Ceramah Master Cheng Yen: Membawa Manfaat bagi Semua Makhluk dengan Tekad Tidak Tergoyahkan


Saat bergabung dengan Tzu Chi 43 tahun lalu, saya tidak paham apa-apa. Yang membuat saya paling bersyukur ialah meski saya tidak paham apa-apa, tetapi Master berusaha untuk membimbing saya. Ternyata, dalam bertindak dan bersikap, saya sungguh perlu memperbaiki diri. Karena itu, suatu hari, saya berkata kepada Master, ‘Master, sebelum bergabung dengan Tzu Chi,
saya merasa saya bisa menjadi orang. Setelah bergabung dengan Tzu Chi, saya baru menyadari bahwa itu sangatlah sulit. Saya harus bertutur kata baik, tersenyum, serta melakukan ini dan itu.’ Master berkata, ‘Kalian bergabung dengan Tzu Chi memang untuk belajar menjadi orang’,” kata Ji Chen Yue-yun relawan Tzu Chi.

“Sungguh, saat menginventarisasi kehidupan saya, saya bisa melihat betapa banyaknya tabiat buruk dan noda batin saya dahulu dan berapa banyak yang telah saya hapus. Saat mengikuti langkah Master untuk melatih diri, apakah saya melatih diri dengan tekun? Apakah saya memiliki tekad pelatihan yang teguh? Saat terjun ke tengah masyarakat untuk bersumbangsih, apakah saya sungguh membawa manfaat bagi orang yang membutuhkan? Jadi, saya sungguh merasa bahwa selama masih bisa bernapas, kita hendaklah menggenggam waktu untuk bersumbangsih. Dengan demikian, barulah kita bisa terus menapaki Jalan Bodhisatwa di kehidupan mendatang,” lanjut Ji Chen Yue-yun relawan Tzu Chi.

“Kita harus terlebih dahulu menyelaraskan pikiran kita dengan Dharma, baru bisa bersumbangsih di tengah masyarakat dan berhimpun di Jalan Bodhi yang lapang,” pungkasnya.

Sungguh, kita telah melakukan banyak hal yang benar. Saat menginventarisasi kehidupan kita, kita akan bersyukur dan dipenuhi sukacita karena kita telah melakukan banyak hal yang benar. Meski juga pernah melakukan perbuatan keliru, tetapi kita segera mengintrospeksi dan memperbaiki diri.


Jika tidak memperbaiki diri, kita mungkin akan membawa tabiat buruk ke kehidupan mendatang. Karena itulah, saya berharap semua orang dapat menginventarisasi kehidupan masing-masing. Saya juga menginventarisasi kehidupan saya dan berharap kalian dapat melakukan hal yang sama.

Saya berharap kita bisa meneruskan jalinan jodoh sebagai guru dan murid dari kehidupan ke kehidupan. Jalinan jodoh sungguh tidak terbayangkan. Saat masih muda, kalian sudah mengikuti langkah saya dan membantu saya membuka jalan.

Saat itu, saya bagaikan menarik kereta dan kalian membantu mendorongnya. Berhubung jalan kita makin lama makin terjal, maka tenaga yang dibutuhkan makin besar. Kalian bukan hanya mengerahkan tenaga sendiri, tetapi juga mengajak orang lain untuk bersama-sama menapaki jalan ini dan membantu mendorong kereta ini.

Saat saya hendak menjalankan misi amal, kalian sudah bergabung. Saat saya hendak membangun rumah sakit, kalian mengajak orang-orang untuk mendukung pembangunan rumah sakit. Setelah pembangunan rumah sakit rampung, kalian juga mendukung saya membangun sekolah.

Setelah pembangunan sekolah rampung, saya memikirkan cara agar murid-murid kita dapat mempraktikkan semangat Tzu Chi. Ini juga membutuhkan dukungan insan Tzu Chi. Kalian yang selalu mendukung saya dalam menjalankan Tzu Chi serta membangun rumah sakit dan sekolah telah sepenuhnya memahami semangat dan filosofi saya.


Jadi, kalian pasti bisa memikul tanggung jawab untuk bekerja sama dengan para guru dalam membimbing murid-murid ke arah yang benar. Saat itu, kalian kembali mengerahkan kekuatan untuk bersumbangsih sebagai Ibu Yi De. Saya sangat bersyukur pada kalian.

Pada 55 tahun yang lalu, Tzu Chi belum ada. Berawal dari sebersit niat pada 55 tahun lalu, kita mulai mencurahkan perhatian kepada warga lansia yang hidup sebatang kara dan kaum difabel di Hualien. Kemudian, dengan dukungan Jing Ming, kita juga menjangkau Taipei. Saat itu, Jing Ming juga mengajak relawan lain untuk mengikuti retret tujuh hari di Hualien. Mereka merupakan relawan yang paling senior.

Belakangan, saat berkunjung ke Taipei, berhubung tidak memiliki tempat tinggal, saya pun menginap di rumah Jing Ming. Ini adalah kenangan masa lalu. Kini, setiap kali berkunjung ke Taipei, saya menginap di Aula Jing Si Xindian.

Kemarin, saat saya tiba di sini, ada banyak orang yang menyambut saya di depan, yaitu para dokter dan relawan Tzu Chi yang membentuk barisan yang panjang. Itu membuat saya teringat bahwa dahulu, saya berkunjung ke Taipei seorang diri. Belakangan, saya didampingi oleh Shao Wei. Apakah kalian kenal Shao Wei? Shao Wei adalah Guru De Ci. Adakalanya, saya didampingi oleh Guru De Rong.

Awalnya, saya berkunjung ke Taipei seorang diri. Belakangan, ada De Ci, De Rong, dan Shao En yang mendampingi saya secara bergantian.

Kini, sangat mudah bagi saya untuk datang ke Aula Jing Si ini. Dengan adanya kalian yang berkumpul di sini, jika menginap beberapa hari di sini, saya bisa mendengar kalian berbagi tentang pengalaman kalian dahulu.


“Lewat video tadi, saya melihat bahwa saya masih sangat cantik dan muda saat itu. Jatuh sakit kali ini, Jatuh sakit kali ini, saya sama sekali tidak merasa takut. Kita telah mengikuti langkah Master dari Tzu Chi tidak ada hingga ada. Sungguh, kehidupan kita sangat berwarna. Jadi, meski harus pergi besok, saya tidak memiliki penyesalan. Karena bergabung dengan Tzu Chi, saya bisa memiliki kehidupan yang berwarna,”
kata Lin Ya-mei relawan Tzu Chi

“Sebagai relawan senior, janganlah kita menyerah pada usia. Kita tidak tua karena kita memiliki jiwa muda. Kita harus yakin akan hal ini. Master, jagalah kesehatan Master. Kami semua membutuhkan Master,” kata Lin Sheng-sheng relawan Tzu Chi.

Kalian hanya membutuhkan saya seorang, sedangkan saya membutuhkan kalian semua.

Master, ladang berkah ini akan digarap dari generasi ke generasi. Jadi, Master tidak perlu khawatir. Tzu Chi bisa terus dijalankan. Kami yang sudah berusia lanjut akan memberikan dukungan kepada para relawan yang lebih muda agar mereka dapat terus melangkah maju. Kami akan memberikan dukungan pada mereka. Master tidak perlu khawatir,” pungkas Lin Sheng-sheng relawan Tzu Chi

Saat melihat Ya-mei, Sheng-sheng, dan beberapa relawan lainnya dalam video, saya mendapati bahwa mereka mengalami perubahan besar. Tubuh kita mengalami perubahan setiap detik, tetapi kita sendiri tidak menyadarinya.


Jadi, seiring berlalunya detik demi detik, kita mengalami perubahan yang halus. Kalian semua bisa melantunkan Sutra Hati yang membahas tentang agregat pembentuk diri yang berproses tanpa disadari seiring waktu.

Singkat kata, waktu berlalu dengan sangat cepat. Tanpa kita sadari, tubuh kita mengalami metabolisme dan sel tubuh kita terus terbentuk dan mati. Ini merupakan sebuah siklus yang terus berlanjut. Singkat kata, usia kehidupan kita terus berkurang seiring berlalunya waktu.

Saya bersyukur kepada kalian semua yang saat itu menggenggam waktu untuk mendedikasikan diri di Tzu Chi sehingga kini Tzu Chi bisa menjangkau seluruh dunia. Kita hendaklah berjuang demi ajaran Buddha dan yang terpenting, demi semua makhluk.

Kita hendaklah bersyukur satu sama lain. Saya bersyukur kepada kalian semua. Kalian juga hendaknya bersyukur satu sama lain. Dengan bergandeng tangan dan mendampingi satu sama lain, kita telah menjangkau berbagai tempat di seluruh dunia. Pahala kalian sungguh tak terhingga. Terima kasih, Bodhisatwa sekalian.   

Giat mempraktikkan kebajikan dan memperbaiki tabiat buruk
Membabarkan Dharma demi semua makhluk dengan tekad tidak tergoyahkan
Mempererat jalinan jodoh untuk membina berkah dan kebijaksanaan
Bersatu hati menghimpun cinta kasih untuk menjangkau seluruh dunia

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 04 November 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 06 November 2021
Penyakit dalam diri manusia, 30 persen adalah rasa sakit pada fisiknya, 70 persen lainnya adalah penderitaan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -