Ceramah Master Cheng Yen: Membentangkan Jalan untuk Membimbing Sesama dengan Kebajikan


Lihatlah kehidupan orang-orang di Kamboja. Mereka hidup di tengah penderitaan. Baik anak-anak maupun orang dewasa, semuanya bertahan hidup dengan cara memulung. Setelah melihat ini, bagaimana perasaan kita? Jika kita yang harus menginjakkan kaki di tumpukan sampah dan berjongkok untuk mengumpulkan barang, apakah kita bersedia? Jawabannya pasti tidak. Namun, mereka harus melakukannya karena tumpukan sampah itu merupakan sumber penghidupan mereka. Bagi mereka, tumpukan sampah bagaikan gunung emas. Di dalam tumpukan itu, mereka bisa menemukan pakaian yang dapat dicuci untuk dipakai kembali atau dijual.

Setelah melihat ini, saya teringat dengan Filipina. Di Filipina juga terdapat kawasan kumuh dekat TPA. Relawan Tzu Chi dengan penuh cinta kasih terjun ke daerah itu untuk bersumbangsih. Relawan membawakan seragam untuk anak-anak di sana. Setelah anak-anak rapi, bersih, dan mengenakan seragam, relawan kita membawa mereka pergi untuk mengurus pendaftaran masuk sekolah. Kejadian ini masih segar dalam ingatan saya.

Kita telah menyaksikan cinta kasih agung dan bagaimana insan Tzu Chi muncul untuk membantu orang-orang melenyapkan penderitaan. Inilah dunia Tzu Chi. Dengan menolong orang-orang yang menderita, kita bagai menghubungkan surga dan neraka. Para relawan Tzu Chi adalah Bodhisatwa dunia. Tanpa diminta, mereka mendengarkan dan melenyapkan penderitaan. Relawan terjun ke daerah yang penuh penderitaan untuk memperbaiki kehidupan orang-orang dan memberikan harapan bagi mereka. Ini merupakan hal yang sangat menyentuh.


Lihatlah, kita semua adalah satu keluarga. Relawan Tzu Chi telah tersebar di seluruh dunia. Di mana ada orang yang menderita, tidak memiliki tempat tinggal, ataupun kekurangan makanan, di sanalah insan Tzu Chi akan muncul untuk memberikan makanan dan pakaian serta membimbing mereka. Inilah Bodhisatwa dunia. Kita bisa melihat bagaimana sumbangsih insan Tzu Chi di pedesaan menginspirasi warga setempat.

“Meskipun saya hidup kekurangan, tetapi masih ada yang lebih menderita dari saya. Saya menyisihkan uang ke dalam celengan bambu untuk membantu mereka,” kata Oeung Am warga.

“Apa yang kita tabur, itulah yang akan kita tuai. Jika saya membantu orang lain, orang lain pun akan membantu saya. Sesungguhnya, kita saling membantu,” kata Mang Chan warga.

“Saat kami mengadakan kegiatan di tempat lain kelak, kami akan mengajak kalian untuk turut mencurahkan cinta kasih,” kata Xie Ming-xun relawan Tzu Chi.


Cinta kasih dapat menginspirasi semua orang. Ini membutuhkan ikrar dan tekad setiap orang untuk bersumbangsih tanpa pamrih. Saya berterima kasih kepada orang yang telah membantu sehingga orang yang membutuhkan bisa merasakan harumnya beras dan sayur-sayuran. Mereka sangatlah beruntung dan dipenuhi berkah.

Saya berharap warga setempat yang kini mengenakan rompi relawan dapat menjalani pelatihan hingga dilantik menjadi relawan Tzu Chi. Baik di desa maupun kota, selama ada relawan Tzu Chi, semua orang yang menderita atau kekurangan akan tertolong. Bukankah relawan kita bagaikan makhluk langit? Bukankah mereka bagaikan Bodhisatwa?

Mereka menjadi Bodhisatwa dunia untuk membawakan makanan bagi yang membutuhkan dan menggalang Bodhisatwa dunia. Saya berharap kita dapat memperpanjang jalinan kasih sayang di dunia. Saya berharap kita dapat terus mengingat kisah penuh kehangatan seperti ini. Dengan demikian, kita akan terus mengingat bahwa kita pernah bersumbangsih dan mempraktikkan kebajikan. Hendaklah kita berbagi pengalaman dengan orang-orang yang belum bergabung.


Saat ini, teknologi telah berkembang dengan pesat. Ada rekaman video yang dapat membuktikan bagaimana kita bersumbangsih. Ketika kita mengambil bagian dalam misi Tzu Chi, kita akan merasakan nilai dalam kehidupan kita. Kita akan membawa manfaat bagi dunia seiring berjalannya waktu. Saya yakin setelah terlepas dari kemiskinan, menenteramkan kehidupan keluarga mereka, dan memiliki pekerjaan yang stabil, orang-orang yang telah kita bantu dapat berkontribusi bagi masyarakat. Singkat kata, kita harus menggenggam waktu untuk membawa manfaat bagi dunia serta mewujudkan ikrar dan tekad Bodhisatwa kita.

Jalan Bodhisatwa sungguh panjang. Kita telah membuka Jalan Bodhisatwa. Hendaklah kita membangun tekad dan ikrar untuk terus membentangkan Jalan Bodhisatwa. Apakah jalan ini sudah cukup lebar dan luas? Hendaklah kita membentangkan jalan yang lebih lebar, luas, dan panjang.

Melihat kemiskinan di dunia bagai penderitaan di neraka
Mencurahkan cinta kasih saat mendengar penderitaan demi melenyapkannya
Membawa harapan untuk memperbaiki kehidupan
Membentuk barisan Bodhisatwa yang Panjang

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 12 Juli 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan tanggal 14 Juli 2022
Jangan menganggap remeh diri sendiri, karena setiap orang memiliki potensi yang tidak terhingga.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -