Ceramah Master Cheng Yen: Membentangkan Jalan Cinta Kasih untuk Menumbuhkan Jiwa Kebijaksanaan
Kita bisa melihat Bodhisatwa dunia di berbagai negara membentangkan jalan dengan cinta kasih. Setelah membentangkan jalan cinta kasih, baru terbentuk jalinan jodoh. Setiap tahun di saat seperti ini, relawan kita memperingati Hari Waisak, Hari Ibu, dan Hari Tzu Chi Sedunia sekaligus.
Pemandian rupang Buddha diadakan di negara tempat tinggal
masing-masing relawan. Contohnya Kanada yang memiliki perbedaan waktu dengan
Taiwan. Saat upacara pemandian rupang Buddha dimulai di Taiwan pada pukul 7
pagi, waktu di Toronto, Kanada adalah pukul 7 malam, tetapi upacara pemandian
rupang Buddha di sana juga dimulai secara bersamaan. Meski partisipan upacara
di Toronto tidak sebanyak partisipan di Taiwan, tetapi mereka memiliki
ketulusan yang sama.
“Upacara ini terasa penuh kehangatan. Ini
membuat saya tersentuh dari lubuk hati saya. Meski tidak memahami lagu yang
diputar, tetapi saya dengan sepenuh hati mendengarkan dan merasakan makna yang
terkandung di dalamnya. Air mata tidak bisa mendeskripsikan bagaimana perasaan
saya dan betapa terharunya saya,” tutur Sonia Lowe, seorang relawan Tzu Chi.
Meski dia tidak memahami bahasa Mandarin, tetapi dengan
ketulusannya, dia bisa merasakan makna lagu yang diputar. Tidak perlu banyak bahasa
atau tulisan untuk memahami makna lagu-lagu itu. Dia sangat tersentuh. Saya
juga sangat tersentuh melihatnya.
Di Afrika Selatan, pada tanggal 14 Mei, relawan kita juga
mengadakan upacara pemandian rupang Buddha. Kepala Kantor Penghubung Taipei di
Afrika Selatan, warga negara asing, dan warga setempat juga mengikuti upacara
tersebut. Upacara di Afrika Selatan juga berlangsung dengan teratur dan tertib.
Jalan cinta kasih yang kita bentangkan telah menumbuhkan jiwa kebijaksanaan
orang-orang. Saya sangat tersentuh.
Kemarin, saya juga mengulas tentang formasi di Marikina, Filipina yang
membuat saya sangat tersentuh.
“Master Cheng Yen, terima kasih atas semua yang telah Master lakukan, bukan
hanya untuk San Mateo, bukan hanya untuk Filipina, tetapi untuk seluruh dunia. Terima
kasih telah mengajari kami setiap hari tentang nilai-nilai cinta kasih dan
welas asih,” kata Christina Diaz, Camat San Mateo.
Inilah suasana penuh haru di Marikina. Wali kota Marikina juga
sangat tersentuh.
“Saya
berharap bisa terus bekerja sama dengan Tzu Chi. Sesungguhnya, saya sudah
pernah bertemu dengan insan Tzu Chi sebelumnya. Saya bertanya pada mereka bagaimana
melatih dan membentuk sebuah tim relawan bagi kota ini,” kata Marcelino Marcy
Teodoro, Wali kota Marikina.
Inilah harapan wali kota setempat. Dari sini bisa diketahui bahwa
di Marikina, Tzu Chi telah mendatangkan perubahan besar. Meski mayoritas warga
Filipina adalah umat Katolik, tetapi Tzu Chi yang merupakan organisasi Buddhis telah
menjangkau Marikina selama bertahun-tahun. Kita tidak memengaruhi agama mereka,
hanya membina keharmonisan antarwarga dan memberikan bantuan pada yang
membutuhkan.
Selama ini, warga setempat melihat dan mengetahui apa yang kita
lakukan. Karena itu, kali ini, upacara pemandian rupang Buddha di Marikina diikuti
oleh lebih dari 10.000 orang. Lewat rekaman video dari udara, kita bisa melihat
formasi mereka berubah dalam sekejap. Mereka juga melakukan pradaksina dengan
sangat tertib. Mereka sungguh mengagumkan.
