Ceramah Master Cheng Yen: Membawa Manfaat bagi Dunia dengan Praktik Kebajikan

“Dalam pembagian bantuan hari ini, kita menambahkan sayuran. Ini karena ada orang yang memberi tahu kita bahwa pada masa pandemi ini, para petani juga terkena dampak dan hidup dalam kesulitan. Sayuran mereka telah dipanen, tetapi tidak ada yang membeli meski harganya telah turun hingga 3 peso. Karena itu, sebagian besar sayuran membusuk. kata Zhuang Li-yuan relawan Tzu Chi.

“Kita merasa tidak tega mendengarnya. Jadi, kita mencari cara untuk menghubungi para petani. Ada seorang insan mulia yang berkata bahwa beliau akan membantu biaya transportasi karena jaraknya cukup jauh. Jadi, ada berbagai sebab dan kondisi yang mendukung pembagian bantuan hari ini,” pungkasnya.

Kini insan Tzu Chi di seluruh dunia tengah menolong warga kurang mampu dengan berbagai cara.

Lihatlah insan Tzu Chi Filipina. Mereka juga sangat bijaksana. Saat sayuran sudah dipanen, tetapi tidak ada yang membeli, insan Tzu Chi membantu para petani dengan membeli sayuran mereka. Kemudian, sayuran itu dibagikan kepada orang yang membutuhkan. Inilah cinta kasih dan welas asih.

 

Pada saat yang sama, relawan kita juga mengembangkan kebijaksanaan. Relawan kita membagikan kupon bantuan sehingga orang-orang dapat datang untuk mengambil barang bantuan dengan kupon itu. Sungguh, relawan kita menggunakan berbagai cara agar saat pembagian bantuan berlangsung, semua orang dapat menjaga jarak fisik.

Pembagian bantuan kita sangat berkualitas, juga penuh rasa hormat dan syukur. Kita bisa melihat di berbagai negara di seluruh dunia, insan Tzu Chi bersumbangsih bagi orang-orang yang terkena dampak pandemi COVID-19.

Insan Tzu Chi di seluruh dunia memiliki cara tersendiri dalam membagikan bantuan. Barang bantuan yang dibagikan mungkin berbeda, tetapi selalu ada beras. Ini membuat saya tersentuh dan bersyukur setiap hari. Karena itulah, saya sering berkata bahwa Bodhisatwa datang ke dunia ini demi menjangkau semua makhluk yang menderita. Tanpa makhluk yang menderita, tidak ada yang namanya Bodhisatwa ataupun kesempatan untuk membuka Jalan Bodhisatwa.

Menapaki Jalan Bodhisatwa bukan sekadar menolong orang yang kekurangan, tetapi juga menginspirasi kekayaan batin mereka. Kita menolong orang yang kekurangan dan membimbing mereka untuk menolong sesama.


Setelah memberikan bantuan pada mereka, kita membimbing mereka untuk menjadi orang yang kaya secara batin dengan menolong sesama. Dengan menolong sesama, mereka merupakan orang yang kaya batinnya. Meski kekurangan materi, tetapi mereka memiliki kekayaan batin.

Mereka bisa menjadi orang yang kaya batinnya karena memiliki cinta kasih yang berlimpah. Meski kekurangan materi, tetapi cinta kasih di dalam hati mereka sangat berlimpah. Dengan adanya cinta kasih, mereka dapat menyisihkan uang ke dalam celengan. Ini merupakan wujud cinta kasih mereka.

Bagai tetesan air yang dapat membentuk lautan, himpunan tetes demi tetes cinta kasih juga dapat membentuk kekuatan besar. Tetes demi tetes cinta kasih banyak orang terhimpun menjadi satu kesatuan.

Kita harus turut berkontribusi, meski hanya dengan setetes atau segelas air, untuk memenuhi guci ataupun membentuk sungai. Tetesan air dapat membentuk sungai dan butiran padi dapat memenuhi lumbung. Dengan menyisihkan segenggam beras ke dalam bakul, seseorang sudah turut berkontribusi untuk menolong banyak keluarga.


Saya sering memuji insan Tzu Chi Myanmar. Kini praktik segenggam beras dapat menghimpun lebih dari 23.000 kg beras per bulan. Beras-beras ini dapat digunakan untuk menolong ratusan keluarga yang kekurangan. Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit.

Lebih dari 50 tahun lalu, bukankah Tzu Chi juga berawal dari semangat ini? Kini semangat ini telah menyebar ke seluruh dunia.

Merespons kebakaran hutan di Amerika Serikat, insan Tzu Chi memberikan bantuan berupa selimut dan kebutuhan musim dingin karena musim dingin hampir tiba. Selain itu, kita juga membagikan makanan dan celengan bambu.

Relawan kita berbagi dengan mereka bahwa barang bantuan yang mereka terima berasal dari himpunan tetes demi tetes cinta kasih banyak orang dan dengan donasi kecil, mereka juga dapat menolong sesama. Kisah menyentuh tentang celengan bambu sangatlah banyak. Dengan satu ajaran kebenaran, kita dapat menginspirasi banyak orang.

Ajaran kebenaran bisa diterima oleh semua orang, bagai tetesan air hujan yang menyatu dengan sungai ataupun mata air. Inilah yang terjadi belakangan ini.

Semangat celengan bambu berawal dari lebih dari 50 tahun lalu dan terus diwariskan hingga kini. Kini semangat ini telah menyebar ke seluruh dunia. Ini merupakan pelajaran bermakna yang telah menginspirasi banyak keluarga.


Para pengusaha juga menggunakannya untuk menyemangati karyawan mereka. Sebagian pengusaha memiliki jutaan karyawan. Baik pengusaha di Indonesia maupun Malaysia, saya selalu berkata pada mereka, "Bimbinglah karyawan kalian untuk menciptakan berkah. Dorong mereka untuk memupuk kebajikan dan berkah setiap hari." Kita bisa melihat hasilnya.

Jadi, saat ini, kita harus terus menggalang Bodhisatwa dunia, menyucikan hati manusia, dan mengajak orang-orang untuk berbuat baik. Dengan bertambahnya sebersit niat baik, maka ketamakan akan berkurang.

Dengan memahami kebenaran, kita dapat melenyapkan kebodohan. Dengan demikian, api kebencian pun akan padam. Inilah ketamakan, kebencian, dan kebodohan. Jika hati manusia dipenuhi ketamakan, bencana air akan terjadi.

Ketamakan telah membuat semua makhluk menciptakan karma buruk kolektif. Saat tercipta karma buruk kolektif yang besar akibat ketamakan, bencana air yang besar akan terus terjadi.

Singkat kata, kini seluruh Bumi dilanda bencana api, air, dan angin yang menimbulkan dampak bencana serius. Ketidakselarasan unsur tanah, air, api, dan angin sungguh mengkhawatirkan. Saat kondisi iklim tidak selaras, sulit bagi manusia untuk hidup tenteram.

Menolong warga kurang mampu dengan bijaksana
Mengubah pola pikir dan membangkitkan kekayaan batin
Menyucikan hati manusia dan mengajak orang-orang berbuat baik
Meredam bencana dan menciptakan berkah bagi dunia

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 13 Oktober 2020          
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 15 Oktober 2020
Ada tiga "tiada" di dunia ini, tiada orang yang tidak saya cintai, tiada orang yang tidak saya percayai, tiada orang yang tidak saya maafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -