Ceramah Master Cheng Yen: Membentangkan Jalan Cinta Kasih untuk Membangkitkan Kekayaan Batin

Kita bisa melihat di Zimbabwe, Relawan Zhu mengikuti pelatihan relawan hingga menjadi relawan yang sangat berdedikasi. Dedikasinya telah mendatangkan ketenteraman dan melenyapkan penderitaan banyak orang. Belasan tahun lalu, kita melihat sekelompok besar anak di sana yang terkena kurap. Setelah mengetahuinya, kita mulai membantu mengobati mereka.

Selain itu, kita juga membagikan pakaian layak pakai pada mereka dan membantu pendidikan mereka. Awalnya, mereka belajar di bawah terik matahari dan menggunakan papan tulis yang sudah tua. Setelah guru menulis di papan tulis, murid harus memanjat tinggi untuk menggantungkan papan tulis kecil itu. Mereka belajar dalam kondisi yang sulit.

Saya ingat bahwa saat itu, ada anggota Tzu Cheng yang pergi ke sana dan mendirikan ruang kelas bagi mereka. Saya masih ingat bahwa belasan tahun lalu,

saat kembali ke sini, Relawan Zhu berkata bahwa dia berjanji pada warga setempat untuk menggali sumur bagi mereka. Relawan kita menggali sumur yang dalam.

 

Kini, kita melihat bahwa sumur telah mengering. Orang-orang harus turun ke dasar sumur untuk mengambil air. Sungguh, banyak orang yang hidup menderita. Bagaimana cara kita menyelamatkan semua orang dari penderitaan? Meski kita telah memberikan bantuan, tetapi kekeringan tetap akan terjadi saat tidak turun hujan. Ini sangatlah sulit.

Kita harus mencurahkan cinta kasih pada mereka. Krisis pangan dan air sering terjadi di sana. Kita harus membawa cinta kasih dan bersumbangsih bagi mereka agar hati mereka tetap penuh cinta kasih meski kekurangan sumber daya.

Akibat pandemi COVID-19, masker menjadi sangat langka. Sangat sulit untuk menyediakan masker bagi semua orang. Kita melihat di Zimbabwe, pakaian anak-anak yang sudah sobek dijadikan sebagai masker.

“Kehidupan kami menjadi lebih susah dari sebelumnya. Akibat pembatasan mobilitas, kami hanya bisa berdiam di rumah. Saya tidak bisa keluar untuk berdagang. Kami kelaparan dan hampir tidak bisa bertahan hidup,” kata Juliet Dumukwa, salah seorang warga.

Selain beras, kita juga membagikan minyak.

“Menerima barang bantuan dan cinta kasih dari kalian bagaikan mimpi indah yang menjadi kenyataan. Sungguh, saya tidak tahu bagaimana membalas kebaikan kalian,” sambungnya.


Dibandingkan dengan orang yang menderita, kita jauh lebih beruntung. Kita hendaknya tahu berpuas diri, bersyukur, dan bersikap penuh pengertian setiap waktu. Dengan menghimpun tetes demi tetes donasi, kita bisa memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan. Dengan 100 dolar NT, mungkin tidak banyak yang bisa kita lakukan. Namun, di Tzu Chi, jangankan 100 dolar NT, 50 dolar NT pun sangat berarti. Himpunan 50 atau 100 dolar NT semua orang bisa membentuk nilai yang besar.

Dengan menyisihkan 3,3 dolar NT setiap hari, dalam sebulan akan terhimpun 100 dolar NT. Saya sering berkata bahwa kita cukup makan 80 persen kenyang. Dengan begitu, kita bisa memenuhi kebutuhan gizi kita dan menyisihkan 20 persennya untuk menolong sesama. Saat 4 orang menyisihkan 20 persen, bukankah akan terhimpun 80 persen? Kita bisa bersumbangsih semampu kita.

Berbuat baik bukan hanya hak orang berada. Contohnya salah satu relawan kita. Dia juga hidup kekurangan. Namun, tembok rumahnya penuh dengan foto tentang Tzu Chi. Dia menjalankan Tzu Chi dengan mengenakan seragam biru putih Tzu Chi. Setiap hari, dia memberi penghormatan kepada foto saya. Dia sangat bersyukur.

“Saya menaruh foto Master di rumah saya. Setiap hari, setelah bangun, saya memberi penghormatan kepada Master. Hati saya menjadi damai dan indah, seperti daya terisi penuh,” ujar Molia Tandi, relawan Tzu Chi.


Dia pernah jatuh sakit. Karena itu, Relawan Zhu mengunjunginya. Itulah pertama kalinya Relawan Zhu bertemu dengannya. Melihatnya sakit parah, Relawan Zhu memberikan bantuan padanya serta menyemangatinya untuk bangkit kembali dan berikrar menjalankan Tzu Chi. Dia sangat patuh dan bekerja keras. Berkat ketegarannya, dia akhirnya sembuh dan bisa bersumbangsih bagi dunia.

Dia membuka TK. Meski orang tua murid sering kali tidak sanggup membayar uang sekolah, tetapi dia tetap menjaga anak-anak dengan tulus. Meski kekurangan, dia memiliki niat untuk menjalankan Tzu Chi. Dia juga melakukan survei dan mengunjungi keluarga kurang mampu. Dia mengikuti langkah Relawan Zhu dengan erat.

Namun, saya ingin kembali menekankan bahwa dia sangat kekurangan secara materi, tetapi batinnya sangat kaya. Dia yang kekurangan secara materi telah membangkitkan kekayaan batin dengan menjalankan Tzu Chi. Jadi, ke mana insan Tzu Chi menyebarkan kekuatan cinta kasih, di sana kekayaan batin orang-orang

akan terbangkitkan. Kita tidak bisa langsung membebaskan mereka dari kekurangan materi, hanya bisa membangkitkan kekayaan batin mereka. Melihat perubahan mereka, inilah kebahagiaan terbesar bagi saya.

Mengemban misi setelah melihat penderitaan
Teguh bersumbangsih meski sulit untuk memutus kemiskinan
Membentangkan jalan cinta kasih untuk menginspirasi Bodhisatwa
Membangkitkan kekayaan batin dengan mengubah pola pikir

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 16 Juni 2020     
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 18 Juni 2020
Hakikat terpenting dari pendidikan adalah mewariskan cinta kasih dan hati yang penuh rasa syukur dari satu generasi ke generasi berikutnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -