Ceramah Master Cheng Yen: Membentuk Lautan Pahala dengan Berkah dan Kebajikan


Hari ini, tanggal 21 September, adalah 22 tahun berlalunya Gempa 921. Kita masih mengingat bencana itu dengan jelas. Saat itu, Tzu Chi melakukan banyak hal bagi Taiwan. Meski tidak tahu kita memiliki dana yang cukup atau tidak, tetapi saya tahu bahwa setiap orang memiliki cinta kasih.

Lihatlah betapa banyaknya gedung sekolah yang runtuh akibat gempa bumi kali itu. Pendidikan anak-anak tidak bisa ditunda. Karena itu, kita menjalankan Proyek Harapan untuk membantu pembangunan kembali 50 gedung sekolah.

Kini 50 gedung sekolah itu masih terlihat sangat kukuh. Meski tidak terlihat baru, juga tidak terlihat tua. Semua gedung sekolah itu sangat indah. Banyak murid yang sudah lulus dan menjadi insan berbakat di tengah masyarakat. Jadi, Bodhisatwa sekalian, dengan memasuki Jalan Tzu Chi, kalian telah menciptakan banyak berkah.

Jadi, saya bersyukur pada kalian. Pahala kalian sungguh tak terhingga. Tanpa kontribusi kalian semua, Tzu Chi tak mungkin berkembang seperti sekarang. Karena itulah, belakangan ini saya selalu berkata bahwa setiap orang hendaklah bersyukur kepada diri sendiri.

Kalian adalah bagian dari sejarah Tzu Chi dan kalian menulis sejarah kalian dengan bersumbangsih secara nyata. Jadi, kalian hendaknya bersyukur pada diri sendiri. Saya berharap setiap orang dapat mengenang kisah masing-masing, lalu membagikan dan menulisnya. Dengan demikian, semua itu akan menjadi sejarah bagi umat manusia.


Kemarin, saya bertemu dengan sekelompok relawan yang sangat ahli menulis. Saya meminta mereka untuk menulis sejarah Tzu Chi. Tzu Chi berawal dari nol. Di hadapan saya terbentang selembar peta dunia. Setiap hari, saya melihat peta itu untuk melihat lokasi bencana di seluruh dunia. Ini membuat saya teringat bahwa lebih dari 60 tahun lalu, Tzu Chi belum ada.

Lebih dari 60 tahun kemudian, yaitu sekarang, insan Tzu Chi telah menjangkau lebih dari 120 negara dan wilayah untuk menyalurkan bantuan, bukan untuk berwisata. Semua ini sungguh tidak terbayangkan.

Lebih dari 60 tahun yang lalu, Tzu Chi belum ada. Lima puluh lima tahun lalu, saya membangkitkan sebersit niat untuk mendirikan Tzu Chi. Berawal dari praktik celengan bambu, Tzu Chi terus berkembang hingga kini. Tahun ini, Tzu Chi telah berdiri 55 tahun. Jalinan jodoh sungguh tidak terbayangkan.

Di seluruh dunia terdapat banyak insan Tzu Chi. Ini berkat adanya jalinan jodoh yang tidak terbayangkan. Tahun ini, akibat pandemi, banyak orang yang mengalami kesulitan ekonomi. Saya sangat bersyukur insan Tzu Chi di seluruh dunia memiliki hati Bodhisatwa. Di mana ada orang yang membutuhkan, relawan kita akan memberikan bantuan ke sana.

Belakangan ini, saya melihat para relawan kita bukan hanya menolong orang yang menderita, tetapi juga para petani buah dan petani sayur yang terdampak pandemi. Jadi, kita sungguh harus bersyukur.

Di dunia yang penuh dengan penderitaan ini, dibutuhkan orang yang berniat untuk melenyapkan penderitaan. Ini membutuhkan partisipasi semua orang. Jika kita hidup kekurangan dan menggenggam uang logam sendiri, kita tetap tidak dapat membeli sayur.


Namun, jika setiap orang dapat memasukkan uang logam masing-masing ke dalam sebuah guci besar, maka uang yang terhimpun dapat digunakan untuk membeli beberapa karung beras atau makanan bergizi untuk dibagikan kepada orang yang lebih membutuhkan.

Dengan demikian, kita dapat menciptakan berkah, sedangkan orang yang lebih membutuhkan dapat mengenyangkan perut mereka. Jadi, setiap orang bisa menjadi orang yang kaya batin. Asalkan kita membina cinta kasih di dalam hati dan mengajak orang-orang untuk menciptakan berkah bersama, kita dapat melakukan banyak hal.

Penderitaan sulit dihindari. Buddha mengajari kita tentang hukum sebab akibat. Miskin dan kaya pasti ada di dunia ini. Yang menciptakan berkah di kehidupan lampau akan dipenuhi berkah di kehidupan sekarang. Yang menciptakan karma buruk di kehidupan lampau akan menerima buah karma di kehidupan sekarang.

Para Bodhisatwa dunia adalah orang-orang yang dipenuhi berkah. Mereka bisa menjangkau makhluk yang menderita untuk bersumbangsih. Jadi, Bodhisatwa datang ke dunia ini karena adanya makhluk yang menderita. Karena itulah, Buddha mengajarkan praktik Bodhisatwa.

Sebagai Bodhisatwa dunia, kita harus menapaki Jalan Bodhisatwa dengan bersumbangsih dan memberikan bantuan tanpa pamrih, bahkan dipenuhi rasa syukur. Makhluk yang menderita merupakan ladang pelatihan Bodhisatwa. Tanpa makhluk yang menderita, tidak akan ada Bodhisatwa dunia.


Bagaimana Bodhisatwa dunia bersumbangsih bagi semua makhluk? Berhubung semua makhluk dilanda penderitaan, Bodhisatwa dunia pun terjun ke tengah masyarakat.

Sungguh, setiap hari, kita hendaklah dipenuhi rasa syukur dan melangkah maju ke arah yang bajik. Kita juga melihat Sekolah Menahel di Turki. Untuk mendukung pelaksanaan vaksinasi, mereka turut berdonasi semampu mereka. Ini menunjukkan bahwa orang-orang di seluruh dunia memiliki cinta kasih.

Berkat adanya jalinan jodoh, mereka dapat menghimpun tetes-tetes donasi, bagai tetesan air yang dapat membentuk sungai dan lautan atau memenuhi guci. Dengan berdonasi semampu mereka, mereka telah menciptakan pahala yang tak terhingga. Alangkah baiknya jika setiap orang dapat menghimpun tetes demi tetes donasi. Dengan demikian, setiap orang dapat menciptakan pahala tak terhingga yang seluas samudra.

Saya sering mengulas tentang pahala yang tak terhingga. Tak terhingga ini tidak terpaku pada rupa. Donasi kita, bagai setetes air yang telah menyatu dengan tetesan air lain hingga membentuk sungai dan lautan, dapat digunakan untuk melenyapkan penderitaan orang-orang. Inilah yang disebut pahala yang tak terhingga. Jadi, di seluruh dunia, semua orang memiliki hati yang sama, yaitu hati Buddha.  

Mengenang perjalanan Tzu Chi dahulu
Menulis sejarah dan mempertahankan tekad awal
Tetes-tetes donasi membentuk lautan pahala
Membawa kesejukan dengan berkah dan kebajikan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 21 September 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 23 September 2021
Benih yang kita tebar sendiri, hasilnya pasti akan kita tuai sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -