sekarang. Kita tidak bisa mengubah kehidupan lampau ataupun memahami bagaimana kita mengakumulasi noda batin di kehidupan lampau. Karena itu, tidak perlu memikirkan bagaimana kita mengakumulasi noda batin di kehidupan lampau.
Kita cukup memikirkan apa perbuatan kita di kehidupan sekarang yang mengakumulasi kegelapan dan noda batin. Kita harus menilai berapa banyak hal yang benar atau salah yang telah kita lakukan. Jika menilainya dengan pikiran manusia awam, kita akan merasa bahwa kita sudah benar. Namun, jika mengenang masa lalu berdasarkan prinsip kebenaran, kita mungkin akan berintrospeksi dan bertobat karena sering menyimpang dari jalan yang benar.
Saat ini, kita hendaknya memahami kebenaran. Saya sering berkata bahwa kini unsur alam sudah tidak selaras. Di seluruh dunia, bencana alam terus terjadi akibat ketidakselarasan empat unsur alam. Mari kita merenung dengan tenang. Sesungguhnya, noda batin dan karma buruk apa yang telah kita akumulasi? Kini, karma buruk kolektif semua orang telah menimbulkan ketidakselarasan empat unsur alam yang mengakibatkan bencana topan, banjir, kebakaran, dan gempa bumi terus terjadi di seluruh dunia.
Tzu Chi berawal dari semangat celengan bambu. Sepanjang sejarah Tzu Chi, ada banyak relawan yang bergerak untuk menyalurkan bantuan dalam beberapa bencana besar. Awalnya, jumlah relawan kita tidak banyak. Seiring waktu, relawan kita terus bertambah. Saat terjadi bencana besar, sudah ada banyak orang yang bergabung dalam barisan relawan untuk menyalurkan bantuan bencana.
Di mana pun bencana terjadi, insan Tzu Chi akan menyalurkan bantuan di sana. Selama lebih dari 50 tahun ini, kita menjadi saksi sejarah bagi dunia dan menulis sejarah bagi umat manusia. Kita bisa menjadi saksi sejarah zaman sekarang. Inilah Bodhisatwa dunia yang sesungguhnya. Lebih dari 2.500 tahun yang lalu, Buddha mengajarkan praktik Bodhisatwa, yakni mempraktikkan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin.
Buddha mengajari kita untuk membangkitkan cinta kasih dan welas asih, melapangkan hati, melenyapkan noda batin, dan bersumbangsih tanpa pamrih sekaligus mengucap syukur. Dalam ajaran Buddha, ini juga disebut kekosongan tiga aspek dana. Maknanya sangat mendalam. Jika kita terus mendalami ajaran Buddha, kita akan menyadari bahwa ajaran Buddha sungguh sangat mendalam.
Semakin mendalami ajaran Buddha, kita akan semakin merasa bahwa sulit untuk mempraktikkannya. Yang paling sulit dikendalikan adalah pikiran kita. Untuk menenangkan pikiran, kita harus menuangkan tekad kita dalam tindakan nyata. Ini tidaklah mudah. Namun, prinsip kebenaran yang mendalam bisa disederhanakan dengan melakukan hal yang benar. Apa yang kita lakukan dilandasi oleh cinta kasih tanpa mementingkan jalinan jodoh.
Orang-orang itu tidak memiliki hubungan apa pun dengan kita, tetapi mereka dilanda penderitaan dan kerisauan serta membutuhkan bantuan. Mereka tidak berhubungan dengan kita dan berada di tempat yang jauh dari kita. Namun, begitu tahu bahwa ada orang yang dilanda penderitaan dan membutuhkan bantuan, kita berusaha untuk bersumbangsih. Setelah melenyapkan penderitaan, kita juga berbagi Dharma dengan mereka. Bukankah ini yang diulas dalam Sutra Makna Tanpa Batas?
Bodhisatwa selalu sepenuh hati mencari cara untuk melenyapkan penderitaan orang-orang dan membuka jalan kebahagiaan bagi mereka. Kita membuka jalan bagi mereka agar mereka bisa melewati kesulitan. Untuk itu, kita harus menggunakan ajaran Buddha. Pada zaman Buddha, dikatakan bahwa untuk menjadi Bodhisatwa, harus bisa mengasihi tanpa mementingkan jalinan jodoh, memiliki perasaan senasib dan sepenanggungan, dan rela bersumbangsih. Inilah yang disebut Bodhisatwa.
Dunia yang penuh kekeruhan ini sangat membutuhkan Bodhisatwa dunia. Jadi, kita harus bersungguh hati membentangkan jalan dengan cinta kasih agung dan membangun jembatan dengan welas asih agung agar orang-orang bisa menyeberang dengan selamat. Kita harus menggunakan kebijaksanaan agung untuk membimbing orang-orang yang tersesat kembali ke jalan menuju kesadaran. Kita harus menggunakan kekuatan ikrar agung untuk mendukung satu sama lain menapaki jalan menuju kesadaran. Kita harus bersungguh-sungguh membuka Jalan Bodhisatwa dan menginspirasi orang-orang untuk membentangkan jalan ini. Inilah arah tujuan kita.
Penderitaan berasal dari akumulasi kegelapan batin
Memahami kekosongan dan melenyapkan noda batin
Membangun jembatan dengan cinta kasih, welas asih, dan kebijaksanaan agung
Giat membentangkan Jalan Bodhisatwa dengan kekuatan ikrar agung
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 3 Mei 2018
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Li Lie