Ceramah Master Cheng Yen: Membasahi Batin dengan Air Dharma dan Mempraktikkan Dharma
Banyak bencana yang terjadi di seluruh dunia. Kita harus mengetahui bencana yang terjadi, baru bisa mengembangkan nilai kehidupan dengan menciptakan berkah. Setiap orang bisa mengembangkan nilai kehidupannya dengan menciptakan berkah. Namun, tidak semua orang mengembangkan nilai kehidupan mereka. Ini bagaikan antibodi. Apakah setiap orang memiliki antibodi? Saya berharap setiap orang tenteram dan sehat.
Namun, yang lebih saya harapkan ialah hati dan pikiran setiap orang memiliki arah yang benar. Pola pikir sangatlah penting.
Saat ini, banyak bencana yang terjadi di seluruh dunia. Setiap hari, saya mengikuti berita internasional dan mengkhawatirkan kondisi bencana di seluruh dunia. Seberapa banyak bencana yang terjadi di seluruh dunia, sebanyak itulah kekhawatiran saya.
Sungguh, setiap orang hendaknya memperhatikan hal ini. Karena itulah, saya berkata bahwa kita harus bermawas diri dan berhati tulus.
Banyak orang yang tidak bisa melihat bencana yang terjadi di seluruh dunia. Mereka bagai tidak sadar dan tersesat. Jarak pandang mereka terbatas karena debu yang beterbangan. Kita hendaknya mengamati batin sendiri. Saat batin kita dipenuhi debu yang beterbangan, semakin penting bagi kita untuk bermawas diri.
Saya sering berkata bahwa bencana alam terjadi karena karma buruk yang terus terakumulasi dalam waktu yang sangat lama. Di kehidupan lampau, kita mungkin terus menciptakan karma buruk. Karma buruk ini terus terakumulasi sehingga batin kita penuh dengan debu yang beterbangan dan jarak pandang kita hanya beberapa meter. Ini sangat mengkhawatirkan.
Pada masa seperti ini, seluruh insan Tzu Chi hendaklah bersama-sama memegang dahan dedalu untuk memercikkan air guna membasahi ladang batin orang-orang yang penuh dengan debu yang beterbangan. Kita berharap dapat membasahi batin setiap orang yang penuh dengan debu yang beterbangan agar tiupan angin kegelapan batin tak lagi bisa membuat debu beterbangan.
Pada zaman sekarang, angin kegelapan batin selalu mencari kesempatan untuk memasuki batin kita. Karena itu, kita harus terus bertekad dan berikrar untuk menapaki Jalan Bodhisatwa. Untuk itu, kita harus menahan derita. Kini sangat jelas bahwa di dunia ini, kita harus menahan derita.
Dalam ajaran Buddha, dunia ini disebut sebagai Dunia Saha. Saha berarti menahan derita. Terlahir di dunia ini, kita harus menahan derita. Dengan demikian, barulah kita bisa menerima segala kondisi dengan tenang dan sukarela. Kita juga bertekad dan berikrar untuk bersumbangsih bagi masyarakat. Inilah yang disebut Bodhisatwa.
Sebagai Bodhisatwa dunia, kita harus sadar. Bencana yang menggemparkan dunia telah terjadi, tetapi banyak orang yang belum tersadarkan. Karena itulah, belakangan ini saya terus mengulas tentang pelajaran kebaikan. Kita harus tahu bagaimana menyucikan hati orang-orang yang penuh dengan debu yang beterbangan agar orang-orang dapat menuju arah yang benar.
Sungguh, saat ini kita harus mengembangkan cinta kasih tanpa pamrih tertulus tanpa memandang perbedaan agama dan ras.
“Hari ini, kami datang ke Panti Wreda Sunset untuk menyumbangkan 180 kilogram beras dan memberikan bantuan biaya penghangat ruangan agar para lansia di sini dapat melewati musim dingin yang penuh kehangatan dan tidak merasa bahwa musim dingin ini begitu dingin,” kata Wu Hui-lan relawan Tzu Chi.
“Bantuan yang diterima panti wreda kami dari luar sangat sedikit, sedangkan pengeluaran untuk biaya air, listrik, makanan, barang kebutuhan sehari-hari, dan sebagainya sangatlah besar. Terima kasih atas bantuan kalian. Tuhan memberkati kalian,” kata Guillermina Biarawati.
“Bahan makanan ini cukup untuk beberapa waktu. Kami menyediakan 480 porsi makanan setiap hari. Dengan bahan makanan ini, kami dapat menolong lebih banyak orang. Contohnya dengan tepung terigu ini, kami bisa membuat roti,” kata Mariam Penanggung jawab posko penyedia makanan.
Dengan kesatuan hati, semua orang menghimpun cinta kasih tanpa celah untuk membawa manfaat bagi dunia. Semoga dunia aman dan tenteram serta pandemi segera berakhir. Saya juga berharap empat musim dan empat unsur alam dapat selaras. Jadi, dalam interaksi antarmanusia, kita hendaknya mengembangkan cinta kasih.
Kita juga harus membina ketulusan. Tidak peduli menganut agama apa, setiap orang hendaknya bermawas diri, berhati tulus, dan bervegetaris.
Setiap agama memiliki aturan masing-masing. Saya berharap setiap orang dapat menaati aturan dan berdisiplin. Kita harus hidup berdampingan dengan semua makhluk. Manusia ingin hidup, hewan pun ingin hidup. Manusia takut mati, hewan pun takut mati.
Kita harus bisa berempati pada hewan. Hewan juga bisa merasakan rasa sakit seperti manusia. Hewan juga memiliki nyawa seperti manusia. Jadi, semua makhluk setara. Kita harus menghormati semua kehidupan dengan cinta kasih.
Menghormati kehidupan dengan cinta kasih bisa dipraktikkan oleh semua agama. Setiap orang hendaklah mendengar Dharma, menyebarkan Dharma, dan mewariskan Dharma. Setelah mendengar Dharma, kita bisa menyebarkan apa yang kita dengar dan mewariskannya dengan hati tertulus. Siapa pun yang melakukannya, saya sangat bersyukur pada kalian.
Dalam mewariskan Dharma, yang terpenting ialah melakukan praktik nyata. Insan Tzu Chi telah melakukannya dalam menjalankan Empat Misi dan Delapan Jejak Dharma Tzu Chi. Ini membuktikan bahwa kita telah menuju arah yang benar dan melangkah dengan mantap.
Mulai sekarang, kita harus melangkah dengan mantap dan melatih diri dengan tekun setiap waktu. Asalkan arah kita benar, maka lakukan saja.
Berikrar menahan derita di Jalan Bodhisatwa
Membasahi batin dengan air Dharma agar debu tidak beterbangan
Tulus bervegetaris dan mengasihi semua makhluk secara setara
Menyebarkan Dharma yang didengar dan mempraktikkannya
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 13 Juni 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 15 Juni 2021