Ceramah Master Cheng Yen: Membentangkan Jalan Cinta Kasih dengan Praktik Bodhisatwa
Saya selalu berharap setiap orang dapat belajar praktik Bodhisatwa. Buddha datang ke dunia ini demi mengajarkan praktik Bodhisatwa. Selama lebih dari 50 tahun Tzu Chi berdiri, saya terus membabarkan Dharma. Saya mengucapkan kata demi kata demi membentangkan jalan.
Kita terus menapaki jalan yang dibentangkan dengan cinta kasih. Kita berharap jalan ini penuh dengan cinta kasih. Demikianlah kita mempraktikkan Jalan Bodhisatwa. Berhubung tidak tega semua makhluk menderita, Bodhisatwa menjangkau dan menolong mereka.
Berhubung semua makhluk mengakumulasi banyak karma buruk, maka di dalam hati Bodhisatwa harus ada air jernih yang tak terhingga. Dengan hati yang murni, kita memadamkan ketamakan semua makhluk. Kita harus membimbing orang-orang untuk membangkitkan cinta kasih dan melihat penderitaan, barulah mereka bisa menyadari bahwa mereka dipenuhi berkah.
Kita bisa melihat bahwa insan Tzu Chi Malaysia sangat tekun dan bersemangat begitu bergabung dengan Tzu Chi. Pada masa pandemi, para relawan senior juga tidak berhenti bersumbangsih. Mereka tetap tekun dan bersemangat. Mereka juga mengadakan pembagian bantuan bagi orang-orang yang kehilangan pekerjaan. Bodhisatwa selalu menjangkau makhluk yang menderita.
Selain tekun melatih diri, relawan kita juga bermawas diri dan berhati tulus. Mereka tetap tekun, bersemangat, dan tertib dalam menapaki Jalan Bodhisatwa. Saya bertanya pada mereka, "Apakah kalian menyosialisasikan vegetarisme?" Mereka berkata, "Sejak mengikuti pelatihan relawan, kami selalu bervegetaris dan menyosialisasikan vegetarisme." Sungguh, saya sangat memuji mereka.
Setelah bergabung dengan Tzu Chi, mereka senantiasa berpegang pada sila. Salah satu dari Sepuluh Sila Tzu Chi ialah tidak membunuh. Mereka sungguh-sungguh melindungi kehidupan dan tidak membunuh. Mereka berpegang pada sila. Selain itu, mereka juga terjun ke masyarakat untuk menjalankan praktik Bodhisatwa. Semua ini adalah kelebihan insan Tzu Chi Malaysia.
Mereka berbagi tentang pelaksanaan misi Tzu Chi di Malaysia hingga di Nepal. Pascagempa di Nepal beberapa tahun lalu, insan Tzu Chi dari berbagai negara menjangkau Nepal untuk memberi perhatian, menyalurkan bantuan bencana, dan lain-lain. Insan Tzu Chi Malaysia yang bergerak juga sangat banyak. Bersama insan Tzu Chi Taiwan, mereka berada di Nepal dalam jangka panjang. Dalam jangka waktu yang cukup panjang, mereka mencurahkan perhatian dan memberikan bantuan di Nepal.
Insan Tzu Chi Myanmar juga membimbing warga setempat. Saya sering mengulas tentang kisah segenggam beras. Kini praktik celengan beras telah tersebar luas. Ada banyak keluarga yang menyisihkan segenggam beras ke dalam guci setiap kali akan memasak. Kita cukup makan 80 persen kenyang. Himpunan segenggam beras dari setiap keluarga dapat digunakan untuk menolong sesama.
Sesungguhnya, orang-orang yang mengikuti penuangan celengan beras adalah mereka yang sebelumnya menerima beras bantuan dari Tzu Chi. Dari beras bantuan yang diterima, mereka menyisihkan segenggam beras setiap hari dan kembali menyumbangkannya sehingga dapat menolong banyak orang. Ini bergantung pada pola pikir. Dengan mengubah pola pikir, mereka dapat saling membantu dan membentuk kekuatan besar.
Praktik segenggam beras ini bukan hanya dapat menolong orang lain, juga dapat memperbaiki diri sendiri. Setiap hari, mereka akan berkata pada diri sendiri bahwa mereka harus bersumbangsih dengan cinta kasih. Kita bisa melihat para relawan bersungguh hati menyebarluaskan ajaran Tzu Chi dari desa ke desa.
“Saya berterima kasih kepada Tzu Chi yang memberikan sekarung beras pada kami. Beratnya hampir 50 kilogram. Ini cukup untuk beberapa waktu bagi keluarga saya yang beranggotakan 9 orang. Meski tidak banyak yang bisa saya lakukan, tetapi saya bisa menyisihkan segenggam beras,” ujar Daw Khin Mar Aye, seorang warga.
“Tzu Chi berawal dari praktik celengan bambu hingga kini dapat memberikan bantuan internasional. Saya akan mempelajari filosofi Tzu Chi serta mewariskannya untuk menolong orang yang lebih membutuhkan,” terang U Myo Kyi, warga lainnya.
Singkat kata, inilah benih cinta kasih yang bertumbuh menjadi tak terhingga dari satu. Kita harus membimbing orang-orang untuk menciptakan karma baik bersama. Dengan menciptakan karma baik bersama, barulah kita dapat mengikis karma buruk. Ada banyak hal yang mengkhawatirkan di dunia ini. Bencana tanah, air, api, dan angin kerap terjadi. Temperatur Bumi juga terus meningkat. Jangan mengira bahwa semua itu jauh dari kita dan tidak berkaitan dengan kita. Semua itu berkaitan dengan kita.
Bodhisatwa sekalian, kita harus sungguh-sungguh berintrospeksi. Kita harus bermawas diri dan berhati tulus. Kita harus ingat untuk senantiasa bersyukur kepada siapa pun dan di mana pun. Kita harus mengingatkan diri sendiri untuk waspada. Bencana sudah terjadi, bagaimana bisa kita tidak waspada? Kita harus waspada. Semua ini merupakan akibat perbuatan manusia.
Akumulasi sedikit demi sedikit karma buruk telah memicu terjadinya bencana. Cinta kasih juga bisa diakumulasi sedikit demi sedikit. Beras untuk menolong sesama juga bisa diakumulasi segenggam demi segenggam. Jadi, cinta kasih harus terus ditumbuhkan. Namun, ketamakan, kebencian, dan kebodohan harus dikikis sedikit demi sedikit. Dengan demikian, barulah dunia bisa tenteram.
Menjangkau makhluk yang
menderita dengan hati yang murni
Membentangkan jalan
cinta kasih dengan praktik Bodhisatwa
Menyadari berkah dan
menjalankan praktik celengan beras
Mengikis karma buruk
dengan karma baik dan mendoakan ketenteraman dunia
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 25 September 2020