Ceramah Master Cheng Yen: Membasahi Ladang Batin dengan Dharma dan Menumbuhkan Kebijaksanaan


“Sama sekali tidak ada sumber air di dekat rumah saya. Di sinilah tempat terdekat yang ada air. Saya tahu bahwa ada orang yang mencuci baju dan piring di sini. Hewan-hewan juga menggunakan air di sini. Namun, saya tidak punya jalan lain. Saya pun khawatir akan terkena kolera,”
kata Pamela Nyambedza warga.

“Biasanya, kami menimba air dari sumur yang dalamnya hanya dua hingga tiga meter. Air yang diperoleh tidaklah cukup. Selama dua tahun merebaknya pandemi Covid-19, kami terpaksa menempuh perjalanan jauh untuk mengambil air dari desa lain. Kami biasanya berangkat tengah malam dan harus berjalan sangat jauh, baru bisa menemukan air bersih,” kata Shelly Mandore warga.

Kita bisa melihat Zimbabwe, Afrika. Bagaimana kehidupan warga Zimbabwe? Kita bisa mengetahuinya lewat video tadi. Kita telah mengembangkan wadah yang dapat diletakkan di atas kepala dengan stabil dan terasa lebih nyaman. Kita berharap saat wadah itu diletakkan di atas kepala mereka, mereka dapat merasa lebih nyaman. Berhubung Afrika sering dilanda kekeringan, kita pun menggali sumur dan memasang pompa di sana.

“Demi mengambil air, warga setempat sering kali harus berjalan sejauh 5 hingga 10 kilometer. Mereka harus berjalan sejauh itu, baru bisa mendapatkan air. Karena itu, tim kita berkunjung tiga kali untuk mencari sumber air. Setiap kunjungan butuh waktu dua hingga tiga hari. Kita berharap dapat menemukan sumber air berkualitas,” kata Tino Chu relawan Tzu Chi.

Saya sering mengungkapkan rasa syukur saya terhadap Relawan Tino Chu. Dia memiliki jalinan jodoh untuk menjalankan usaha dan menetap di Zimbabwe. Dia telah membangun tekad dan ikrar. Saya masih ingat belasan tahun lalu, anak-anak di sana kurang sadar akan kebersihan. Dia selalu membantu mencukur rambut mereka.


Saat itu, saya melihat bagaimana sekelompok relawan kita memperbaiki kehidupan begitu banyak anak di sana. Relawan kita membimbing mereka untuk menjaga kebersihan tubuh dan disiplin dalam kehidupan sehari-hari, menyediakan makanan bagi mereka, dan mengajari mereka cara makan yang higienis. Inilah yang dilakukan oleh para relawan kita di sana.

Sebutir benih dapat bertumbuh menjadi tak terhingga. Sebutir benih ini dapat menghasilkan benih yang tak terhingga. Relawan kita terlebih dahulu menginspirasi warga setempat sehingga terhimpunlah kekuatan untuk memanfaatkan lahan setempat. Kita mengajari mereka menanam sayuran dan lain sebagainya.

Dimulai dari sebersit niat, relawan kita menginspirasi warga setempat untuk menggarap perkebunan. Hasil perkebunan juga dimanfaatkan untuk menyediakan makanan bagi orang yang membutuhkan. Untuk mengentaskan kemiskinan, manusia adalah kuncinya. Jika tidak berusaha, yang kekurangan akan selamanya kekurangan. Dengan mengajari mereka cara mencari nafkah, mereka dapat terbebas dari kemiskinan. Jadi, manusia adalah kuncinya.

Selain itu, kita juga harus menginspirasi mereka untuk membangkitkan cinta kasih dan menggarap ladang batin. Dengan membangkitkan cinta kasih mereka, berarti kita membangkitkan sifat hakiki dan mengembangkan potensi kebajikan mereka. Kita harus membimbing orang-orang dan membasahi ladang batin mereka dengan Dharma.


Para relawan lokal di Zimbabwe telah menggarap dan memupuk ladang batin mereka serta mengubah pengetahuan menjadi kebijaksanaan. Mereka tidak kaya secara materi, tetapi kekayaan batin mereka sama seperti kita. Mereka juga menciptakan berkah bagi masyarakat. Dedikasi mereka tidak kalah dari kita. Kebijaksanaan mereka juga setara dengan kita. Mereka sungguh merupakan Bodhisatwa dunia.

Setiap kali melihat kondisi seperti ini, saya sungguh sangat tersentuh. Saat tersentuh, saya juga bersyukur. Saya berharap setiap orang dapat melihat dedikasi mereka dan bertekad untuk meneladan mereka.

Kita memiliki kewajiban untuk memikul bakul beras bagi dunia. Langit memberikan tanggung jawab besar pada orang-orang. Saya sendiri merasa bahwa langit memberikan tanggung jawab besar pada saya. Karena itu, saya harus memikul tanggung jawab ini.

Saya akan memikulnya di pundak saya bagai memikul dua bakul beras. Bakul di depan melambangkan berkah dan bakul di belakang melambangkan kebijaksanaan. Bisa juga sebaliknya. Tidak peduli di depan atau di belakang, berkah dan kebijaksanaan bagai sepasang kaki yang berjalan beriringan.

Kita menciptakan berkah bagi masyarakat dan membimbing semua makhluk dengan kebijaksanaan. Menciptakan berkah dan membimbing semua makhluk dengan kebijaksanaan hendaklah kita lakukan hingga selamanya. Janganlah kalian berkata, "Master, saya sudah berusia lanjut. Sumbangsih saya cukup sampai di sini."


Saya hendak memberi tahu kalian bahwa sumbangsih kita tidak akan pernah cukup. Dari kehidupan ke kehidupan, sumbangsih kita tidak akan cukup. Berhubung bertujuan untuk mencapai kebuddhaan, kita harus menapaki Jalan Bodhisatwa hingga selamanya. Kita harus bersumbangsih tanpa pamrih, bahkan mengucap syukur.

Mari kita bersumbangsih tanpa pamrih setiap hari dengan penuh sukacita, damai, dan tenang. Kita hendaknya selalu menikmati momen kita bersumbangsih. Bersumbangsih merupakan suatu kenikmatan bagi kita. Menapaki Jalan Bodhisatwa di dunia untuk mengubah derita menjadi sukacita dan membebaskan orang-orang dari kemiskinan, ini bukanlah hal yang mustahil. Kita harus memiliki keyakinan seperti ini. Keyakinan adalah akar dari segala pahala.

Bodhisatwa sekalian, mari kita membangun keyakinan serta berikrar dan melakukan praktik nyata bersama. Kita menjalankan praktik Bodhisatwa dengan keyakinan dan ikrar. Saya selalu bersyukur kepada kalian yang menjalankan praktik Bodhisatwa dengan keyakinan dan ikrar. Mari kita menapaki Jalan Bodhisatwa di dunia dengan tekun dan langkah yang mantap.  

Membangun keyakinan dan berikrar untuk memikul tanggung jawab besar
Membina berkah dan kebijaksanaan sekaligus untuk membimbing orang banyak
Menggarap ladang batin dan membangkitkan cinta kasih
Menapaki Jalan Bodhisatwa di dunia dengan langkah yang mantap

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 30 Maret 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 01 April 2022
Mendedikasikan jiwa, waktu, tenaga, dan kebijaksanaan semuanya disebut berdana.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -