Ceramah Master Cheng Yen: Membasahi Batin dengan Air Dharma dan Melindungi Bumi


Apa yang akan terjadi jika umat manusia tetap hidup di tengah ketidaktahuan? Lihatlah, Bumi telah mengirimkan sinyal darurat. Kebakaran hutan terjadi di seluruh dunia. Bumi tengah mengalami kerusakan. Siapa yang merusaknya? Manusia.

Saat ini, kita sungguh harus memadamkan api. Kebakaran hutan harus dipadamkan. Itu hanya butuh segelintir orang. Namun, yang terpenting, semua orang harus harus membangkitkan ketulusan dan membasahi batin masing-masing.

Kita harus membasahi batin kita karena batin setiap orang bagaikan rumah yang tengah terbakar. Batin kita bagaikan rumah yang tengah dilalap api. Api apa? Nafsu keinginan. Api nafsu keinginan ini terus membara di dalam batin kita. Jika kita tidak segera memadamkan api nafsu keinginan di dalam batin kita, Bumi akan terus dilanda kebakaran hutan dan semakin cepat rusak.

Kini belum terlambat untuk meredam pemanasan global. Untuk meredam kenaikan temperatur Bumi yang terlalu cepat, kita harus mengendalikan nafsu keinginan. Setiap orang hendaklah segera mengurangi nafsu keinginan. Berhenti mengumbar nafsu keinginan dan jangan membiarkannya membara. Kita harus berhenti mengumbar nafsu keinginan dan bersungguh-sungguh mempelajari prinsip kebenaran.
 

Mengapa kini terjadi begitu banyak bencana? Selain bencana alam yang kerap terjadi, kini juga ada pandemi Covid-19.  Berbagai bencana terjadi secara bersamaan. Kini satu-satunya obat mujarab ialah setiap orang mengurangi nafsu keinginan. Cara yang paling efektif untuk mengurangi nafsu keinginan ialah bervegetaris.

Setiap hari, entah berapa kali saya berkata bahwa kita harus bervegetaris dan mengurangi nafsu keinginan. Nafsu keinginan dan karma buruk terbesar kita berkaitan dengan mulut. Saat ini, semua orang mengenakan masker. Ini mengingatkan kita untuk menjaga mulut dengan baik. Pandemi kali ini muncul karena orang-orang belum bisa mengendalikan nafsu makan.

Berhubung udara yang dihirup telah terkontaminasi, maka orang-orang harus menutupi hidung dan mulut dengan masker. Obat mujarab untuk mengakhiri pandemi ini ialah bervegetaris. Pandemi ini mendatangkan pelajaran besar tentang perkara makan. Saat ini, sangat penting untuk membimbing orang-orang menjaga mulut.

Pertama-tama, kita harus mengendalikan nafsu makan. Kedua, yang juga sangat penting, kita harus bertutur kata baik, berbuat baik, dan menyebarkan kebaikan. Dengan demikian, barulah kita bisa menenangkan hati dan pikiran. Bagaikan naik perahu yang sama di tengah samudra, saat bertemu ombak besar, orang-orang di atas perahu ini hendaklah tenang. Jika mereka panik saat bertemu ombak besar, perahu itu akan semakin terombang-ambing dan semakin mudah terbalik. Jadi, saat bertemu ombak besar, orang-orang di atas perahu harus tenang.


Kita juga harus berhenti mengumbar nafsu keinginan dan bersungguh-sungguh mempelajari kebenaran. Dalam telekonferensi belakangan ini, saya selalu mendengar insan Tzu Chi berkata, "Master, kami selalu mendengar Dharma dan mengikuti ceramah Master setiap pagi." "Kami juga mengikuti kegiatan bedah buku." Dalam telekonferensi, mereka juga bisa menyebutkan kapan dan apa yang saya katakana dengan tepat. Mereka bisa berbagi ajaran saya dengan benar.

Saat saya berbicara dengan insan Tzu Chi lain, mereka juga mengikutinya dalam jaringan. Ini berkat kemajuan teknologi sekarang. Saya berharap setiap orang dapat mendengar dan menyerap ajaran saya ke dalam hati serta mempraktikkannya secara nyata. Inilah yang disebut Dharma.

Namun, tidaklah cukup jika hanya insan Tzu Chi yang mendengarkan ajaran saya. Karena itu, kita harus mengajak lebih banyak orang untuk mendengar Dharma dan mempraktikkannya. Kita harus menggenggam waktu. Lihatlah, Bumi telah mengirimkan sinyal darurat.


Dharma bagaikan embun manis. Kita harus segera membangkitkan niat baik untuk mengimbau orang-orang menyerap Dharma ke dalam hati. Kita harus segera membasahi batin orang-orang dengan Dharma yang bagaikan embun manis ataupun air. Sebelumnya, saya sering berkata demikian.

Saat mengulas Syair Pertobatan Air Samadhi, saya terus berkata bahwa Dharma bagaikan air. Saat mengulas Sutra Bunga Teratai, saya berkata bahwa Dharma bagaikan embun manis. Dharma bagaikan air yang membasahi batin dan menyucikan hati manusia. Bodhisatwa sekalian, saat ini kita tidak boleh diam. Sebelumnya saya berkata bahwa mengatakannya pun percuma, tetapi kini, saya tidak bisa tidak mengatakannya.

Kita harus menggenggam jalinan jodoh dan waktu untuk lebih banyak berbagi dan mendengar Dharma agar tetes demi tetes air Dharma dapat meresap ke dalam batin dan memadamkan nafsu keinginan. Dharma bagaikan air. Di tengah kebakaran hutan, Bumi berada dalam kondisi darurat dan membutuhkan air. Di tengah nafsu keinginan yang begitu membara, manusia juga membutuhkan air, yakni air Dharma, untuk menyucikan fisik dan batin.

Setiap orang hendaklah membangkitkan ketulusan. Mendengar Dharma bagai menyerap air. Dengan mempraktikkan kebajikan, kita bagai memadamkan api dengan air. kita bagai memadamkan api dengan air. Singkat kata, mari kita lebih bersungguh hati setiap waktu.
 
Bencana alam dan pandemi membawa dampak bagi manusia
Menerima nasihat dan berhenti mengumbar nafsu keinginan
Memadamkan api nafsu keinginan dengan air Dharma
Bencana baru bisa diredam jika semua orang bersatu hati

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 18 Agustus 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 20 Agustus 2021
The beauty of humanity lies in honesty. The value of humanity lies in faith.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -