Ceramah Master Cheng Yen: Membawa Manfaat bagi Semua Makhluk dengan Welas Asih dan Kebijaksanaan
Virus COVID-19 telah menyebar ke Afrika. Pemerintah Mozambik juga mengimbau orang-orang untuk tidak keluar rumah demi melindungi diri sendiri. Kita juga melihat jalan yang sangat bersih dan lapang karena tidak banyak orang yang keluar.
Selain itu, berhubung tahu bahwa insan Tzu Chi selalu bersumbangsih di komunitas, pemerintah setempat juga mengutus dokter dan perawat untuk mengajari insan Tzu Chi cara mencegah penularan penyakit, seperti menutupi mulut saat batuk atau bersin. Mereka mengajarkannya selangkah demi selangkah. Mereka juga mengajari relawan kita untuk rajin mencuci tangan.
Sesungguhnya, keran tidak lazim digunakan di Mozambik. Karena itu, mereka mencuci tangan dengan air yang dituangkan dari gayung. Mereka tahu bahwa wabah ini sangat menakutkan. Jadi, mereka perlu tahu bagaimana mengantisipasinya. Namun, kita khawatir sumber daya air di sana tidak cukup. Mengangkut air ke sana lumayan sulit.
Sebelumnya, dr. Long kembali dari Inggris dan sudah tinggal di Griya Jing Si beberapa waktu. Dia membangun sebuah ikrar. Dia adalah seorang dokter. Ikrarnya ialah pergi ke Mozambik, Afrika untuk menjalankan Tzu Chi.
“Saya akan pergi ke sana sebagai seorang Qingxiushi untuk membantu Master memikul tanggung jawab. Selain memberi pelayanan medis, saya juga akan menyebarkan Dharma. Ibu saya juga sangat mendukung saya. Kali ini, saya pergi sendiri terlebih dahulu. Setelah kondisi saya stabil di sana, saya akan mengajak Ibu pergi bersama saya,” kata Long Jia-wen dokter TIMA.
Kini dia sudah berada di Mozambik. Dia bersyukur kepada ibunya yang akan mendampinginya di Mozambik. Meski sekarang ibunya belum pergi, tetapi dia sangat tenang karena dia bersama Denise di Mozambik. Saya juga merasa tenang karena ada orang yang menjaganya.
Selain itu, di Maputo juga ada sekelompok relawan lokal yang sangat berpengalaman. Mereka tahu mengasihi langit dan bumi serta menghargai sumber daya air. Mereka juga tahu untuk saling membantu dan mengasihi. Mereka juga bisa menaati sila, bervegetaris, dan menggalakkan vegetarisme. Mereka telah melakukannya selama bertahun-tahun. Mereka mempelajari dan mempraktikkan Dharma. Dharma yang mereka dengar selalu mereka praktikkan secara nyata. Demikianlah mereka menyebarkan Dharma untuk membawa manfaat bagi orang-orang.
Dalam beberapa tahun ini, Dharma yang saya babarkan telah mereka serap ke dalam hati. Mereka belajar dengan mempraktikkannya. Mereka telah menguasai semua tata krama Tzu Chi. Mereka juga mengasihi alam, sesama manusia, tanaman, dan hewan. Hati mereka penuh dengan cinta kasih. Mereka juga mulai mengimbau orang-orang untuk mengenakan masker. Selain mengimbau orang-orang untuk mengenakan masker, mereka juga membuat masker sendiri.
Mereka membuat masker sendiri dan mengimbau orang-orang mengenakan masker. Mereka mengumpulkan sedikit kain, lalu menggunakannya untuk membuat masker. Ini sungguh tidak mudah untuk dilakukan di Mozambik, Afrika.
Para relawan di Mozambik sangat kekurangan, tetapi kita telah menginspirasi kekayaan batin mereka. Kita juga melihat bahwa berhentinya berbagai sektor usaha membawa dampak bagi banyak orang. Warga kurang mampu semakin kekurangan.
“Saat saya memasak, bahan yang digunakan hanya setengah dari biasanya. Contohnya, sepotong roti untuk 3 anak saya. Mereka berkata, Ibu, ini terlalu sedikit. Saya berkata, Tidak ada lagi. Kalian hanya bisa makan ini, lalu minum air. Tidak ada cara lain lagi. Minumlah lebih banyak air dan pergi tidur agar kalian tidak merasa lapar,” kata Elina relawan Tzu Chi.
Saya sungguh tidak tega melihatnya. Orang yang menderita begitu banyak. Bagaimana kita menyediakan barang bantuan yang dapat mengenyangkan semua orang? Ini masih membutuhkan kerja keras. Karena itulah, saya mengimbau orang-orang berada untuk makan cukup 80 persen kenyang dan menyisihkan 20 persennya untuk menolong orang yang membutuhkan.
Setiap orang hendaknya menghimpun tetes demi tetes cinta kasih. Daripada makan terlalu banyak hingga harus mengurangi berat badan, lebih baik kita makan 80 persen kenyang untuk menjaga kesehatan kita sekaligus menyumbangkan 20 persennya untuk menolong orang yang menderita. Dengan demikian, kita dapat menciptakan berkah bagi dunia sekaligus menjaga kesehatan diri sendiri.
Singkat kata, saya mengimbau setiap orang untuk mengasihi tanpa memandang jalinan jodoh serta memiliki perasaan senasib dan sepenanggungan. Cinta kasih seperti ini sangat menyeluruh. Contohnya di Mozambik. Kita telah membawa cinta kasih ke sana dan membina sekelompok relawan lokal. Mereka menggantikan kita untuk mengasihi orang-orang yang lebih menderita dan kekurangan dari mereka. Namun, meski memiliki kekuatan cinta kasih, mereka tidak bisa berbuat banyak karena terbatasnya sumber daya. Kita yang berada jauh dari mereka dapat menghimpun lebih banyak cinta kasih.
Misi bantuan internasional bukan hanya memberikan bantuan bencana, tetapi juga bantuan bagi warga kurang mampu. Kita bisa terus memberikan bantuan. Dengan terus menghimpun tetes demi tetes cinta kasih untuk menolong orang yang membutuhkan, kita bisa membina cinta kasih berkepanjangan. Hanya menyisihkan 10 persen atau 1 persen untuk menolong sesame pun akan sangat berarti jika diakumulasi dalam jangka panjang. Bagaikan semangat celengan bamboo, 5 atau 10 dolar NT juga sangat berarti. Inilah yang selalu kita serukan.
Bodhisatwa menjangkau Afrika dengan ikrar penuh
welas asih
Menyebarkan
Dharma untuk membawa manfaat bagi orang-orang
Mengimbau orang
berada untuk makan cukup 80 persen kenyang
Membina cinta kasih berkepanjangan dengan menyisihkan
20 persen untuk menolong sesama
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 20 April 2020