Mereka bisa menampilkan formasi seperti ini karena telah membina
keharmonisan dan memiliki kesatuan hati. Semua orang bersatu hati, harmonis, saling
mengasihi, dan bergotong royong. Mereka membentangkan jalan dengan cinta kasih.
Saya sangat bersyukur dan tersentuh. Melihat pencapaian insan Tzu Chi Filipina,
kita yang berada di Taiwan harus lebih bekerja keras lagi.
Meski Tzu Chi telah berdiri 50 tahun lebih, kita tetap harus lebih
bekerja keras. Singkat kata, kita harus bersungguh hati menggarap ladang berkah
di Taiwan dengan kebajikan dan cinta kasih yang juga merupakan permata bagi
Taiwan. Kita sungguh harus bekerja keras, terlebih dalam menyucikan hati penghuni
lapas, ini tidaklah mudah.
Di seluruh Yilan, upacara pemandian rupang Buddha diikuti oleh
lebih dari 5.000 orang. Di antara lebih dari 5.000 orang ini, ada 2.500 orang
yang merupakan penghuni lapas. Relawan kita menjangkau lapas untuk menyucikan
hati mereka. Dalam jangka panjang, relawan kita membentangkan inci demi inci jalan
dengan cinta kasih untuk membangkitkan rasa bakti dan cinta kasih mereka.
Selama tiga hari, relawan kita mengadakan upacara pemandian rupang
Buddha di lapas bagi 2.500 penghuni lapas. Chunghwa Telecom juga menyediakan 100
saluran telepon secara gratis bagi para penghuni lapas sehingga setiap orang bisa
mengobrol dengan anggota keluarga selama 6 hingga 8 menit. Para penghuni lapas bertobat
dan berikrar kepada orang tua mereka.
Melihat para penghuni lapas mengungkapkan penyesalan mereka, saya sungguh sangat tersentuh. Di Hualien, ada sebuah rumah tahanan yang mengundang ibu para tahanan ke sana agar para tahanan dapat mengungkapkan kasih sayang terhadap ibu mereka.
“Kita berharap acara mempersembahkan teh dan mencuci kaki ibu bisa membangkitkan rasa syukur mereka dan membuat mereka memahami kasih sayang orang tua terhadap mereka,” ujar Peng Yong-fu, Kepala Rumah Tahanan Hualien.
Selama sebulan, relawan kita terus membimbing mereka untuk berbakti. Relawan kita berbagi banyak kisah tentang mantan narapidana yang bertobat dan memulai hidup baru. Contohnya Bapak Zeng yang telah keluar dari lapas dan bisa berbagi kisahnya dengan orang lain.
“Saya mengonsumsi narkoba hingga terkena infeksi katup jantung. Saya dipukul saat mencuri hingga hati saya pecah. Seluruh pikiran saya sudah dikendalikan oleh narkoba. Saat itu, saya sama sekali tidak merasa bersalah pada orang tua,” kata Zeng Huan-shan, mantan narapidana
“Saya mengunjunginya setiap bulan di lapas. Setidaknya, putra saya aman di dalam sana. Jika berada di luar, entah kapan dia akan kehilangan nyawanya, Xie Gui-zhu, Ibu Zeng Huan-shan.
Kini Bapak Zeng telah memperbaiki diri. Lihatlah, ada banyak penghuni lapas yang terinspirasi untuk memperbaiki kesalahan masa lalu. Ini juga membuat ibu mereka merasa tenang. Tentu, relawan kita di Pingtung juga melakukan hal ini dengan baik. Intinya, relawan kita membentangkan inci demi inci jalan dengan cinta kasih dan mendapatkan sambutan yang positif.
Ini membuktikan bahwa sumbangsih penuh cinta kasih tidaklah sia-sia. Para penghuni lapas terinspirasi dan memperbaiki diri, inilah balasan terbaik untuk kita. Kita bersumbangsih tanpa pamrih. Untuk menyucikan hati manusia, kita harus melakukan praktik Bodhisatwa.
Membentangkan jalan dengan cinta kasih untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan
Bersama-sama memandikan rupang Buddha meski menganut agama yang berbeda
Menyesali kesalahan masa lalu dan memperbaiki diri
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 17 Mei 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 19 Mei 2017