Ceramah Master Cheng Yen: Memberi Manfaat bagi Makhluk Lain demi Menjalin Jodoh Baik


Perubahan iklim sungguh menyebabkan bencana yang silih berganti di seluruh dunia. Misi amal kita terus berkutat dengan hal ini sehingga saya sangat sibuk setiap hari. Peta dunia di meja saya tergeletak begitu saja, tetapi batin saya penuh gejolak bagaikan gelombang air laut. Saya memikirkan negara-negara yang terkena bencana serta para warga dan anak-anak di sana. Saat saya melihat letak negara-negara itu di peta, terbayang kondisi anak-anak itu dalam pikiran saya. Mereka mengalami kelaparan.

Di negara-negara itu, para warga juga menderita kemiskinan. Inilah yang saya pikirkan. Karena itu, sulit bagi saya untuk merasa tenang. Saya ingin melepaskan hal itu sejenak dan berjalan-jalan untuk melihat sawah dan kebun sayur kita. Begitu banyak orang yang mencurahkan cinta kasih di sana. Saya ingin melihat-lihat ke Zhixue.

Semua orang memiliki ikatan batin yang dalam dengan lahan di sana. Tanah yang tadinya tandus kita garap hingga menjadi sangat baik. Semua ini terwujud berkat sekelompok relawan yang bersumbangsih tanpa menghitung waktu ataupun uang. Jadi, mereka benar-benar bersumbangsih bagi keluarga kita ini dengan cinta kasih yang tulus.

Berkat hasil panen dari lahan di sana, Griya Jing Si tidak perlu membeli beras untuk memenuhi kebutuhan kita. Hasilnya bahkan masih bersisa dan dapat dibuat menjadi makanan ringan. Mereka berkata bahwa ini akan sangat membantu kehidupan kita. Saya menjawab benar, tetapi mereka semua telah berusia lanjut, tidak cocok melakukan pekerjaan cocok tanam. Mereka pasti harus bersusah payah. Saya tidak sampai hati.


Saya tak sampai hati melihat mereka mengerahkan banyak tenaga untuk bekerja di sawah. Namun, mereka berkata bahwa mereka semua sangat gembira. Saya tentu memercayai mereka. Saya juga selalu berpikir dalam melatih diri, apakah yang disebut tekun dan bersemangat? Ketekunan dan semangat yang sesungguhnya ialah memahami kebenaran, sungguh-sungguh menghayatinya, dan mempraktikkannya secara nyata. Yang terutama ialah memiliki cinta kasih berkesadaran dan menjalin jodoh baik dengan banyak orang.

Selain membawa manfaat bagi diri sendiri, kita juga harus membawa manfaat bagi orang lain. Dengan membawa manfaat bagi orang lain, barulah kita benar-benar membawa manfaat bagi diri sendiri. Jadi, cara untuk membawa manfaat bagi diri sendiri ialah dengan membawa manfaat bagi makhluk lain.

Jika kita hanya berharap diri sendiri mendapat manfaat, berlatih agar diri sendiri mendapat ketenangan, dan berlatih agar batin kita sendiri bebas dari noda batin, apakah semua ini berguna? Kita hanya mencari pencapaian diri sendiri. Yang terpenting, setelah mengubah batin kita dan memahami kebenaran, kita harus terjun ke tengah masyarakat untuk menguji apakah diri kita benar-benar berubah.

Banyak orang yang mengaku memiliki temperamen buruk di masa lalu. Mereka telah mendengar ajaran Buddha dan mengaku telah memahaminya dengan jelas. Namun, saat dihadapkan pada suatu kondisi, mereka tetap tidak dapat menahan diri dan tetap bertikai. Ini tidak termasuk berubah, juga tidak termasuk sungguh-sungguh menghayati ajaran.


Setelah memahami ajaran, dalam hubungan antarmanusia, kita hendaknya dapat berkata, "Dahulu, saat bertemu kondisi seperti itu, saya tidak tahan. Namun, kini saya dapat bersabar dan melepas." Melepas berarti tidak menyimpan kerisauan di dalam hati atau memupuk rasa dendam. Kebencian dan rasa dendam tidak disimpan di dalam hati. Inilah pelatihan diri yang sesungguhnya. Jadi, melatih diri berarti memperluas cinta kasih dan memperpanjang jalinan kasih sayang.

