Ceramah Master Cheng Yen: Membawa Manfaat Kala Berusia Lanjut
Di tengah masyarakat zaman sekarang, populasi lansia terus meningkat. Saya sering mendengar tentang hal ini. Saya juga sering mendengar tentang masalah perawatan jangka panjang di berbagai wilayah. Karena itu, kita memahami bahwa komunitas membutuhkan pusat perawatan jangka panjang dan generasi muda pemerhati lansia.
Dengan rendahnya angka kelahiran, kini banyak kaum lansia yang hanya hidup bersama pasangan masing-masing atau hidup sebatang kara. Baik hanya hidup bersama pasangan maupun hidup sebatang kara, keduanya sangat mengkhawatirkan. Saya melihat para insan Tzu Chi yang telah bertekad dan berikrar untuk bersumbangsih. Mereka selalu melakukan kunjungan kasih.
Para relawan kita bagaikan pekerja sosial. Mereka selalu berinisiatif terjun ke komunitas, bahkan menjangkau pegunungan dan desa terpencil. Para relawan kita bersedia bersumbangsih serta memperhatikan kaum lansia dan orang-orang yang jatuh sakit, kurang mampu, atau menderita. Para Bodhisatwa dunia ini bersumbangsih atas inisiatif diri sendiri. Mereka sungguh-sungguh merasakan bahwa menolong sesama adalah akar kebahagiaan. Setelah menolong sesama, mereka pun merasakan sukacita.
Kisah yang menyentuh sangatlah banyak. Para Bodhisatwa dunia ini mengembangkan nilai kehidupan mereka dengan bersumbangsih bagi dunia. Karena itulah, saya sering berkata bahwa kita harus menginventarisasi kehidupan masing-masing. Kita memiliki tubuh ini saat kita masih hidup. Dengan tubuh ini, barulah kita dapat melakukan sesuatu.
Kita harus memiliki jiwa dan raga yang sehat. Dengan pikiran yang tajam dan jernih, barulah kita dapat bertutur kata baik dan membimbing orang-orang ke arah yang benar. Dengan hati dan pikiran yang sehat, kita baru bisa membimbing orang-orang ke arah yang benar. Intinya, di dunia ini, kita harus menggenggam waktu yang ada karena waktu terus berlalu.
Kehidupan manusia tak luput dari waktu. Setiap hari, detik dan menit terus berlalu. Sesungguhnya, berapa lamakah satu detik itu? Satu, dua, tiga. Saat saya menyebut satu, dua, tiga, tiga detik telah berlalu. Jadi, saat saya menyebut satu, dua, tiga, empat, lima, lima detik telah berlalu.
Saat 3.600 detik berlalu, berarti satu jam telah berlalu. Satu jam demi satu jam terus berlalu. Saat 86.400 detik berlalu, berarti 24 jam telah berlalu. Dengan penghitungan yang sederhana, kita akan menyadari bahwa hidup kita sangatlah singkat.
Seiring berlalunya detik demi detik yang tidak meninggalkan jejak, saya pun menua tanpa saya sadari. Saat saya memberikan ceramah dan kalian duduk untuk mendengarkan ceramah saya, berapa banyak kata-kata saya yang meresap ke dalam hati kalian dan membekas dalam ingatan kalian?
Jika mengingat kata-kata saya, kalian hendaknya bersyukur kepada setiap orang yang ditemui karena dalam kehidupan kalian terdapat banyak orang baik. Kita saling menyemangati dan membimbing sehingga jiwa dan raga kita merasa tenang saat hidup di dunia ini.
Melihat semua orang mendengarkan ceramah saya dengan tenang dan bersungguh hati, hati saya dipenuhi sukacita. Apa yang kita rasakan mungkin berbeda. Duduk diam untuk mendengarkan mungkin lebih melelahkan daripada berbicara. Ini karena orang yang duduk diam mungkin sulit untuk berkonsentrasi dan berpikir, "Kaki saya sakit karena duduk terlalu lama. Mengapa ceramahnya begitu lama?" Saat orang yang memberikan ceramah melihat jam, dia mungkin berpikir, "Waktu berlalu begitu cepat. Masih ada banyak hal yang belum saya bagikan, tetapi waktunya sudah habis."
Sungguh, apa yang kita rasakan tidaklah sama. Namun, apa pun yang kita rasakan, seiring berlalunya setiap detik dan jam, kita sama-sama mengalami penuaan tanpa kita sadari dan anak-anak terus bertumbuh. Di dunia ini, semua orang mengalami perubahan seperti ini, baik kaum lansia maupun anak-anak.
Anak-anak terus mengembangkan pengetahuan mereka dengan mempelajari hal-hal di dunia ini. Mereka sering bertanya, "Benda apa ini? Apa namanya? Bagaimana melakukannya?" Mereka terus mempelajari segala sesuatu dan menyerap pengetahuan. Hingga berusia paruh baya, mereka pun mengubah pengetahuan menjadi kebijaksanaan. Ini disebut melatih diri.
Dengan pengetahuan yang dimiliki, nafsu keinginan seseorang mungkin akan terbangkitkan. Memiliki keinginan untuk mempelajari sesuatu adalah hal yang baik. Namun, saat berusia paruh baya, orang-orang mungkin mengejar nafsu keinginan yang tiada akhir terhadap materi. Nafsu keinginan seperti itu sangat kuat. Alangkah baiknya jika mereka dapat beralih mendalami prinsip kebenaran.
Agama dapat membimbing kita menuju kebenaran sejati. Menginspirasi orang-orang membangkitkan cinta kasih untuk membawa manfaat bagi semua makhluk, inilah tujuan agama. Apa pun keyakinan seseorang, asalkan itu keyakinan benar, maka dia pasti diajarkan untuk mengembangkan belas kasih, kemurahan hati, atau cinta kasih agung yang sering kita katakan. Inilah cinta kasih yang membimbing ke arah yang benar, cinta kasih yang dilandasi kebijaksanaan. Ini disebut mengubah pengetahuan menjadi kebijaksanaan.
Dengan mengikuti kegiatan bedah buku dan kelas bedah Sutra, kita dapat menyerap kebajikan ke dalam hati. Dengan demikian, kita tidak akan diliputi ketidaktahuan meski sudah lanjut usia dan akan tetap bijaksana. Kita juga dapat berbagi dengan orang-orang tentang pengalaman hidup kita. Kita harus menuju arah yang benar. Jadi, bagi kaum lansia, dapat membawa manfaat bagi orang lain merupakan kehidupan yang paling bernilai.
Kehidupan sangat singkat dan waktu terus berlalu
Menyerap kebajikan ke dalam hati dan memiliki arah tujuan yang jelas
Agama membimbing orang-orang untuk mengubah pengetahuan menjadi kebijaksanaan
Kaum lansia membawa manfaat bagi semua makhluk
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 23 Maret 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 25 Maret 2022