Ceramah Master Cheng Yen: Membangun Tekad dan Menjalin Jodoh Baik


Kekuatan manusia sangatlah kecil dan bumi sangatlah rentan, tidak mampu menahan tiupan angin kencang ataupun banjir. Bahkan gunung, sungai, dan bumi pun rentan rusak, apalagi manusia. Kekuatan manusia sangat kecil dan juga sangat rapuh. Saya sering berkata bahwa dibandingkan dengan dunia ini, manusia itu kecil seperti seekor semut.

Waktu bagaikan sungai yang mengalir tanpa henti. Bagaimana dengan alam semesta? Alam semesta sungguh luas dan tak terbatas, sedangkan manusia sangat kecil seperti seekor semut. Karena itu, saya senantiasa mengingatkan diri sendiri akan hal ini.

Saya menaruh sebuah kerajinan tangan berbentuk semut di sudut jam digital di atas meja saya. Itu sering mengingatkan saya akan kekuatan manusia yang sangat kecil, waktu yang bagaikan sungai yang mengalir tanpa henti, serta gunung yang tinggi dan bumi yang luas.

Bayangkan, seekor semut kecil berpacu dengan waktu serta bergerak maju melawan debu yang beterbangan, tiupan angin kencang, dan terjangan ombak besar. Betapa kerasnya perjuangan semut itu. Bagaimana ia bisa melewati ombak besar? Dunia ini begitu luas dan tak terbatas. Semut itu harus menghadapi dunia yang begitu luas ini.


Setiap kali melihat kerajinan tangan berbentuk semut yang ada di atas meja, saya merasa bahwa ia sangat kesepian dan kekuatannya sangat kecil. Waktu terus bergulir detik demi detik. Namun, semut kecil itu masih berdiam di sana.

Di dunia yang begitu luas dan di tengah waktu yang terus bergulir, ke manakah ia akan pergi? Begitu pula dengan kehidupan kita. Bagaimana kehidupan kita sebelumnya? Bagaimana pula kehidupan mendatang kita? Kita hidup di surga atau neraka pada kehidupan sebelumnya? Di kehidupan sebelumnya, kita mungkin hidup sebagai manusia, seekor semut, seekor anjing, atau seekor kucing. Inilah yang disebut kelahiran kembali di enam alam kehidupan.

Setiap orang akan mengalami kelahiran kembali. Kemarin bagaikan kehidupan lampau kita. Apa yang terjadi kemarin telah berlalu. Saat berinteraksi dengan orang lain kemarin, apakah kita menabur benih yang baik di dalam hati mereka?

Jika kita telah melakukannya, berarti kita telah membawa sukacita bagi mereka dan menjalin jodoh baik dengan mereka. Mungkin saja ada sebagian orang yang secara tidak sengaja mengatakan kepada kita bahwa mereka benar dan orang lain salah karena mereka diperlakukan dengan buruk.


Mereka pun merasakan kerisauan dalam hati mereka dan mengeluh terhadap apa yang terjadi pada mereka. Apakah kita harus memberi tahu mereka bahwa mereka salah dan orang lain benar? Ketika terjadi perselisihan antarsesama, bagaimana menentukan siapa yang benar atau salah? Ini sungguh sangat sulit.

Setiap orang cenderung berpikir, "Saya benar, merekalah yang salah." Benarkah mereka yang salah atau malah sebaliknya? Bagaimana menyelesaikan perselisihan dan menentukan yang benar dan salah agar semua pihak yang terlibat dapat menerimanya dengan penuh sukacita?

Mari kita menaburkan benih sukacita dalam hati setiap orang untuk menjalin jodoh baik dengan mereka. Dengan demikian, kita dapat melanjutkan jalinan jodoh baik ini di kehidupan selanjutnya.

Tidak peduli apa yang saya ajarkan, kalian merasa bahwa semuanya merupakan prinsip kebenaran yang membimbing kalian ke arah yang benar. Semua itu berkat jalinan jodoh baik dari kehidupan lampau. Sekalipun kita hanya sedikit menjalin jodoh buruk dengan orang lain pada kehidupan lampau kita, itu tetap merupakan benih.


Jika orang lain merasa tidak senang dan diliputi noda batin, kita akan terus menjalin jodoh buruk dengan mereka, seperti satu benih yang tumbuh menjadi tak terhingga. Jadi, sekali menjalin jodoh buruk, jalinan jodoh buruk ini mungkin akan makin bertambah dari kehidupan ke kehidupan. Jadi, kita tidak boleh berbuat hal keliru sedikit pun.

Dengan menjalin jodoh baik dengan semua orang, barulah kita dapat sungguh-sungguh membimbing orang-orang ke arah yang benar. Karena itu, saya selalu berharap anggota komite kita dari segala usia dapat menggenggam waktu yang ada untuk menjalin jodoh baik dengan semua orang serta membimbing mereka dengan kata-kata baik.

Dengan terus membimbing lebih banyak orang, kelak kita dapat membentuk barisan Bodhisatwa dunia yang panjang dan mencapai kebuddhaan. Perjalanan ribuan kilometer Perjalanan ribuan kilometer dimulai dari langkah pertama kita.  

Melangkah maju dengan mantap meski harus melawan debu yang beterbangan
Semut-semut mengerahkan segenap tenaga untuk mendaki Gunung Sumeru
Melapangkan hati dan membangun tekad
Terbebas dari kelahiran kembali dan menjalin jodoh baik

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 07 April 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 09 April 2022
Ada tiga "tiada" di dunia ini, tiada orang yang tidak saya cintai, tiada orang yang tidak saya percayai, tiada orang yang tidak saya maafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -