Ceramah Master Cheng Yen: Membawa Manfaat bagi Masyarakat dengan Kesadaran akan Ketidakkekalan


“Pada tahun 2000, terjadi Topan Xangsane yang membuat Neihu mengalami banjir. Namun, dampak paling parah terjadi di Xizhi. Saat itu, para relawan di setiap daerah memasak makanan hangat untuk membantu para korban bencana. Kami yang berada di Neihu turut bertanggung jawab atas daerah Xizhi,”
kata Chen Mei-yue, relawan Tzu Chi.

“Beberapa hari kemudian, saat Master kembali ke Taichung, Master berkata bahwa ingin mendirikan dapur pusat. Saya berterima kasih kepada Kakak Li Zheng-fu yang telah memasang instalasi listrik dan air dari sore hingga malam. Para relawan wanita pergi ke area dapur dan membantu membersihkannya. Keesokan harinya, kami mulai memasak makanan hangat. Ini berlangsung selama 2 hingga 3 hari,” lanjut Chen Mei-yue.

“Tak disangka, pada tahun 2001, Topan Nari kembali menghantam dan merusak seluruh wilayah besar di Taipei. Di hari kedua, kami mulai memasak makanan hangat lagi untuk dikirimkan ke berbagai wilayah yang membutuhkan. Dalam proses ini, kami telah membuat puluhan ribu nasi kotak. Tidak ada yang tahu bagaimana semua ini bisa terwujud. Saya sangat bersyukur atas kerja sama semua pihak. Tanpa adanya kontribusi dari tiap daerah, hal ini tidak akan mungkin bisa dilakukan,” pungkas Chen Mei-yue.

Ketika kita mengenang masa lalu, sejarah terasa begitu jelas di ingatan. Saya merasa bersyukur atas keberadaan Tzu Chi. Semua insan Tzu Chi berani memikul tanggung jawab. Dalam perjalanan kali ini, mulai dari wilayah Taiwan Tengah, banyak juga orang yang mengenang masa lalu, termasuk Gempa 921. Sesungguhnya, banyak orang memiliki kisah masa lalu yang cukup banyak mengenai bencana.


Selama kunjungan saya ke Taichung, mereka datang untuk bertemu dengan saya dan menceritakan bagaimana mereka dirawat oleh insan Tzu Chi hingga akhirnya bisa membangun kembali rumah mereka. Ini disebut dengan kisah di dunia.

Buddha mengajarkan tentang ketidakkekalan. Ketidakkekalan itu berlaku bagi makrokosmos dan mikrokosmos. Makrokosmos ialah alam semesta; mikrokosmos ialah manusia. Intinya, dunia ini memiliki sangat banyak hal. Ada peristiwa menyedihkan, ada hal-hal yang hangat dan penuh kebajikan serta kisah transformasi kesedihan menjadi kebahagiaan. Oleh karena itu, sejak berada di wilayah Tengah, saya senantiasa mengingatkan semuanya untuk merenungkan perjalanan hidup masing-masing.

Ambillah pena dan kertas untuk mencatat pengalaman hidup kalian. Tulislah apa yang terjadi di tahun dan bulan tertentu, terutama saat terjadi bencana besar. Kenanglah dan catatlah dengan baik. Tuliskanlah pemikiran kita sendiri dan kehangatan kita dengan orang lain. Semua ini dapat dicatat dengan baik. Inilah kitab sejarah besar dunia.

Ajaran Buddha telah ada selama lebih dari 2.000 tahun. Namun, di era Buddha, teknologi belum berkembang. Saat Buddha membabarkan Dharma, tidak ada yang membawa kertas dan pulpen untuk mencatatnya. Beberapa ratus tahun setelah Buddha tiada, pada masa Raja Asoka, semangat ajaran Buddha mulai dibangkitkan kembali. Demi menyebarkan ajaran Buddha, Raja Asoka mendorong diadakannya sidang agung agar kitab suci dan ajaran dapat dikumpulkan dan disusun kembali di dunia. Raja Asoka telah membangun banyak vihara, termasuk berbagai institut dan perguruan tinggi.


Dalam penyusunan kitab suci agama Buddha, kitab suci yang ada saat ini disusun beberapa ratus tahun setelah zaman Buddha. Masa yang disebut "masa depan" saat itu adalah "masa lalu" bagi kita sekarang. Para guru besar menyampaikan ajaran secara lisan dari generasi ke generasi. Kemudian, ajaran-ajaran itu mulai ditulis meski awalnya hanya dalam potongan-potongan kecil.

Proses ini berlanjut hingga semua ajaran dihimpun menjadi kumpulan kitab Sutra, Vinaya, dan Abhidharma. Para cendekiawan kemudian menyusun prinsip-prinsip dan semangat ajaran Buddha. Namun, setiap zaman memiliki sejarahnya sendiri. Seperti halnya zaman kita sekarang juga dipenuhi dengan banyak peristiwa sejarah. Jika kita tidak menggenggam saat ini dan hanya terus berbicara tentang masa lalu, kita akan menyia-nyiakan hari ini.

Hendaknya kita menggenggam waktu saat ini untuk mengenang masa lalu, mencatat, menyusun, mendengar, dan menjadi saksi dari apa yang terjadi di sekitar kita. Inilah cara yang paling nyata. Kita telah menyaksikan hal-hal yang terjadi saat ini. Misalnya, seperti yang kalian bagikan hari ini tentang daerah Lincoln.


“Mengingat kembali peristiwa Topan Winnie 27 tahun yang lalu, saat bencana melanda daerah Lincoln, relawan di Xizhi tidaklah banyak. Saat itu, kami harus memasuki daerah yang terdampak untuk melakukan penanggulangan bencana, survei bencana, dan membagikan makanan hangat. Namun, saat kami hendak keluar dari sana, Jalan Xiwan terendam banjir hingga setinggi leher. Oleh karena kami harus melaporkan situasi bencana, kami terus mencari cara untuk dapat keluar. Bagaimana caranya? Kami mencari sebatang bambu,”
kata Wu Chun-rong, relawan Tzu Ch.

“Kami berjumlah sekitar 7 orang dan bersama-sama membantu menarik satu sama lain. Saat itu, debit air sangat tinggi sehingga kaki kami hampir tidak bisa menyentuh dasar. Selama 8 hari, kami terus memasak makanan hangat untuk disalurkan kepada relawan yang bekerja dan para korban bencana,” pungkas Wu Chun-rong.

Di tempat itu, dalam waktu singkat, insan Tzu Chi hadir untuk menyediakan bubur hangat dan nasi kotak hangat. Kami ingin segera memberikan ketenangan bagi tubuh dan pikiran mereka. Hal ini sangat menyentuh hati. Keselamatan adalah berkah. Orang-orang yang penuh berkah akan tahu di mana bantuan dibutuhkan dan dari mana seharusnya kita membantu. Saya percaya bahwa kalian semua akan mendukung saya untuk membantu mereka yang membutuhkan. 

Mendengar suara penderitaan dan mengemban tanggung jawab dengan keberanian
Bencana yang datang dalam sekejap menunjukkan ketidakkekalan
Menginventarisasi kehidupan dan mencatat sejarah
Memberikan kehangatan dan ketenangan bagi tubuh dan pikiran

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 20 Januari 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 22 Januari 2025
Orang yang memahami cinta kasih dan rasa syukur akan memiliki hubungan terbaik dengan sesamanya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -