Ceramah Master Cheng Yen: Membentangkan Jalan di Tengah Masyarakat

“Dia hanya berobat ke dokter satu kali. Berhubung kondisinya tidak membaik, dia tidak berobat lagi. Setelah terjatuh, dia tidak bisa bicara,” kata Zeng Shu-ping, anggota keluarga Zheng Ye.

“Saat seseorang tak dapat bicara, tentu batinnya sangat menderita. Jadi, setelah menerima perawatan akupunktur, dia mulai menangis karena menemukan harapan. Jadi, setiap pasien pasti menaruh harapan. Kita datang untuk membawa harapan,” kata Wang Wen-fu, dokter pengobatan tradisional Tionghoa di Malaysia.

Para dokter bagaikan Bodhisatwa, selama tiga sampai empat hari ini mengadakan pelayanan kesehatan di Kamboja. Kita melihat di Kamboja, para dokter kita memberi pelayanan kesehatan kepada para pasien yang kurang mampu dan tidak berdaya.

Kamboja termasuk negara yang memiliki banyak warga kurang mampu dan membutuhkan bantuan. Mengapa ini bisa terjadi? Ini terjadi akibat gejolak masyarakat yang disebabkan oleh ulah manusia. Warga di sana sangat kekurangan.

Lebih dari 20 tahun lalu,  kita pernah menyalurkan bantuan dari Phnom Penh ke Battambang. Saat akan berkendara, kita harus dikawal oleh tank karena di mana-mana ada ranjau darat yang dapat langsung meledak saat terpicu sesuatu. Jadi, saat kita berada di sana, pemerintah militer setempat sangat berhati-hati dan selalu mengutus tank untuk mengawal kita.

 

Sebagian relawan Tzu Chi duduk di atas tank yang membuka jalan, sebagian lagi mengikuti dengan mobil jip.  Kita beberapa kali menyalurkan bantuan seperti ini. Perjalanannya sangat sulit ditempuh. Di daerah tempat penyaluran bantuan juga terjadi kekacauan. Saat penyaluran bantuan berlangsung, kita bisa mendengar suara ledakan. Berbahaya sekali.

Selain itu, meski para warga kurang mampu yang datang tetap mengantre dengan tertib, tetapi kita melihat penderitaan di wajah mereka. Di sana terdapat banyak janda atau orang tua tunggal. Sebagian dari mereka mengantre sambil menuntun dan menggendong anak.

Saat kita memberi mereka beras, bagaimana mereka membawanya pulang? Mereka tetap menggandeng dan menggendong anak dengan beras di kepala mereka. Mereka berjalan pulang tanpa kesulitan.

Namun, kini kondisi di Kamboja sudah lebih baik. Namun, perbaikan hanya ada di kota-kota. Kondisi di pedesaan tetap sangat kekurangan.

Baru-baru ini, kita mengadakan  baksos kesehatan selama dua hari di Battambang. Banyak orang yang harus melintasi gunung dan sungai untuk tiba di lokasi baksos kesehatan. Ini karena sulit bagi mereka untuk berobat, terlebih lagi melihat dokter. Sebagian dari mereka belum pernah melihat dokter.

Saya sangat berterima kasih kepada Dokter Say dari Filipina. Dalam waktu singkat, para relawan terlebih dahulu mengunjungi warga di berbagai daerah dan mengukur waktu yang perlu ditempuh oleh warga yang hendak mengikuti baksos kesehatan. Para dokter terlebih dahulu memeriksa kondisi mata para pasien agar dari hasil pemeriksaan itu, tindakan yang lebih besar dapat dilakukan pada hari baksos kesehatan diadakan.

 

Kita meminjam tempat yang sederhana dan memasang sarana yang diperlukan agar para dokter dapat menjalankan operasi mata bagi ratusan pasien katarak atau pasien dengan penglihatan buruk di sana. Selama beberapa hari itu, kita melayani lebih dari seribu pasien.

Dengan niat baik sebagian orang, kita dapat membantu banyak orang. Inilah Bodhisatwa dunia yang membebaskan semua makhluk dari penderitaan. Dokter spesialis mata, penyakit dalam, gigi, dan bedah turut serta dalam baksos kesehatan itu.

Untuk baksos kali ini, dibutuhkan bantuan penerjemahan bahasa. Kepala Sekolah Lianhua mengatakan bahwa dahulu sekolahnya pernah membantu kita. Kali ini, beliau mengerahkan para guru dan murid dari sekolahnya untuk membantu dalam penerjemahan.

“Untuk membantu baksos ini, saya mengadakan rapat dan mengundang semua guru dan guru magang. Saya mengatakan bahwa Tzu Chi datang untuk membantu warga Battambang yang tak mampu berobat,” kata Chen Xiu-hua, Kepala Sekolah Lianhua Kamboja.

“Pada hari pertama, 120 orang datang membantu. Berhubung tidak semuanya bisa naik ke dalam bus, sebagian harus tinggal di sekolah. Di hari kedua, 140 orang datang membantu. Hari ini adalah hari ketiga. Hampir 200 orang berdatangan untuk membantu,” jelasnya.

“Kali ini saya sangat terharu dan berterima kasih kepada Tzu Chi karena murid-murid kami dapat banyak belajar. Belajar apa? Pertama, belajar membantu orang lain. Kedua, belajar menyadari dan menghargai berkah. Ini adalah pendidikan yang nyata,” sambungnya.

 

“Saya merasa sekolah kami hari ini mendapat banyak manfaat. Bukan kami yang membantu Tzu Chi, melainkan Tzu Chi memberi murid-murid kami kesempatan untuk bertumbuh. Mereka telah belajar banyak hal. Semangat ini tidak dapat dibeli dengan uang, hanya dapat dirasakan lewat praktik nyata. Inilah pendidikan yang semestinya,” tutup Chen Xiu-hua, Kepala Sekolah Lianhua Kamboja

Sekolah mereka mengajarkan bahasa Mandarin. Berhubung para dokter kita tidak mengerti bahasa setempat, para murid dan guru sekolah itu membantu para dokter kita dalam penerjemahan. Saya sangat berterima kasih dan tersentuh. Inilah yang disebut membentangkan jalan.

Kita pernah membuka jalan di masa lalu dan kini kita kembali membentangkan jalan yang lapang. Inilah yang bisa kita lakukan di dunia bagi orang-orang yang menderita. Jadi, Bodhisatwa menapaki jalan yang tidak berujung. Kita juga harus terus berinteraksi dengan orang banyak dan menginspirasi lebih banyak orang.

Demi kegiatan baksos kesehatan kali ini, relawan setempat mengubah tanah berpasir menjadi lantai semen dan membuat sekat dari papan bekas. Setibanya di sana, para relawan Tzu Chi juga membuat sekat dari kain. Hingga saat ini, mereka tetap harus bersusah payah, terlebih dua puluh tahun lalu. Kondisi kita di sini sungguh jauh lebih baik daripada orang-orang di sana. Jadi, kita harus mengenal rasa puas dan bersyukur.

Kita harus saling bertoleransi. Inilah yang harus kita latih dalam kehidupan sehari-hari.

Penderitaan di dunia tak habis diucapkan
Para relawan terjun ke masyarakat untuk menolong orang-orang yang menderita
Para guru dan murid sekolah membantu penerjemahan dengan rasa syukur
Melatih diri dalam kehidupan sehari-hari

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 05 November 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 07 November 2019

Kita harus bisa bersikap rendah hati, namun jangan sampai meremehkan diri sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -