Ceramah Master Cheng Yen: Membawa Ketenteraman dengan Welas Asih dan Kebijaksanaan
“Bagi para warga kurang mampu ini, beras adalah kebutuhan pokok untuk bertahan hidup. Jika ada kesempatan di masa depan, gereja kami juga ingin membalas budi Tzu Chi,” kata Pastor Sambayon.
Ya, wabah kali ini sungguh membuat orang-orang merasa takut. Berbagai negara juga menerapkan penutupan wilayah. Jadi, berbagai sendi kehidupan tiba-tiba berhenti. Warga kurang mampu sungguh menderita.
Ketua Tzu Chi Filipina, Henry Yunez, serta mantan ketua, Alfredo Li, bersama-sama keluar untuk memikul tanggung jawab. Barang kebutuhan di sana sangat kurang. Segala sektor usaha sedang terhenti karena Filipina menerapkan penutupan wilayah. Mencari alat transportasi untuk menyalurkan bantuan juga tidak mudah.
Beruntung, Bapak Henry Yunez memiliki cara untuk membeli barang bantuan, baik makanan maupun barang kebutuhan lainnya, serta menyalurkannya. Ini karena beliau adalah seorang pengusaha dengan koneksi yang sangat baik. Berkat adanya hubungan baik dengan rekan-rekan sesama pengusaha, beliau dapat terbantu dalam pengadaan barang dan pengadaan alat transportasi.
Kita juga seharusnya masih ingat saat Topan Haiyan melanda Filipina, Relawan Tzu Chi juga menyalurkan bantuan dengan sepenuh hati. Saat itu jalan di daerah bencana dipenuhi sampah. Banyak pula bangunan yang roboh. Saat itu kita membutuhkan alat berat, seperti pemuat beroda, penggali, dan buldoser. Dari mana kita mendapatkan semua itu? Bapak Yunez mengerahkan banyak alat berat yang dibutuhkan dari Manila. Beliau mengirimkannya dengan sebuah kapal besar.
Berkat adanya Tzu Chi, kota yang rusak akibat bencana itu pulih kembali. Semua ini terwujud berkat mereka, yakni Alfredo Li, Henry Yunez, Manuel Siao, dll. Para relawan Tzu Chi bersumbangsih bersama-sama.
Wabah kali ini tidak membawa kerusakan fisik, melainkan masalah yang tidak berwujud yang bisa menyebar tanpa terdeteksi. Semua orang merasa takut. Ia bahkan bisa membuat sebuah negara ditutup. Separah itulah kondisinya. Kekuatan wabah penyakit ini sepertinya lebih besar dibanding Topan Haiyan. Kekuatan Topan Haiyan menimbulkan kerusakan fisik pada satu kota, sedangkan wabah ini menyelimuti seluruh dunia, termasuk Filipina. Filipina pun menerapkan penutupan wilayah. Orang-orang dilarang keluar rumah, terutama bagi mereka yang berusia 60 tahun ke atas.
Saat Tzu Chi hendak menyalurkan bantuan, relawan yang berusia lebih dari 60 tahun juga tak bisa keluar. Lalu bagaimana? Para relawan kita, terutama yang berpengalaman, sebagian besar sudah berusia di atas 60 tahun. Bapak Henry Yunez tidak bisa keluar, Alfredo Li juga tidak bisa keluar karena batasan usia. Banyak anggota komite kita yang tidak bisa keluar.
Bapak Henry Yunez terus berkoordinasi lewat telepon untuk mengumpulkan relawan serta membeli barang bantuan. Jadi, beliau duduk dan tidak bergerak sepanjang hari. Bagaimana dengan Alfredo Li? Beliau adalah yang paling ahli dalam penyaluran bantuan. Beliau sangat berpengalaman. Beliau juga mampu menghadapi para warga kurang mampu atau mereka yang merasa sudah tidak tahan terhadap kesulitan yang dihadapi. Jadi, beliau terus memberi arahan dan sebagainya.
Intinya, saya sangat tersentuh, bersyukur, serta tidak sampai hati. Saya tidak sampai hati melihat murid-murid saya di sana harus mencari cara untuk bersumbangsih di tengah kekhawatiran dan ketakutan.
Pembagian bantuan berjalan dengan tertib. Dari gambar yang ada, kita bisa melihat orang-orang sangat menaati peraturan. Barang-barang bantuan yang dibagikan sangat cukup. Para warga yang menerimanya juga sangat tertib dan taat aturan. Bagaimana mungkin saya tidak memuji mereka? Saya sungguh bersyukur dan tersentuh. Pembagian bantuan beras bagi warga kurang mampu tentu membutuhkan kerja keras. Kali ini, mereka membagikan 70 ribu lebih paket untuk lebih dari 70 ribu kepala keluarga.
Begitu pula di Bohol. Saya jarang membahas tentang Pulau Bohol, tetapi kita juga menyalurkan bantuan di sana.
“Saya tidak menyangka di tengah krisis ini, Tzu Chi kembali mengulurkan tangan bagi kami. Terima kasih atas perhatian relawan Tzu Chi kepada kami para tukang becak mesin,” kata Winses tukang becak mesin.
“Bantuan ini sangat berarti bagi keluarga saya, terlebih di masa wabah ini, kami tidak punya penghasilan. Makanan ini cukup untuk kami makan selama tiga hari,” kata Anita warga Bohol, Filipina.
Dunia sungguh penuh ketidakkekalan dan penderitaan, baik disebabkan oleh bencana alam, bencana akibat ulah manusia, maupun wabah penyakit yang bisa datang kapan saja. Begitu "raja setan" penyebar penyakit bergerak, dia dapat membuat penyakit menyebar ke wilayah yang sangat luas, bahkan menyelimuti seluruh dunia.
Kita harus tulus dan rendah hati. Kita harus memohon ampun dan bertobat secara mendalam. Selain itu, kita juga harus bervegetaris. Kita harus bervegetaris. Bervegetaris itu harus. Lewat bervegetaris, kita mengungkapkan kerendahan hati dan ketulusan kita agar wabah ini cepat berlalu dan "raja setan" ini menaruh belas kasihan. Untuk itu, kita harus berdoa dengan amat tulus. Jadi, kita harus menghimpun kekuatan cinta kasih dengan rasa syukur, ketulusan dan rasa hormat.
Penderitaan akibat wabah
penyakit menyelimuti dunia
Bodhisatwa yang penuh welas
asih dan kebijaksanaan membawa ketenteraman
Memohon ampun dengan rendah
hati dan bertobat secara mendalam
Bervegetaris dan berdoa semoga
wabah cepat berlalu
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 11 April 2020