Ceramah Master Cheng Yen: Membentangkan Cinta Kasih untuk Melindungi Semua Makhluk

Tzu Chi AS merayakan ultah ke-30, mengingatkan kita  bagaimana Tzu Chi AS didirikan. Saat melihat para relawan senior berdiri di atas panggung, kenangan masa lalu terasa begitu jelas di benak saya. Relawan pertama di AS ialah pasutri Jing Nian dan Si Yuan. Mereka mengajak Ci Fan, tokoh utama drama “Senja Sejuta Kasih” untuk bergabung. Sejak saat itu, mereka membawa cinta kasih Tzu Chi dari California Utara ke California Selatan. Inilah awal dari Tzu Chi AS.

Selain itu, ada juga seorang relawan bernama Ci Xi. Saat itu, beliau menemani anaknya yang masih kecil bersekolah di AS. Beliau mendatangi saya yang berada di Jalan Jilin, Taipei untuk berpamitan karena beliau perlu menemani anaknya yang masih kecil untuk bersekolah di AS. Beliau berikrar kepada saya untuk tidak hanya menemani anak di AS, tetapi juga membawa benih Tzu Chi ke AS.

Setibanya di AS, dia menggantung sebuah plakat yang bertuliskan “Griya Si Yan” di ruang tamunya untuk menunjukkan rasa rindunya  kepada saya, Cheng Yen. Berkat plakat tersebut, Si Xian (Stephen Huang) bertemu dengan Ci Xi. Sejak saat itu, mereka membangun Tzu Chi dari segelintir relawan yang ada.

Kita perlu teguh pada tekad kita karena tekad adalah sebutir benih. Jika dilihat-lihat, perayaan ultah Tzu Chi AS ke-30  diadakan dengan sangat megah. Mereka juga membentuk formasi untaian bacang di sana. Tzu Chi sungguh dibutuhkan di AS karena banyak warga yang menderita di sana, seperti para tunawisma dan anak-anak yang tak dapat mengenyam pendidikan.

 

Organisasi yang penuh cinta kasih seperti Tzu Chi dibutuhkan di mana-mana untuk memberikan kekuatan cinta kasih dengan tulus. Pada tahun 2016, saya mendapat laporan dari insan Tzu Chi AS yang kembali ke Taiwan bahwa mereka ingin menjalankan  program “Pantri Keliling Tzu Chi”. Selain beras dan minyak, banyak warga juga tidak sanggup membeli buah-buahan dan sayur-sayuran. Jadi, insan Tzu Chi AS menyediakan segala kebutuhan mereka.

Penerima bantuan yang datang bagaikan mengunjungi pasar swalayan. Mereka dapat memilih sendiri sayur, buah, dan makanan kaleng yang dibutuhkan seperti sedang berbelanja.

“Saya rasa ini sangat baik. Kami selalu membawa sekantong makanan pulang sehingga kami tidak pernah kelaparan sejak menerima makanan dari Tzu Chi. Kalian telah banyak membantu saya. Pagi ini saya datang lebih awal. Pagi tadi cuacanya hujan lebat, tetapi saya tetap menunggu kalian. Saya pikir kalian tidak akan datang. Makanan dari kalian sangat membantu saya,” kata Emmy, orang tua murid SD Jones.

Lebih dari 2 tahun terakhir, kita dapat menyediakan kebutuhan bagi keluarga dan anak-anak  di sekolah kami, bahkan hingga ke komunitas yang lebih luas. Kini, relawan kita memperluas jangkauan program “Pantri Keliling Tzu Chi” hingga ke universitas. Beberapa tahun belakangan,  di California Selatan, kita menemukan semakin banyak mahasiswa yang menjadi tunawisma dan tidak cukup makan. Jumlah mahasiswa seperti itu pelan-pelan telah meningkat. Jadi, kita berharap dapat berkesempatan untuk bersumbangsih hingga ke universitas.

“Kalian memberi saya gelas yang bisa diisi air panas. Bagus sekali. Terima kasih. Ini sangat bermakna dan membantu bagi kami para siswa kurang mampu. Terima kasih banyak,” ujar Teresita, warga.

 

Para mahasiswa ini adalah mahasiswa kurang mampu. Insan Tzu Chi mendapati bahwa sekolah tidak menyediakan kebutuhan mereka dan mereka tidak memiliki uang  untuk membeli kebutuhan. Insan Tzu Chi memberikan buah-buahan dan sayur-sayuran. Namun, kita menyadari beberapa dari mereka tidak memiliki peralatan makan. Mereka serba kekurangan. Insan Tzu Chi membelikan  peralatan makan untuk mereka agar mereka dapat memasak dan memiliki mangkuk, piring, dan sendok.

Tzu Chi perlu terus bersumbangsih. Di negara maju seperti AS sekalipun, tetap ada banyak orang yang membutuhkan bantuan. Kita perlu membantu mereka agar mereka dapat berfokus untuk belajar dan setelah dewasa dapat berdedikasi bagi masyarakat.

Demi membangun dunia yang lebih baik, pelestarian lingkungan adalah bagian tak terpisahkan.

“Ini akan menjadi penggerak penting  bagi sekolah kami untuk menjadi sekolah berbasis ilmu lingkungan yang ingin kami capai. Kami ingin melanjutkan proses ini, termasuk menjalankan kegiatan daur ulang di sekolah. Saya sangat senang melihat presentasi kalian. Ini membuat saya lebih mengerti apa yang kalian lakukan  dengan sampah tersebut. Perubahannya sungguh menakjubkan di dalam ataupun di luar kelas. Orang tua murid mengatakan bahwa mereka melihat perubahan tingkah laku anak-anak, bahkan di rumah. Tzu Chi telah membawa budaya berbeda di kampus kami, sebuah suasana penuh kekeluargaan,” tutur Cody Bachelder, karyawan SD Jones.

 

Orang-orang berbincang sambil tersenyum. Secara umum, ini merupakan perubahan besar, termasuk dalam rapat-rapat guru. Semuanya telah berubah. Insan Tzu Chi telah menunjukkan bahwa meski tidak saling kenal, semua orang tetap bisa seperti keluarga. Insan Tzu Chi mengulurkan tangan untuk membantu banyak orang.

Inilah orang dengan cinta kasih berkesadaran, disebut juga Bodhisatwa, layaknya Bodhisatwa Avalokitesvara bermata seribu yang hadir untuk menolong orang yang membutuhkan. Insan Tzu Chi adalah Bodhisatwa. Layaknya untaian bacang, asalkan ada semangat atau pengikat yang kuat, untaiannya juga akan erat. Saya sangat tersentuh dan bersyukur untuk itu.

Para relawan senior di AS bersatu hati layaknya pengikat bacang. Kekuatan cinta kasih mereka dilandasi keteguhan ikrar. Sumbangsih tanpa pamrih membawa kehangatan bagi dunia. Pada saat cuaca dingin,  diperlukan kehangatan seperti itu. Pada saat turun salju, juga diperlukan kehangatan seperti itu. Pada saat turun hujan lebat, dibutuhkan tempat berteduh. Saya sangat berterima kasih kepada seluruh insan Tzu Chi.

Jalinan kasih antara guru dan murid  sangat mendalam
Meninggalkan kampung halaman untuk menebar benih dan menanami ladang berkah
Menolong orang yang menderita di berbagai tempat
Membentangkan cinta kasih untuk melindungi semua makhluk

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 10 Desember 2019     
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, 
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 12 Desember 2019
Benih yang kita tebar sendiri, hasilnya pasti akan kita tuai sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -