Ceramah Master Cheng Yen: Membentangkan Jalan dengan Cinta Kasih dan Mengemban Misi Tzu Chi
Para relawan Tzu Chi dari Taiwan bisa menjangkau Turki berkat adanya orang yang membentangkan jalan di sana. Relawan Hu Guang-zhong beserta keluarganya merupakan benih pertama Tzu Chi di Turki. Mereka telah mengemban misi Tzu Chi di sana selama belasan tahun. Meski demikian, tidak banyak orang yang mengenal Tzu Chi. Akan tetapi, kali ini, kesabaran, cinta kasih, dan keteguhan tekad Relawan Hu dalam bersumbangsih telah mendapat perhatian dari warga setempat. Pada saat yang sama, banyak warga setempat yang cinta kasihnya mulai terbangkitkan. Kita bisa melihat sekelompok orang yang penuh cinta kasih.
Melihat insan Tzu Chi bersumbangsih bagi para pengungsi dari Suriah dengan cinta kasih tanpa pamrih, mereka sangat tersentuh. Mereka juga bekerja sama dengan relawan kita untuk membentangkan jalan bagi anak-anak pengungsi dari Suriah sehingga anak-anak itu dapat bersekolah. Semua orang membangkitkan tekad dan ikrar agung untuk bersumbangsih dengan penuh cinta kasih tanpa memandang perbedaan agama. Seperti yang dikatakan oleh Profesor Cuma, ada sebuah rumah yang dapat menampung jutaan, puluhan juta, bahkan hingga miliaran orang. Rumah tersebut bernama cinta kasih. Sungguh, cinta kasih dapat merangkul segalanya. Buddha mengajarkan kepada kita agar hati kita dapat merangkul seisi alam semesta. Hati setiap manusia bisa selapang alam semesta. Selama ada cinta kasih, setiap orang dapat membangkitkan kekuatan untuk menolong sesama. Relawan kita juga memiliki kesempatan seperti ini di Turki.
Pada hari kelima berada di Turki, insan Tzu Chi dari Taiwan mulai melakukan survei kasus. Mereka membagi diri ke dalam lima kelompok untuk mengunjungi para pengungsi. Salah satu kelompok mengunjungi sebuah keluarga yang terdiri atas lima orang. Kepala keluarga, yakni sang ayah, mengalami kecelakaan lalu lintas sehingga tidak bisa bekerja. Jadi, kedua putranya yang berusia 13 dan 11 tahunlah yang bekerja untuk menghidupi keluarga. Mereka memperoleh upah 1.500 lira Turki sebulan. Namun, mereka harus menghidupi keluarga dan membayar biaya pengobatan ayah mereka. Selain itu, mereka juga harus membayar sewa rumah sebesar 500 lira Turki dan biaya air dan listrik sebesar 200 lira Turki. Bayangkanlah, itu saja sudah menghabiskan lebih dari 800 lira Turki. Yang tersisa tidak seberapa. Saat relawan Hu bertanya kepada sang ayah berapa upah yang diterima oleh kedua putranya, dia menjawab bahwa upah mereka hanya 1.200 lira Turki. Dia berkata, “Dengan mengurangi sedikit dana bantuan yang saya terima, Tzu Chi dapat menolong lebih banyak orang.” “Kami bisa lebih berhemat dalam keseharian.” “Kalian bukan hanya membantu kehidupan kami, tetapi juga membantu anak-anak saya bersekolah.” “Kami sangat bersyukur.” Lihatlah, dia begitu mengasihi diri sendiri dan berprinsip. Dalam kondisi yang sulit ini, dia terpaksa menerima bantuan orang lain agar dapat bertahan hidup. Namun, dia tidak tamak dan tahu berpuas diri. Ini sungguh tidak mudah.
Kita juga bisa melihat sebuah keluarga lain yang terdiri atas 8 orang. Kehidupan mereka juga bergantung pada putra mereka yang bekerja di pabrik sepatu. Mereka juga harus membayar sewa rumah, biaya air dan listrik, dan lain-lain. Sang ayah dan ibu juga menderita penyakit dan anak mereka sangat banyak. Kehidupan mereka sungguh sangat sulit. Namun, mereka tetap menjalani hidup dengan tegar dan berharap suatu hari nanti, mereka dapat pulang ke negara asal mereka dan memulai kehidupan baru di sana. Inilah harapan mereka. Anak-anak tidak boleh ikut menderita dan harus menerima pendidikan.
“Saya berterima kasih atas bantuan Tzu Chi. Selama dua tahun ini, saya melihat warga setempat mengantar anak mereka pergi ke sekolah, tetapi saya tidak bisa melakukannya. Namun, kini harapan ini telah terwujud berkat bantuan Tzu Chi. Saya sangat berterima kasih kepada kalian yang telah membantu anak-anak kami bersekolah. Saya berterima kasih kepada kalian atas 3 hal; Pertama, saya berterima kasih atas makanan yang kalian berikan kepada kami. Kedua, kalian menyediakan gedung sekolah sehingga anak-anak kami dapat bersekolah. Ketiga, saat kami hanya memiliki sehelai pakaian, kalian memberikan selimut-selimut ini kepada kami. Saya sungguh sangat berterima kasih kepada insan Tzu Chi,” ucap Haznet, Pengungsi Suriah.
Di mana pun insan Tzu Chi berada, maka di sana ada harapan. Jika di Turki tidak ada Relawan Hu Guang-zhong dan keluarganya, kita juga tidak bisa pergi ke sana untuk bersumbangsih. Di Yordania, insan Tzu Chi selama lebih dari empat tahun ini terus memberikan pendampingan dan bersumbangsih. Ini semua karena kita memiliki relawan lokal di sana.
Di Jerman, suhu udara telah menurun hingga nol derajat Celsiusdan membawa penderitaan bagi para pengungsi. Meski kita juga memiliki relawan di Jerman, tetapi potensi yang bisa mereka kembangkan masih sangat terbatas. Jika jumlahnya sedikit, relawan kita masih bisa menolong mereka. Namun, kini jumlah pengungsi begitu banyak, bagaimana cara kita menolong mereka? Ini sungguh membuat orang tidak berdaya. Karena itu, kita harus lebih tekun, bersemangat, dan bersungguh hati untuk menyebarkan benih kebajikan dan bersungguh hati untuk menyebarkan benih kebajikan agar benih-benih kebajikan dapat bertunas dan bertumbuh satu demi satu. Intinya, kita harus lebih tekun dan bersemangat.
Kita juga bisa melihat penyebaran virus flu burung. Di Taiwan, unggas-unggas mulai dimusnahkan. Hewan juga makhluk yang bernyawa. Demi memenuhi nafsu makan, manusia menernakkan dan membunuh banyak hewan. Sesungguhnya, manusia tidak harus makan daging. Kita bisa melihat seorang anak berusia 6 tahun di Malaysia yang memiliki tekad dan ikrar yang teguh. “Dahulu saya suka makan udang, tetapi sekarang sudah tidak suka. Sekarang saya suka makan daun ubi jalar. “Mengapa kamu tidak suka makan udang lagi?” “Karena saya khawatir anak-anaknya tidak bisa menemukan ibu mereka,” ucap Li Qian-ying.
Lihatlah, anak yang begitu kecil saja bisa membangkitkan tekad dan memahami bahwa setiap nyawa sangat berharga. Namun, banyak orang yang keras kepala dan enggan mengubah tabiat buruk mereka. Kita tidak tahu pada kehidupan berikutnya, kita akan terlahir di mana. Semua itu berada di luar kendali kita. Kita tidak tahu akan terlahir di alam mana pada kehidupan berikutnya. Kita juga tidak tahu apakah pada kehidupan berikutnya, kita masih bisa hidup santai dan bahagia seperti sekarang ini. Semuanya tidak kita ketahui. Karena itu, kini kita harus berusaha untuk menyucikan hati manusia. Semoga dunia aman dan tenteram dan setiap orang dapat membangkitkan cinta kasih. Ini demi membentangkan jalan bagi kita di kehidupan berikutnya dan menciptakan dunia yang sehat bagi generasi-generasi berikutnya. Inilah yang harus kita usahakan.
Membentangkan jalan dengan cinta kasih dan mengemban misi Tzu Chi
Menyebarkan benih kebajikan di tengah masyarakat
Semua makhluk di enam alam kehidupan adalah satu keluarga
Memandang ke seluruh dunia dan hidup berdampingan dengan semua makhluk
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 22 Oktober 2015