Ceramah Master Cheng Yen: Memberi Pendidikan dengan Cinta Kasih

Beberapa hari ini, selama 3 hari berturut-turut, saya selalu pergi ke Aula Jing Si, Hualien untuk menghadiri upacara kelulusan. Setelah masuk ke Aula Jing Si, saya naik ke lantai atas dan melihat dari jauh upacara wisuda di atas panggung. Di sana ada 700 lebih murid lulusan. Upacara di atas panggung berjalan dengan khidmat. Dari tempat duduk penonton, itu terlihat sangat rapi dan sangat menghangatkan hati.

Seluruh Aula Jing Si terlihat sangat teratur, sangat harmonis, dan dipenuhi sukacita. Upacara berjalan dengan khidmat. Sekolah Tzu Chi Tainan juga mengadakan upacara kelulusan pada saat yang bersamaan. Saya melihat upacara mereka melalui video secara langsung. Murid-murid SD dan SMP Tzu Chi Tainan menerima Penghargaan Kakek Guru. Ibu dari seorang murid menderita gangguan pendengaran, tetapi murid ini sangat giat belajar, ini sungguh tidak mudah.

Selain itu, juga ada beberapa murid dan keluarga yang sangat menyentuh. Atas hasil yang dicapai para murid, kita tentu harus berterima kasih kepada guru. Baik guru SD, SMP, dan SMA, maupun dosen dan profesor, mereka selalu sangat bersungguh hati. Inilah harapan bagi masyarakat.

Kemarin, kita bisa melihat dari murid TK hingga SD menampilkan pertunjukan genderang. Pertunjukan mereka sangat rapi, polos, dan murni. Saya sangat tersentuh. Inilah hasil pendidikan. Perwakilan murid dari SD, SMP, dan SMA ini sungguh membuat orang tersentuh. Kemarin kita bisa melihat mereka mendapat Penghargaan Kakek Guru.

Ada seorang murid pindahan dari Malaysia ke Hualien. Dia menjadi anggota komite cilik. Dia menggalang dana dari guru dan saudaranya serta para bhiksuni. Mereka semua merupakan donaturnya. Dia juga ingin masuk SMP Tzu Chi. Dia memiliki tekad seperti itu. Dia ingin mewariskan ajaran Jing Si dan menyebarkan mazhab Tzu Chi.

Kemarin, kita juga melihat seorang murid lulusan SMA yang sangat spesial. Dia adalah Xin-qi. Sejak lahir, dia sudah menderita distrofi otot. Sejak kecil, dia sudah merupakan pasien Rektor Wang dari Universitas Tzu Chi. Selama ini Rektor Wang telah mendampingi dan merawatnya. Dia mengenyam pendidikan di Sekolah Tzu Chi dan berhasil masuk Universitas Tzu Chi.

Kita bisa melihat Kepala Sekolah Li dari SMA Tzu Chi menyerahkan murid ini kepada Rektor Wang dari Universitas Tzu Chi. Rektor Wang pun maju ke depan dan berlutut untuk menerima anak ini. Ini sangat mengharukan. Saya sangat tersentuh dan berterima kasih. Inilah pendidikan cinta kasih. Dia sangat positif dan tidak menyerah pada diri sendiri. Dia mendapat nilai yang baik. Dia telah menyelesaikan SMA dan akan masuk ke universitas. Dia memiliki jalinan jodoh yang baik dengan Tzu Chi. Ini juga merupakan berkah baginya.

Selain itu, juga ada upacara kelulusan Universitas Sains dan Teknologi Tzu Chi. Melihat hubungan antara dosen dan mahasiswa yang begitu dalam, saya juga sangat tersentuh. Para mahasiswa ini juga sangat mengasihi diri sendiri. Di antara mereka ada seorang mahasiswa bermarga Weng yang tubuhnya sangat tersiksa oleh penyakit kanker. Dia sangat berani dalam menghadapi kehidupan. Dia telah mendapat perawatan serta kasih sayang dari dokter dan perawat. Dia sangat terharu.

Dia membangun ikrar bahwa kelak dia ingin menjadi perawat yang merawat pasien bagaikan berbakti pada orang tua atau menyayangi pasien  bagaikan anak sendiri. Dia membangun ikrar untuk melakukan itu. Dia tahu tentang penderitaan hidup. Jadi, selain kariernya, dia juga akan mendedikasikan diri untuk menjalankan misi amal Tzu Chi. Dia ingin mewariskan ajaran Jing Si dan menyebarkan mazhab Tzu Chi. Dia bertekad untuk memikul tanggung jawab untuk meneruskan ajaran Jing Si, mazhab Tzu Chi, dan misi Tzu Chi. Dia ingin memikul tanggung jawab untuk "memikul bakul beras bagi dunia". Saya sangat tersentuh.

Kita juga mendengar salah satu mahasiswi berterima kasih kepada para Ibu Yi De. Dia pernah mengalami kekerasan rumah tangga yang membuatnya tidak dapat merasakan cinta kasih keluarga. Hingga berjodoh untuk berkuliah di Universitas Sains dan Teknologi Tzu Chi, dia merasakan cinta kasih dari Ibu Yi De, Ayah Tzu Cheng, dan para dosen. Dia dapat merasakan cinta kasih mereka.

Sejak saat itu, dia menemukan harapan dan arah. Jadi, di setiap upacara kelulusan, lagu-lagu yang dibawakan berisi rasa syukur, nasihat, dan jawaban tentang kehidupan. Kehidupan yang tadinya tersesat juga dapat menemukan harapan.

Jika dikenang kembali, sesungguhnya para murid tahu kehangatan dan cinta kasih selalu mendampingi kehidupan mereka. Cinta kasih selalu ada. Jadi, rasa syukur dan cinta kasih adalah jawaban yang terbaik atas kehidupan ini. Kita harus benar-benar mengerti untuk bersyukur.

Upacara kelulusan Sekolah Tzu Chi menggambarkan harapan

Murid dengan gembira menerima didikan guru dan giat menggalang  hati

Para guru mendampingi murid-murid dengan penuh cinta kasih

Merasakan cinta kasih dan selalu merasa bersyukur

 

 

Tak perlu khawatir bila kita belum memperoleh kemajuan, yang perlu dikhawatirkan adalah bila kita tidak pernah melangkah untuk meraihnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -