Ceramah Master Cheng Yen: Membentuk Tim Medis secara Luas untuk Melindungi Masyarakat


“Keperawatan Tzu Chi mengubah kehidupan. Saya berasal dari Taitung. Sejak bergabung dengan Tzu Chi, saya merasa bahwa kehidupan saya menjadi sangat berbeda. Pada tahun 2003, dalam kasus medis internasional, saya menerima pasien bayi kembar siam pertama dari Filipina. Saya bertugas sebagai perawat utama mereka. Hingga saat ini, saya masih menjadi ‘kakak’ bagi mereka. Sekarang, mereka pun berada bersama kami di sini,”
kata Zheng Ya-jun, Supervisor Departemen Keperawatan RS Tzu Chi Hualien.

“Beberapa waktu ini, mereka mengikuti program magang selama liburan musim dingin di bangsal anak. Setiap kali melihat mereka, saya merasa sangat bangga dapat menjadi bagian dari RS Tzu Chi Hualien. Saya juga merasa bangga atas pendidikan keperawatan Universitas Tzu Chi dan Universitas Sains dan Teknologi Tzu Chi,” pungkas Zheng Ya-jun.

Membahas tentang kembar siam, saya merasa bahwa hidup memang seperti itu, semuanya bergantung pada jalinan jodoh. Kita bisa menjangkau mereka yang di Filipina karena adanya insan Tzu Chi di sana. Inilah yang disebut dengan jalinan jodoh. Pada waktu itu, saya sering mengunjungi mereka di rumah sakit. Hal seperti ini hendaknya terus kita lakukan.

Kita harus terus membina orang-orang baik untuk berbuat baik dan bersumbangsih bagi masyarakat. Tidak peduli orang lain ingat atau tidak, kita cukup menuju satu arah, yaitu melakukan hal yang benar. Jangan pernah lupa bahwa dahulu saya mendirikan sekolah di Hualien karena di wilayah Hualien dan Taitung, kesempatan untuk bersekolah sangat minim. Kini, saya merasa sangat bahagia melihat pendidikan di wilayah Taiwan Timur sudah berdiri kokoh, terutama sistem pendidikan Tzu Chi.

Jadi, saya ingin mengingatkan semuanya untuk tidak melupakan kisah 50 sen yang berarti jangan meremehkan kekuatan yang kecil. Jangan pula melupakan benih-benih Tzu Chi. Dalam hati kita masing-masing terdapat sebutir benih, yaitu benih Tzu Chi. Berkat proses pembelajaran di Tzu Chi, kalian dapat tumbuh menjadi insan yang dapat melayani sesama di tengah masyarakat. Inilah benih kebijaksanaan dalam hidup.


“Pada tahun 1994, Universitas Tzu Chi resmi dibuka. Saya adalah angkatan pertama di fakultas kedokteran. Saat menjalani tahun pertama sebagai dokter penanggung jawab di RS Tzu Chi Hualien, saya masuk berita di koran. Sebenarnya, kisahnya sangatlah sederhana. Ada seorang pria mabuk yang pingsan di jalan dan tidak diketahui namanya. Karena tubuhnya penuh dengan tumor, dia akhirnya dirawat oleh saya,”
Zhu Song-zhao, Dokter Spesialis Hematologi dan Onkologi RS Tzu Chi Hualien.

“Kami menggerakkan departemen kesejahteraan sosial untuk membantu mengaktifkan kembali jaminan kesehatannya melalui sistem cicilan. Berhubung kankernya sudah mencapai stadium akhir, kami pun menggerakkan tim perawatan paliatif kanker. Kami juga berhasil menemukan keluarganya dan memahami kisah hidupnya. Pada akhirnya, dia meninggal dunia dengan tenang di rumah sakit,” lanjut Zhu Song-zhao.

“Saya hanya menunaikan kewajiban saya. Kewajiban ini sudah diajarkan oleh universitas pada kami, yaitu memastikan kalangan kurang mampu juga mendapatkan perawatan yang layak. Jadi, kita memiliki tim medis agar dapat menunaikan kewajiban sebaik-baiknya. Selalu sertakan saya dalam perbuatan baik,” pungkas Zhu Song-zhao.

Pendidikan dengan cinta kasih yang tulus terlihat dalam diri alumni Tzu Chi. Inilah harapan dari pendidikan, yaitu bisa menabur benih secara luas, melayani secara luas, dan bersumbangsih bagi dunia. Inilah yang membuat saya bahagia.

Selama lebih dari 30 tahun, kita telah membina lebih dari 30 ribu insan yang kini melayani di masyarakat. Segala sesuatu itu sulit di awal. Namun, kini, jalan telah terbuka. Jalan yang tadinya sempit bagaikan pematang sawah, kini telah menjadi jalan yang lapang. Jalan yang tadinya 4 lajur, kini telah menjadi 8 lajur, bahkan telah menjangkau seluruh dunia.

Saudara sekalian, kita semua adalah insan Tzu Chi. Tzu Chi adalah keluarga besar. Seiring berjalannya waktu, anak-anak akan tumbuh dewasa. Yang sudah dewasa, baik yang masih muda maupun yang sudah paruh baya, dapat mengembangkan bakat kalian bagi masyarakat. Kalianlah para insan unggul di masyarakat. Melihat kondisi saat ini, saya merasa sangat bersyukur.

Dalam hidup ini, saya tidak menyimpan apa pun, kecuali rasa syukur. Satu orang tidak mungkin bisa melakukan segalanya. Seberapa banyak pun hal yang ingin saya lakukan, saya tidak akan bisa menyelesaikan semuanya sendiri. Saya berterima kasih kepada banyak orang yang terus bertumbuh dan mengemban tanggung jawab untuk menjalankan Empat Misi Tzu Chi.


Saat ini, saya melihat bahwa kita telah berjalan sejajar. Kita tidak hanya memikul dua beban di pundak, melainkan mengendarai kendaraan roda empat. Kendaraan roda empat ini melambangkan Empat Misi Tzu Chi sekaligus Delapan Jejak Dharma. Masing-masing roda di kendaraan ini memiliki satu roda tambahan. Jadi, empat roda menjadi delapan roda.

Saya berharap setiap orang dapat terus menyimpan "Tzu Chi" di dalam hati karena Tzu Chi mengandung cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Jika seseorang kehilangan cinta kasih dan welas asih, keberadaannya di dunia ini akan kehilangan nilai. Hendaknya kita memiliki cinta kasih.

“Saat ini, saya bekerja di RS Kristen Mennonite. Saya adalah lulusan tahun 2005 dari jurusan kesehatan masyarakat. Saat masih kuliah, saya sudah mulai menjadi relawan ambulans dengan ikut naik mobil ambulans untuk menyelamatkan orang. Mulai tahun 2008, saya membantu para staf dan guru di sekolah mempromosikan edukasi pertolongan pertama. Selama 16 tahun terakhir, saya sudah mengajari lebih dari tiga ribu orang di lingkungan sekolah, baik staf, pengajar, maupun siswa,” kata Zhou Kui-xue, Kepala Departemen Urusan Publik RS Kristen Mennonite.

“Setelah lulus dari jurusan kesehatan masyarakat, saya ingin memperluas wawasan sehingga melanjutkan pendidikan hukum dengan program perolehan kredit di Universitas Nasional Taiwan. Dari situlah saya mendapat kesempatan untuk membantu Dinas Kesehatan Hualien dalam layanan mediasi medis. Yang ingin saya bagikan ialah bagaimana saya mengemban tanggung jawab sosial secara berkelanjutan.  Berkat pendidikan di Universitas Tzu Chi, benih kebajikan dalam diri saya dapat tumbuh dengan baik,” lanjut Zhou Kui-xue.

“Meski saya tidak bekerja langsung di RS Tzu Chi, saat saya melayani di RS Kristen Mennonite, saya tetap bisa melanjutkan perjalanan kebajikan ini. Mulai dari mengajarkan pertolongan pertama hingga terlibat dalam mediasi hukum, semuanya merupakan bagian penting dalam mendorong masyarakat menuju keberlanjutan,” pungkas Zhou Kui-xue.


Yang paling tulus di Tzu Chi ialah cinta kasih dan welas asih. Selain itu, kita juga harus memiliki sukacita dan keseimbangan batin. Dalam bersumbangsih, kita harus memberi tanpa pamrih. Tidak peduli apa pun agama yang kalian anut dan di bidang apa pun kalian berkarya, selama di dalam hati tertanam benih Tzu Chi, secara alami akan muncul kekuatan yang tak terhingga untuk bersumbangsih di tengah masyarakat dengan sukarela.

Dalam Tzu Chi, kita semua berada dalam empat misi yang merupakan satu kesatuan. Tzu Chi juga menjangkau dunia internasional. Di mana pun ada bencana, Tzu Chi akan membawa bantuan ke sana. Jadi, yang telah memperoleh pencapaian di masyarakat hendaknya bisa memiliki kepedulian terhadap kondisi dunia.

Saya berharap pendidikan kita memiliki perspektif internasional. Kita juga hendaknya menyebarkan apa yang Tzu Chi lakukan agar para alumni Tzu Chi dapat mengetahuinya. Tzu Chi adalah rumah kita sendiri. Tzu Chi juga adalah misi kita dan keluarga kita. Kalian yang kembali hari ini, inilah rumah kalian. Tzu Chi adalah sebuah keluarga besar. Saya berharap semuanya bisa merasakan kedekatan antara satu sama lain. Ini disebut dengan energi kemanusiaan.

Jika semua orang memupuk berkah, saat ingin melakukan sesuatu, kekuatan kita akan lebih besar. Jika hubungan satu sama lain baik, apa pun dapat dilakukan bersama. Baik sebagai alumnus, teman, guru, maupun murid, semua akan merasakan energi kemanusiaan yang kuat. Hendaknya kita mendekatkan hati dan menghimpun kekuatan. Inilah nilai kehidupan kita di dunia.

Benih kebijaksanaan menumbuhkan cinta kasih dan kebajikan
Membentuk tim medis secara luas untuk melindungi masyarakat
Membangun ikrar dengan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin B
erani memikul tanggung jawab dengan berpegang teguh pada tekad

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 08 April 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 10 April 2025
Kendala dalam mengatasi suatu permasalahan biasanya terletak pada "manusianya", bukan pada "masalahnya".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -