Ceramah Master Cheng Yen: Membawa Harapan dan Cahaya Bagi Semua Orang
Pada dini hari kemarin, di Jawa Barat, Indonesia, terjadi banjir bandang yang mendatangkan bencana besar. Kekuatan alam sungguh sangat besar. Kita juga melihat terjangan Topan Malakas di Jepang yang mendatangkan curah hujan tinggi yang memicu terjadinya tanah longsor. Ini semua merupakan bencana alam. Sungguh, kini mendengar kata topan membuat orang merasa takut dan khawatir. Namun, di dunia ini, kekuatan manusia sangat kecil dan tidak mampu melawan alam. Jika setiap orang dapat menghimpun kekuatan cinta kasih dengan hati yang tertulus, barulah empat unsur alam bisa selaras dan dunia bisa aman dan tenteram.
Kita juga melihat seorang anak berusia 4 hingga 5 tahun yang sangat menggemaskan. Namun, suatu kecelakaan membuat anak perempuan yang menggemaskan ini menderita luka bakar yang sangat serius. Sejak menerima kasus ini, insan Tzu Chi terus mendampinginya hingga kini dia akan duduk di bangku Sekolah Dasar. Anak ini merasa minder. Anggota keluarganya juga sangat khawatir dia akan ditertawakan oleh teman-temannya. Karena itu, insan Tzu Chi terlebih dahulu memberi pendidikan cinta kasih.
“Mengenakan jaket butuh berapa detik? Beri tahu saya, berapa detik? “Satu detik.” Satu detik sudah cukup, bukan? Ayo, sekarang kita lihat mereka butuh waktu berapa lama. Tidak leluasa sekali, bukan?” ucap Wen Miao-qing, Guru.
“Mulai sekarang, Ma Hong-ying adalah anggota dari kelas I-4. Kelak, saat dia membutuhkan bantuan, apa yang harus kita lakukan?” lanjutnya. “Membantunya.”
Lihatlah, anak-anak begitu polos dan menggemaskan. Setiap orang memiliki hakikat kebuddhaan yang terpendam. Cinta kasih tanpa pamrih terpendam di dalam hati setiap anak-anak. Bukankah anak-anak bagaikan teratai yang tumbuh di kolam berlumpur, tetapi tidak ternodai? Anak-anak kecil sungguh sangat menggemaskan. Di usia dini, mereka bisa mengembangkan cinta kasih agung. Orang dewasa juga bisa melakukannya.
Kita bisa melihat sekelompok anak muda dalam TIMA Australia yang selama bertahun-tahun menghimpun kekuatan cinta kasih. Sejak tahun 2002, mereka menggelar baksos gigi. Sekelompok dokter muda ini melintasi gunung dan bukit untuk menggelar baksos di wilayah pegunungan yang jauh. Sungguh, warga kurang mampu sangat sulit untuk berobat. Meski hanya sakit gigi, biaya pengobatannya juga sangat mahal. Mereka tidak mampu membayar biaya pengobatan.
“Pada tahun 2007, kita menggelar baksos kesehatan untuk pertama kalinya di Tara. Saat itu, kita mendengar kabar bahwa tidak ada dokter gigi yang memberi pelayanan di sini. Saat sakit gigi, pasien biasanya membiarkannya hingga terjadi peradangan atau membengkak. Sebagian warga bahkan mengonsumsi miras untuk menghilangkan rasa sakit mereka. Karena itu, kita merasa kasihan kepada para pasien di sini,” ucap Lu Yi-xin, Dokter TIMA.
Jadi, sekelompok dokter muda ini setiap tahun bersama-sama pergi ke wilayah pedesaan yang terpencil untuk menggelar baksos.
“Awalnya, kita hanya tahu tempat ini terdapat di wilayah apa, tetapi kita tidak memiliki peta. Kita juga mencari lokasinya dengan menggunakan Google Maps. Namun, di sini, Google Maps dan GPS sama sekali tidak berguna. Contohnya jalan yang kita tempuh ke sini hari ini. Berdasarkan GPS, di sini tidak ada jalan. Namun, sesungguhnya tempat ini merupakan lahan yang luas dengan banyak jalan. Pada tahun 2015, kita baru mendapatkan peta Tara yang lebih akurat,” ucap Lu Wei-cheng, Relawan Tzu Chi.
“Hari ini, daerah yang akan kita kunjungi dari rumah ke rumah adalah daerah dengan garis putus-putus ini. Kita tidak tahu ada berapa rumah. Namun, kita akan memberi pelayanan dari rumah ke rumah,” ucap Ye Xin-yi, Perawat TIMA.
Orang yang menderita membutuhkan penghiburan dan sumbangsih yang penuh cinta kasih untuk meringankan penderitaan mereka. Jika tidak, orang yang menderita akan tetap menderita, bahkan semakin menderita. Jika orang yang menderita bisa memperoleh perhatian, penghiburan, dan sumbangsih dari orang lain, maka mereka akan merasa bahwa di dunia ini masih ada kebahagiaan. Sekelompok dokter muda ini bukan hanya merawat kesehatan gigi, tetapi juga memperindah hidup pasien. Selain itu, dokter kita juga membuat gigi palsu yang sangat bagus bagi pasien.
“Saya merasa agak aneh karena mulut saya masih mati rasa. Namun, gigi palsu metal saya telah diganti. Ini sungguh luar biasa. Saya sungguh berterima kasih atas semua yang telah kalian lakukan,” ujar Anne Graham, Pasien.
Para dokter muda ini sungguh mengagumkan. Jadi, tiada yang mustahil jika kita memiliki tekad. Kekuatan cinta kasih ini bisa menginspirasi cinta kasih banyak orang.
“Dahulu, saya gemar main golf dan berjudi. Saya telah menyia-nyiakan hidup saya sebelumnya. Setelah mengenal Tzu Chi, saya berhenti berjudi dan main golf. Saya menghabiskan lebih banyak waktu untuk Tzu Chi. Saya sangat menikmatinya karena saya suka bekerja dengan tangan saya,” ucap Allan Warn, Relawan.
Singkat kata, kita harus sungguh-sungguh memancarkan kecemerlangan hakiki manusia ke tempat yang lebih jauh dan luas agar setiap orang bisa melihatnya. Harapan dalam hidup manusia adalah cinta kasih. Kita harus menyebarkan kebenaran ini ke seluruh alam semesta. Jika prinsip kebenaran bisa tersebar luas, maka cinta kasih akan tertanam di dalam hati setiap orang. Setelah benih cinta kasih tertanam di dalam hati, kita harus mempraktikkannya di dunia ini agar cahaya cinta kasih dapat menyinari hati setiap orang. Membawa harapan dan cahaya bagi semua orang dan membimbing mereka menuju kehidupan yang cemerlang dan indah.
Tekanan atmosfer mungkin akan membentuk topan
Memberikan pendidikan cinta kasih untuk melindungi sesama
Menggelar baksos gigi bagi warga kurang mampu
Dengan demikian, kita dapat menginspirasi cinta kasih tanpa pamrih setiap orang
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 22 September 2016
Sumber: Lentera Kehidupan- DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 24 September 2016