Tentu, kita tahu praktisi Buddhis harus memiliki cinta kasih. Batin Buddha selalu memikirkan semua makhluk dan ingin melenyapkan penderitaan semua makhluk. Kita semua sudah tahu akan hal ini. Namun, kita juga harus bersabar atas keluh kesah semua makhluk.

Adakalanya, kita tidak mampu bersabar. Manusia kerap kali berkata, "Orang ini cocok dengan saya, saya suka dengannya. Ucapannya tidak sefrekuensi, saya tidak tahan mendengarnya, lebih baik saya menjauhinya." Inilah sikap makhluk awam pada umumnya. Namun, setelah mempelajari ajaran Buddha, kita harus sabar. Apa arti sabar?

Seseorang mungkin bukan hanya tak sefrekuensi dengan kita, bahkan mungkin bertolak belakang dengan kita atau menyakiti kita. Di depan, dia menyakiti kita; di belakang, dia mengeluh tentang kita. Dia mungkin membuat banyak gosip tentang kita. Lalu, kita menyimpannya di dalam hati. Ini berarti kita belum bersabar.

Kita harus mengubah penderitaan menjadi kebahagiaan. Saat ada orang yang menyakiti kita, kita tidak sedih atau terluka, melainkan bersyukur. Saya sering berkata bahwa orang seperti itu juga merupakan mitra bajik bagi kita. Konfusius berkata bahwa saat berjalan bertiga, kita pasti dapat menemukan guru. Di dalam tiga orang, pasti ada satu yang menjadi guru kita, bahkan dua atau ketiganya. Saat berkumpul bersama orang baik, kita berpikir, "Luar biasa, saya harus belajar darinya. Caranya dalam menghadapi orang dan masalah sudah saya amati dan sangat saya kagumi. Jadi, saya harus belajar darinya."


Sebaliknya, saat ada orang yang gemar melukai orang, bersikap penuh perhitungan, dan banyak menyakiti kita, kita harus memutar cara pandang kita dan bersyukur. Saat bertemu orang yang menyulitkan seperti itu, diri kita harus mengingatkan diri sendiri, "Apakah saya juga pernah menyulitkan orang lain seperti itu sehingga orang merasa tidak tahan dan memiliki kesan buruk?" Jadi, kita bisa bersyukur karena berkat adanya orang tadi, kita dapat mengingatkan diri sendiri agar tidak melakukan hal yang membuat orang lain tidak tahan atau membuat orang lain ingin menjauh. Jadi, orang tadi juga adalah guru kita. Kita sendiri harus mengingatkan diri sendiri.

Saya hendak menyampaikan kepada kalian bahwa saya juga selalu memeriksa kehidupan saya sendiri. Saya sering berpesan agar semua orang menginventarisasi kehidupan masing-masing. Ini karena saya juga sudah melakukannya.

Kini, usia saya sendiri sudah lanjut. Saya katakan bahwa saya tidak menyesal terhadap diri sendiri. Meski juga masih makhluk awam, saya tidak melakukan hal yang merugikan orang lain. Jadi, banyak orang yang mengaku sangat senang melihat saya. Ini bukan tanpa sebab. Ada jalinan jodoh di balik semua ini. Demikian adanya pada masa lalu, demikian adanya pada masa kini, demikian pula adanya pada masa depan. Inilah cinta kasih dan jalinan kasih sayang.

Kalian telah menjadi insan Tzu Chi selama puluhan tahun atau setidaknya belasan atau beberapa tahun. Ada yang telah bergabung selama sepuluh, dua puluh, atau tiga puluh tahun. Kalian tidak pernah meninggalkan saya dan terus mendedikasikan diri di Tzu Chi. Kalian pernah melakukan hal besar ataupun kecil. Apa pun pernah kalian lakukan. Inilah keluarga.    

Mengembangkan cinta kasih dan welas asih tanpa batas
Tekun dan bersemangat mengembangkan samadhi dalam keseharian
Bersabar, mengubah cara pandang, dan menginventarisasi kehidupan
Melatih diri dan membawa manfaat bagi makhluk lain demi menjalin jodoh baik

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 17 Juni 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Shinta
Ditayangkan tanggal 19 Juni 2022
Menghadapi kata-kata buruk yang ditujukan pada diri kita, juga merupakan pelatihan diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -