Ceramah Master Cheng Yen: Memberi Perhatian dan Cinta Kasih Tanpa Henti
Kita telah melihat insan Tzu Chi telah tiba di Jepang dua hari lalu. Mereka membawa sampel barang bantuan untuk diperlihatkan kepada pemerintah setempat. Jika barang-barang itu dibutuhkan, maka kita dapat segera mengirimkannya. Dalam menyalurkan bantuan, kita perlu menghormati standar setempat. Ekonomi warga Jepang tergolong baik. Saat ketidakkekalan akibat bencana terjadi, kita semakin perlu untuk memperhatikan perasaan warga setempat. Mereka hanyalah korban bencana, bukan warga tidak mampu. Karena itu, kita harus menjaga perasaan mereka. Para relawan telah membawa tempat tidur lipat dan nasi Jing Si untuk dievaluasi pemerintah setempat apakah barang bantuan itu sesuai bagi mereka. Pejabat pemerintah setempat sangat gembira melihat barang bantuan yang tahan lama dan ringan. Mereka sangat gembira.
Para warga yang terkena bencana ditampung di sebuah ruang yang luas dan harus tidur di lantai. Jika kita menggunakan tempat tidur lipat, mereka akan merasa lebih terhormat dan tentu saja mereka menyukainya. Sesungguhnya, dari sisi barang bantuan, di sana juga tidak kekurangan. Namun, yang mengharukan adalah sekelompok sukarelawan yang membentuk tim untuk menyediakan makanan. Pemerintah setempat juga menyediakan nasi kepal setiap hari. Para sukarelawan yang baik hati ini juga menyediakan makanan hangat bagi warga. Namun, mereka hanya akan menyediakan makanan hingga beberapa hari ke depan. Kebetulan, dua hari lalu insan Tzu Chi datang membawa nasi Jing Si. Mungkin mereka akan segera menggunakannya. Jika dibutuhkan, kita akan mengirimkannya lagi.
Kali ini, relawan kita di Tokyo, Chen Jinghuey, mempunyai seorang teman yang memiliki rumah di Kumamoto dan bisa digunakan oleh relawan Tzu Chi. Kalian datang dari Taiwan sebagai relawan untuk membantu kami di sini. Saya sangat berterima kasih kepada kalian. Karena itu, saya menyediakan rumah saya untuk melayani kalian. Inilah yang bisa saya berikan. Insan Tzu Chi boleh menggunakan rumah itu bagaikan rumah sendiri. Dengan adanya rumah itu, para relawan bisa menjalankan penyaluran bantuan dengan tenang. Mendengar informasi ini, saya sungguh gembira dan tenang. Selain itu di Universitas Shokei Gakuin yang menjalin kerja sama Sister School dengan kita ada seorang profesor, Dr. Kitaguchi, yang mengungkapkan bahwa universitas mereka bersedia bekerja sama dengan insan Tzu Chi. Dengan begitu, kita memperoleh tambahan relawan. Jadi, selain mendapat bantuan tempat tinggal, kita juga memperoleh bantuan tenaga relawan.
Inilah berita yang mereka laporkan setibanya di Jepang dua hari lalu. Semuanya membuat kita merasa tenang. Dengan begitu, para relawan dapat menjalankan penyaluran bantuan kali ini dengan tenang. Inilah yang terjadi di Jepang. Tentu, barang bantuan yang diperlukanakan dikirimkan dari Taiwan ataupun Tiongkok. Itu tidak terlalu jauh. Barang bantuan dapat tiba dalam 3 sampai 5 hari. Mengenai barang bantuan, kita juga sangat berharap proses bea cukai bisa lancar tanpa kendala sehingga barang bisa lebih cepat tiba di daerah bencana. Inilah harapan kita. Kini semua proses tengah berjalan. Sedangkan, untuk Ekuador, kita masih mencari kemungkinan agar relawan dan barang bantuan bisa sampai ke daerah bencana. Kita berharap dapat secepatnya menemukan cara. Jadi, untuk Ekuador, kita masih mengusahakan yang terbaik. Para relawan Tzu Chi di Taiwan terus membangkitkan cinta kasih. Mereka terus melakukannya tanpa henti.
Kita juga melihat di Taiwan, Hari Ibu akan segera tiba. Insan Tzu Chi mengunjungi para lansia yang hidup sebatang kara dan keluarga yang kurang mampu. Dalam kunjungan ini, kita berharap para ibu dapat benar-benar merasakan bahwa orang-orang juga peduli terhadap mereka. Kita melihat seorang lansia. Harapan terbesarnya adalah melihat kedatangan insan Tzu Chi. Mengetahui insan Tzu Chi akan mengunjunginya, dia terus menunggu. Melihat insan Tzu Chi, dia sangat gembira. Ini berlaku bukan hanya di Taiwan bagian utara. Sesungguhnya, selama ini insan Tzu Chi selalu memberi perhatian kepada orang-orang yang membutuhkan. Di komunitas mereka masing-masing, insan Tzu Chi juga terus memberi perhatian kepada para lansia dan berusaha untuk membuat para lansia ini merasa nyaman di rumah mereka sendiri. Inilah yang selalu dilakukan insan Tzu Chi tanpa pernah berhenti. Jadi, ini bukan sesuatu yang baru dimulai, melainkan sesuatu yang selalu dijalankan. Inilah yang berlaku di Taiwan, dari utara hingga selatan. Setiap hari kita dapat melihat para relawan Tzu Chi di Taiwan bersumbangsih setiap saat.
Demikian pula di Afrika. Kita melihat para relawan di Lesotho. Setelah dilantik sebagai anggota komite, mereka benar-benar dapat merasakan perkataan saya tentang tidak sempat lagi. Mereka membangun ikrar besar untuk mengubah tidak sempat lagi menjadi masih bisa terkejar. Jadi, mereka tidak akan berhenti. Setiap hari mereka membabarkan Dharma kepada orang lain baik di rumah warga maupun di bawah pohon di bawah terik matahari. Mereka memanfaatkan setiap waktu untuk menyebarkan benih cinta kasih dan membuka pintu hati orang banyak sehingga hati semua orang dapat terbuka dan merasakan kecemerlangan serta terinspirasi untuk turut membantu sesama. Inilah kekuatan cinta kasih. Mereka juga mengajak warga lokal berbuat baik dengan menyisihkan satu dolar atau 50 sen sehari. Para relawan membuat orang-orang tahu bahwa dengan memberikan cinta kasih, mereka menanam benih untuk bebas dari kemiskinan, jika tidak pada kehidupan ini, maka pada kehidupan mendatang. Semua orang pun merasa menolong orang lain sangat membahagiakan. Mereka tidak rendah diri saat dibantu karena mereka tahu bahwa mereka juga bisa membantu orang lain. Meski tidak memiliki uang, mereka bisa menyumbangkan tenaga.
Demikianlah para relawan di Afrika mengembangkan kekuatan cinta kasih. Inilah ikrar Bodhisatwa untuk membimbing semua makhluk yang tak terbatas agar mereka yang berada dalam penderitaan juga dapat merasakan kebahagiaan. Di dunia ini, untuk menyucikan hati manusia dan menciptakan masyarakat yang harmonis, kita harus bersumbangsih mulai dari skala kecil hingga meluas. Dengan demikian, kita akan dapat menyelimuti dunia dengan cinta kasih. Untuk merajut tali kasih sayang yang bertahan hingga selamanya di dunia ini, diperlukan cinta kasih yang berkesadaran. Untuk itu, kita harus selalu bersungguh hati.
Menghimpun jodoh baik di daerah bencana
Memikul tekad Guru untuk membimbing semua makhluk
Membentangkan jalan cinta kasih setapak demi setapak
Merajut tali kasih sayang yang bertahan selamanyaCeramah Master Cheng Yen tanggal 23 April 2016
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina.