Ceramah Master Cheng Yen: Membentangkan Jalan dan Menyebarkan Semangat Kendaraan Agung
“Kami memilahnya sendiri. Dengan demikian, Bibi tidak perlu bersusah payah saat mengumpulkan barang-barang ini,” kata Pan Zhao-ying pemilik lapak.
“Orangnya tampan dan baik. Dia bisa membantu saya membongkar kardus karena kardusnya sangat banyak,” kata Lin Yi-zi relawan Tzu Chi.
“Apakah boleh mengulurkan tangan Anda?”
“Tangan saya sangat cantik,” jawab Lin Yi-zi relawan Tzu Chi.
“Tangan yang tercantik,”
“Tangan yang tercantik,” kata Lin Yi-zi.
“Tangannya tidak pernah dirawat?”
“Tidak. Saya tidak pernah merawat tangan saya,” jawab Lin Yi-zi.
“Anda bekerja di sini sejak muda sampai sekarang?”
“Saya bekerja sejak muda. Setelah pensiun, saya mulai melakukan daur ulang,” jawab Lin Yi-zi.
“Anda melakukan daur ulang setiap hari?”
“Saya melakukannya setiap hari hingga nanti ajal menjemput,” jawab Lin Yi-zi.
Kita hendaknya menggenggam jalinan jodoh dan bersumbangsih bagi dunia tanpa memandang usia, baik berusia muda maupun berusia lanjut. Hingga kini, saya masih tidak mengaku sudah tua karena selama masih hidup, kita masih punya kekuatan. Sebagai manusia, jangan merasa diri kita tidak berguna. Kita harus tahu bahwa kita masih punya kekuatan. Dengan kerja sama banyak orang, kekuatan akan terhimpun dan menjadi besar.
Kita jangan pernah berkata ingin mundur atau pensiun. Mundur berarti tidak ada kemajuan. Pensiun berarti berhenti berkarya. Sebagai manusia, kita jangan pernah berpikir untuk mundur atau pensiun. Janganlah mundur karena mundur adalah kebalikan dari maju. Jadi, janganlah mundur.
Kita harus tekun melatih diri untuk menjadi Bodhisatwa dari kehidupan ke kehidupan. Kita semua harus mengetahui prinsip ini dengan sungguh-sungguh. Inilah yang disebut mengenal. Aksara Tionghoa "pengetahuan" terdiri atas aksara "tahu" dan "hari". Hari berarti waktu. Kita hendaknya menggenggam kehidupan kita dan waktu yang ada betapa pun cepatnya waktu berlalu.
“Kami sudah empat tahun tidak menggelar penyaluran bantuan musim dingin berskala besar. Sekarang, pandemi sudah melandai, maka kami kembali berkumpul di tempat ini. Barang-barang bantuan untuk penerima bantuan terdiri atas sepuluh kilogram beras, gula, garam, kacang, bubuk protein, serta sepatu yang disumbangkan para warga,” kata Yan Miao-hui relawan Tzu Chi.
“Misi Tzu Chi diawali oleh 30 orang ibu rumah tangga. Karena itu, kami percaya bahwa selama kita mempertahankan niat baik dan mempraktikkannya secara nyata, akan ada 50 atau 100 orang, bahkan 200 orang yang bergabung dengan kita untuk menciptakan keajaiban,” kata Huang Teng-wei Ketua Tzu Chi Cabang Afrika Selatan.
“Perusahaan kami mengumumkan bahwa ada sebuah kesempatan langka untuk membantu 2.000 penerima bantuan dalam waktu sehari. Para karyawan bisa mendaftarkan diri,” kata Li Qing-long relawan Tzu Chi.
Sekarang, ajaran Buddha ada di dunia. Dengan adanya ajaran Buddha di dunia, banyak orang yang terinspirasi untuk melihat kebenaran. Lalu, kita dapat bersama-sama membentangkan serta menapaki Jalan Bodhisatwa. Dengan kekuatan satu orang, jalan tidak akan dapat dibentangkan dengan cepat. Dengan kekuatan banyak orang, jalannya akan dapat terbentang luas dan panjang.
Untuk membentangkan Jalan Bodhisatwa yang luas, dibutuhkan kekuatan banyak orang. Dengan adanya kerja sama banyak orang, kekuatan kita akan terhimpun. Jadi, kita harus menghimpun kekuatan banyak orang dan menyatukan hati kita. Manusialah yang bisa menyebarkan Dharma. Penyebaran Dharma membutuhkan bantuan manusia. Intinya, manusialah yang bisa menyebarkan Dharma, bukan sebaliknya.
Dharma bukan digunakan untuk meningkatkan ego manusia, melainkan manusialah yang harus menyebarkan Dharma. Intinya, kita harus membentangkan jalan, menyebarkan Dharma, serta membimbing orang-orang untuk menapaki jalan benar. Jadi, kita membutuhkan Dharma atau prinsip kebenaran untuk dapat membuka jalan di dunia. Dengan ajaran Buddha, kita membentangkan jalan agung yang disebut Jalan Bodhisatwa.
Saya berharap kita bisa mewujudkannya dengan memanfaatkan jalinan jodoh dengan Tzu Chi. Asalkan memiliki niat, kita bisa menyebarkan Dharma di dunia yang luas ini. Dengan demikian, Dharma pun akan tersebar luas di kolong langit dan di atas bumi. Alam semesta sangatlah luas. Sesungguhnya, Bumi terlihat kecil di alam semesta. Namun, di tempat yang "kecil" ini, kita harus mempunyai pandangan dan wawasan yang luas.
Saya sering berkata bahwa semut kecil bisa mendaki Gunung Sumeru. Meski Gunung Sumeru sangat tinggi, selama semut kecil punya tekad, ia bisa mendaki detik demi detik dan pasti akan berhasil tiba di puncak gunung. Belakangan ini, saya sering mengulas tentang hal ini. Meski tubuh semut sangat kecil, tetapi kehidupannya mengandung kebenaran dan nilai yang sangat tinggi. Asalkan punya tekad dan keteguhan hati, semut kecil pun bisa mendaki Gunung Sumeru, terlebih lagi manusia yang memiliki jalinan jodoh untuk mendengar Dharma dan terlahir di dunia dalam kondisi tenteram dan berkecukupan.
Kita harus menggenggam masa kini. Meski masa depan belum jelas, tetapi kita bisa menelusuri masa lalu. Kita bisa memahami jejak masa lalu atau sejarah. Saat ini, kita bisa memahami masa lalu dan berikrar untuk masa depan. Saya berharap kita membangun ikrar untuk masa depan. Sementara itu, ikrar bagi masa depan ini harus mulai diwujudkan dari detik ini juga. Jadi, kita harus menggenggam masa kini dengan baik. Inilah yang ingin saya sampaikan. Dengan membangkitkan tekad agung dan ikrar luhur, barulah kita akan sampai pada tujuan.
Dibutuhkan pelatihan diri untuk menjadi Bodhisatwa. Jadi, menapaki jalan ini berarti melatih diri. Jika kita tidak menapakinya, jalan yang telah terbentang pun akan sia-sia. Berhubung sudah menapak di jalan ini, kita harus melangkahkan kaki kita. Perjalanan ribuan mil dimulai dari langkah pertama. Semuanya, kita akan memulai perjalanan kita. Di mana pun kalian berada, jalan kita adalah Jalan Bodhisatwa. Inilah satu-satunya arah tujuan kita, tiada yang kedua. Itulah yang disebut Jalan Bodhisatwa.
Waktu terus berlalu. Seiring berlalunya satu hari, usia kehidupan pun berkurang. Setiap melewati satu hari, kita selalu melangkah mendekati ajal. Usia kehidupan kita terus berkurang bagaikan ikan yang kekurangan air. Air di dalam guci makin sedikit. Saat air di dalam guci itu habis, ikan itu akan berhenti bernapas atau kehilangan daya hidup. Manusia juga tidak bisa hidup tanpa napas dan daya hidup. Setelah memiliki daya hidup, kita harus memiliki dorongan untuk hidup. Dorongan atau motivasi kita ialah membentangkan Jalan Bodhisatwa bagi dunia di masa depan. Inilah motivasi kehidupan kita.
Pantang mundur tanpa mengaku tua
Membentangkan jalan dan menapakinya dengan tekun
Mengingat ketidakkekalan dan meneladan Bodhisatwa
Kumpulan semut kecil mampu mendaki Gunung Sumeru
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 14 Agustus 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan tanggal 16 Agustus 2022