Ceramah Master Cheng Yen: Membentangkan Jalan dengan Cinta Kasih

Melihat berbagai bencana alam yang terjadi, kita sungguh harus membangkitkan ketulusan untuk menyucikan hati manusia dan bersumbangsih secara nyata. Jika tidak, kita akan terus melihat berbagai penderitaan akibat bencana banjir, kebakaran, angin ribut, dan lain-lain.  Selain melihat banyaknya penderitaan, ada pula kisah yang menghangatkan hati.

Di Malaysia, tahun ini pusat cuci darah Tzu Chi di Penang sudah menginjak tahun ke-20. Dalam rangka memperingati ulang tahun ke-20, mereka mengadakan ritual Namaskara untuk mengungkapkan rasa syukur dan kekuatan cinta kasih mereka. Setiap orang bekerja sama dengan harmonis untuk membimbing orang-orang menuju arah yang benar.

Mereka membentangkan sebuah jalan yang terang dan rata. Dengan sangat teratur, barisan partisipan yang panjang melakukan ritual Namaskara dengan hati yang tulus. Lihatlah mereka menapaki jalan yang disusun dari sepotong demi sepotong batako. Ini sama seperti jalan Tzu Chi  yang setiap incinya dibentangkan dengan cinta kasih. Mereka telah menunjukkan keyakinan dan ketulusan mereka. Sungguh membuat orang tersentuh melihatnya.

Pusat cuci darah Tzu Chi telah melayani banyak pasien. Selain memberikan pelayanan cuci darah, kita juga “mencuci” hati pasien. Kita berharap para pasien dapat memahami asal usul semangat dalam memberi bantuan kepada orang lain. Pada saat menjalani cuci darah, mereka dapat mendengar dan melihat video tentang awal mula organisasi Tzu Chi berdiri.

Dalam ceramah pagi, saya mengulas bahwa Bodhisatwa Maitreya yang melihat banyaknya Bodhisatwa dari segala penjuru berdatangan ke Dunia Saha untuk menghadiri persamuhan Dharma di Puncak Burung Nasar. Begitu tiba di Puncak Burung Nasar, dengan sangat sopan, para Bodhisatwa itu memberi hormat kepada Buddha dan perwujudan-Nya.

Meski Bodhisatwa di sana sangat banyak, tetapi mereka tetap berjalan mengitari Buddha, lalu kembali ke tempat dengan tertib dan beranjali memberi penghormatan kepada Buddha. Mereka memuji Buddha yang turun ke Dunia Saha. Mereka juga memuji Buddha yang sabar dan tahan cobaan di Dunia Saha.

Mereka bertanya tentang kesehatan Buddha. Mereka juga bertanya bagaimana cara Buddha menginspirasi dan membimbing manusia yang keras kepala di dunia ini. Buddha menjawab, “Tenang saja.” “Aku sangat sehat.” “Makhluk di dunia ini masih dapat dibimbing karena ada sekelompok orang yang sudah menerima bimbingan-Ku dari kehidupan ke kehidupan.” “Dari kehidupan ke kehidupan, Aku telah menjalin jodoh baik dengan mereka.” “Karena itu, pada kehidupan ini, mereka dapat menyerap ajaran-Ku ke dalam hati.” Inilah yang saya bagikan dalam ceramah beberapa hari ini.

Tujuan dari isi ceramah itu adalah untuk mengingatkan orang-orang bahwa sejak berkalpa-kalpa yang lalu hingga kini, Buddha terus berusaha untuk memberi bimbingan. Dengan penuh kesabaran, Buddha menghadapi semua makhluk yang keras kepala. Buddha yang sudah berusia lanjut berharap ajaran-Nya dapat diwariskan.

Beliau berharap ada murid-Nya yang bersedia memikul tanggung jawab ini. Akan tetapi, makhluk di Dunia Saha lebih sulit untuk dibimbing. Selain keras kepala, makhluk di Dunia Saha juga lebih nakal dan tidak berani memikul tanggung jawab atas hal-hal baik. Mereka tidak menaruh kepercayaan yang tinggi terhadap diri sendiri.

Karena sulit untuk dibimbing, tidak ada orang yang berani memikul tanggung jawab. Karena itulah, Bodhisatwa dari tempat lain datang untuk membantu Buddha membabarkan Dharma. Buddha berharap para murid-Nya dapat terinspirasi melihat tekad Bodhisatwa dari tempat lain.

Bodhisatwa dari tempat lain sangat tersentuh dan tidak tega melihat Buddha yang sudah berusia lanjut masih harus mengkhawatirkan pewarisan Dharma-Nya. Karena itu, Bodhisatwa dari tempat lain berkata kepada Buddha, “Yang Dijunjung, kami bersedia memikul tanggung jawab, tetapi Engkau harus memberi izin kepada kami.” Jadi, mereka berharap Buddha dapat mengizinkan mereka membimbing semua makhluk di dunia ini.

Buddha berkata kepada mereka, “Kalian tenang saja.” “Orang-orang itu sudah lama menjalin jodoh baik dengan-Ku.” “Aku sudah membimbing mereka dalam jangka waktu panjang.” “Aku sudah lama menjalin jodoh baik dengan mereka.” Artinya, Buddha sudah lama menjalin jodoh baik. Ada yang sejak belasan tahun lalu, ada yang baru belakangan ini, ada pula yang sudah puluhan tahun. Karena itu, orang-orang itu dapat menyerap Dharma ke dalam hati. Ini adalah prinsip yang sama.

Segala sesuatu memiliki awal mulanya. Para Bodhisatwa itu bersedia membimbing makhluk di Dunia Saha karena sudah terinspirasi oleh Buddha. Karena itu, kita harus saling menghormati. Janganlah kita berpikir kita memberi sesuatu kepada orang lain. Sesungguhnya, kita hanya membangkitkan sesuatu yang sudah mereka miliki. 

Para pasien itu memang memiliki semangat hidup yang tinggi. Kita hanya membantu memberikan pelayanan cuci darah untuk mereka. Namun, kita juga berharap para pasien dapat memahami makna kehidupan mereka. Karena, pusat cuci darah Tzu Chi bukan hanya memberi pelayanan cuci darah, tetapi juga membantu membangkitkan jiwa kebijaksanaan para pasien dengan cara berbagi dengan mereka tentang semangat di balik pusat cuci darah Tzu Chi.

Setelah memahami berbagai kegiatan yang dilakukan oleh Tzu Chi di seluruh dunia, banyak dari mereka yang cinta kasihnya terbangkitkan dan ikut bergabung dalam barisan relawan Tzu Chi. Tanpa memandang perbedaan agama, kita semua tinggal di bumi yang sama. Saat melihat orang yang membutuhkan bantuan, kita harus segera menjangkau mereka. Saat bertemu dengan orang yang berjodoh, kita harus pergi memberi bantuan. Inilah kesetaraan dalam hidup.

Kita dapat melihat para pasien dapat memiliki semangat hidup baru dan kembali memanfaatkan hidup mereka untuk membantu sesama yang membutuhkan. Hidup mereka bagai didaur ulang. Kisah yang menyentuh hati sangat banyak. Melihat mereka terinspirasi untuk berbuat baik, saya sangat bersyukur.

Membentangkan setiap inci jalan dengan penuh cinta kasih

Dharma bagaikan air yang dapat menyucikan tubuh dan batin

Menjalin jalinan jodoh untuk membangkitkan jiwa kebijaksanaan

Mengubah kehidupan hingga dapat kembali membantu orang yang membutuhkan


Ceramah Master Cheng Yen tanggal 15 Agustus 2017

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 17 Agustus 2017

 

 

Hadiah paling berharga di dunia yang fana ini adalah memaafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -