Ceramah Master Cheng Yen: Membawa Manfaat dengan Welas Asih Tanpa Pamrih
“Apa yang sedang dilakukan lembu ini?” tanya guru TK Cinta Kasih.
“Menangis,” jawab murid TK Cinta Kasih.
“Mengapa ia menangis?” tanya guru lagi.
“Karena akan dibunuh,” jawab murid.
“Apakah kalian mau bervegetaris?” tanya guru.
“Mau,” jawab murid.
“Ketika kembali ke rumah, kita harus mengurangi makan daging dan bervegetaris,” kata guru.
“Guru mengatakan bahwa kita harus bervegetaris, tidak boleh makan daging hewan,” kata Wu Hong-yu Siswa TK Cinta Kasih.
“Kita tidak boleh membunuh hewan untuk dimakan. Kita harus bervegetaris,” kata Yu Jia-yao Siswa TK Cinta Kasih.
“Apa yang kamu doakan?” tanya guru TK Cinta Kasih.
“Saya mendoakan semua orang sehat dan hidup damai,” jawab Liu Rou-yan Siswi TK Cinta Kasih
“Mengapa kita harus membantu pengungsi Ukraina?” tanya guru.
“Karena negara mereka sedang perang,” jawab salah seorang murid TK Cinta Kasih.
Hati, Buddha, dan semua makhluk pada hakikatnya tiada perbedaan. Kita semua memiliki welas asih yang sama dengan Buddha. Apa itu cinta kasih dan welas asih? Cinta kasih agung tidak mementingkan hubungan darah; welas asih berarti turut merasakan penderitaan orang lain.
Bagaimana cara kita membangkitkan cinta kasih tanpa syarat? Apa yang dimaksud dengan cinta kasih tanpa syarat? Kita turut merasakan penderitaan orang-orang yang menderita. Ketika orang lain terluka, kita turut merasakan kepedihannya. Meskipun saya telah mengatakan ini, tetapi sesungguhnya, ketika kalian mendengarkan, apakah kita sungguh-sungguh dapat merasakan kepedihan orang lain saat mereka tersakiti? Sejujurnya, ini hal yang sulit.
Saat orang lain kesakitan, kita hanya bisa menunjukkan rasa simpati dan hanya tahu bahwa dia sakit. Dengan simpati, ketika saya sakit, kalian akan mendekati saya, memberikan penghiburan dan kenyamanan. Hanya ini yang dapat kalian lakukan. Bahkan, jika kalian mendekati saya, kalian tetap tidak bisa merasakan sakit fisik saya.
Ketika saya mengungkapkan kesusahan dan kesedihan saya, kalian hanya bisa berkata, "Master, apa yang Anda butuhkan?". Saya mungkin berkata, "Saya menginginkan sesuatu yang jauh dari saya". Kemudian, kalian mengabulkan keinginan hati saya dan membawakannya untuk saya. Mengapa saya menginginkan barang tersebut? Kalian tidak dapat memahaminya. Apakah saya merasa puas setelah mendapatkannya? Tidak, karena saya hanya bisa menyentuhnya, tetapi tidak bisa menyimpan selamanya. Jadi, apakah saya benar-benar mendapatkannya? Dalam kehidupan ini, apakah yang perlu diminta dan apa pula yang bisa kita dapatkan? Kita tidak bisa mendapatkan apa pun.
Hendaklah kita menggenggam waktu saat ini. Saat ini, teknologi video sudah sangat maju. Ketika melihat rekaman video, saya menyadari ada seorang anak dan saya mengatakan bahwa kita harus menemukannya. Melalui bantuan dari relawan Tzu Chi bernama Qiu Yu-fen dan relawan lokal bernama Abhishhek Kumar untuk mencari desa tempat anak itu tinggal, kita telah menemukannya dan menyelamatkannya. Kita telah membawanya ke rumah sakit di New Delhi yang berjarak lebih dari 1.000 km dari desanya.
Lihatlah, perut anak ini telah mengecil. Namun, mengapa perutnya memiliki cekungan? Ternyata, perutnya telah membesar sejak usia 4 tahun. Saat ini, dia telah berusia 9 tahun dan organ-organ dalamnya telah tertekan ke samping. Saya berharap seiring berjalannya waktu, organ-organnya dapat pulih seperti semula. Tanpa dedikasi para relawan dan bantuan teknologi, kita tidak akan dapat menemukannya dan membantunya. Inilah jalinan jodoh. Dengan adanya jalinan jodoh, anak itu telah mendapatkan bantuan.
Belakangan ini, saya selalu mengatakan hal ini. Jalinan jodoh menunjukkan satu hal kepada kita, yaitu penderitaan. Di dunia ini, terdapat penderitaan yang berbeda-beda, tetapi mengandung perasaan yang sama. Sakit dan tua merupakan hukum alam. Berhubung kita dilahirkan sebagai manusia, organ-organ tubuh kita pasti dapat mengalami penuaan, sakit penyakit, dan penurunan fungsi.
Belakangan ini, saya sering mengatakan bahwa usia saya sudah tua. Mengalami penyakit dan penurunan kondisi fisik adalah hal yang wajar. Biarlah kita mengikutinya secara alami sehingga kita akan merasa damai. Hendaklah kita menjaga tubuh dengan baik, membalas budi orang tua, dan melakukan hal yang bermanfaat bagi dunia. Inilah nilai dalam kehidupan kita.
Belakangan ini, saya selalu mengatakan bahwa kita harus menginventarisasi nilai kehidupan kita. Bisakah kita menciptakan nilai dalam kehidupan hanya dengan makan tiga kali sehari, bernapas, dan menikmati hidup kita? Semua ini tidak bernilai. Nilai kehidupan sesungguhnya terletak pada sumbangsih kita bagi orang lain.
Kita harus mulai bersumbangsih di keluarga dan bersumbangsih bagi masyarakat melalui pekerjaan. Kita harus terjun ke tengah masyarakat tanpa pamrih. Hendaklah kita bersumbangsih dengan sukacita dan keseimbangan batin. Dengan demikian, kita akan dipenuhi rasa syukur dan kebahagiaan. Inilah nilai dalam kehidupan kita.
Lihatlah relawan kita yang telah berusia 104 tahun. Beliau telah bergabung dengan Tzu Chi lebih dari 30 tahun. Saat ini, beliau masih dapat berdiri tegak dan mengikuti kelas bedah buku bersama yang lainnya. Beliau sangat lincah serta memiliki tubuh dan pikiran yang sehat. Beliau tidak hanya memiliki tubuh yang sehat, tetapi juga memiliki pikiran yang sehat dan tajam. Baik itu kegiatan komunitas, kegiatan komite Tzu Chi, maupun pelestarian lingkungan, beliau selalu mengambil bagian di dalamnya. Inilah nilai kehidupan. Jadi, untuk memiliki kesehatan, kita harus mendedikasikan diri untuk bersumbangsih dan berpikiran yang baik.
Janganlah kita terus berpikir bahwa kita sudah tua dan membutuhkan bantuan orang lain. Tidak ada pemikiran seperti itu. Kita harus berkata, "Saya tidak mengenal tua, saya masih berguna dan akan terus mendedikasikan diri." Dengan pemikiran seperti ini, kita semua dapat menikmati kesehatan yang baik. Baik sebagai relawan pelestarian lingkungan maupun anggota komite Tzu Chi, mereka semua menjalani hidup dengan cara ini. Inilah cara kita menciptakan nilai dalam kehidupan.
Merasakan penderitaan orang lain sebagai penderitaan kita sendiri
Hati, Buddha, dan semua makhluk pada hakikatnya tiada perbedaan
Menyelamatkan dunia dengan welas asih sebagai balas budi kepada orang tua
Bersumbangsih dengan sukacita selagi memiliki kesehatan
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 04 Agustus 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan tanggal 06 Agustus 2022