Ceramah Master Cheng Yen: Memberi Persembahan dengan Tulus kepada Buddha Masa Depan

Kita bisa melihat di seluruh dunia, bencana kerap terjadi. Sungguh, kita harus berdoa dengan tulus dari lubuk hati kita. Ini bukan demi ketenteraman diri sendiri, melainkan demi ketenteraman dunia. Inilah tujuan kita. Kita harus mencurahkan perhatian kepada semua makhluk yang menderita di dunia ini. Dalam membabarkan Dharma, Buddha menggunakan metode terampil pada 42 tahun pertama agar kita bisa memahami dan menyelami Dharma, melenyapkan noda batin dan kemelekatan, serta memahami hukum sebab akibat. Karena itulah, saya sering berkata bahwa kita harus memahami hukum sebab akibat.

Mengapa ada orang yang dipenuhi kerisauan dalam kehidupan sehari-hari? Mengapa ada keluarga yang hubungan orang tua dan anak-anak tidak harmonis? Mengapa masyarakat begitu tidak tenteram? Mengapa bumi begitu rentan? Semua makhluk menimbulkan noda dan kegelapan batin serta menciptakan karma buruk kolektif sehingga unsur tanah, air, api, dan angin menjadi tidak selaras. Demikianlah hukum sebab akibat. Karena itulah, Buddha mengajari kita untuk terjun ke tengah masyarakat agar bisa melihat yang baik dan buruk.


Noda batin adalah Bodhi. Di tengah masyarakat, terdapat berbagai jenis noda batin. Dengan terjun ke tengah masyarakat, kita bisa memahami kebenaran lewat noda batin dan penderitaan mereka. Contohnya saat terjadi bencana, kita menjangkau lokasi bencana dan melihat banyak penderitaan. Kita tidak melekat pada siapa yang menerima, siapa yang memberi, dan apa yang diberikan. Kita rela bersumbangsih dengan cinta kasih karena semua makhluk adalah setara. Dengan berbagai metode terampil, Buddha mengajari kita untuk tidak hanya membawa manfaat bagi diri sendiri, tetapi juga terjun ke tengah masyarakat hingga orang-orang bisa menerima kita. Agar orang-orang bisa menerima kita, kita harus menerima mereka terlebih dahulu. Jika kita enggan bersikap ramah dan mendekatkan diri dengan orang lain, malah bersikap sombong, siapa yang ingin dekat dengan kita? Tidak ada.

Karena itu, Buddha berkata bahwa untuk mencapai kebuddhaan, kita harus menjalin jodoh baik terlebih dahulu. Setiap orang memiliki tabiat yang berbeda. Kita harus menyesuaikan diri dengan tabiat mereka, lalu menginspirasi dan membimbing mereka. Demikianlah praktik Bodhisatwa. Jika bisa melatih diri di masyarakat, maka secara alami, kebijaksanaan kita akan berkembang. Berhubung noda batin adalah Bodhi, maka untuk mengembangkan kebijaksanaan,  kita harus melatih diri di tengah noda batin. Saya pernah berkata bahwa besi yang sudah berkarat bisa ditempa menjadi peralatan yang bermanfaat, tetapi butuh oven dengan api yang menyala-nyala. Besi itu harus dibakar di dalam api yang menyala-nyala hingga membara, baru dikeluarkan untuk ditempa. Kalian tahu cara kerja pandai besi? Besi yang membara ditempa, lalu kembali dibakar. Setelah itu, besinya dikeluarkan dan ditempa lagi. Besi itu terus ditempa untuk menghilangkan karatnya agar bisa menjadi peralatan yang bermanfaat.


Demikian pula dengan menapaki Jalan Bodhisatwa. Kita harus terjun ke tengah masyarakat bagai besi berkarat yang dimasukkan ke dalam oven. Kita harus mampu menanggung ujian dari berbagai jenis noda dan kegelapan batin semua makhluk. Jika bisa melewati ujian dari noda dan kegelapan batin ini, maka jiwa kebijaksanaan kita akan bertumbuh dan kita bisa mencapai kebuddhaan. Demikianlah Buddha menjadi Yang Maha Sadar di Alam Semesta. Jika kita tidak terjun ke tengah masyarakat yang penuh noda dan kegelapan batin, bagaimana kita bisa tersadarkan? Buddha mengajari kita bahwa setiap orang memiliki hakikat kebuddhaan. Kelak, kalian juga akan mencapai kebuddhaan.

Dalam Sutra Bunga Teratai, ada satu bab yang mengulas tentang Bodhisatwa Sadaparibhuta. Saat beliau terjun ke tengah masyarakat, sebagian orang meremehkannya saat melihatnya, tetapi beliau tetap sangat sopan dan membungkukkan badan pada mereka dengan penuh rasa hormat. Saat orang-orang meremehkannya dan berniat untuk memukul atau melemparinya dengan batu, beliau segera menghindar, lalu membungkukkan badan dan berkata, “Saya tidak berani meremehkan kalian karena kelak, kalian juga akan mencapai kebuddhaan.” 


Kita bisa menerapkan kebenaran ini sekarang. Kini, dengan lebih banyak bersumbangsih dan menjalin jodoh baik dengan semua makhluk, berarti kita memberi persembahan kepada Buddha masa depan. Apakah kalian paham? (Paham) Saat ada yang membutuhkan atau mengalami kesulitan dan kita menolong mereka, berarti kita sedang menjalin jodoh baik dengan mereka dan memberi persembahan kepada Buddha masa depan. Lihatlah, kini dunia penuh dengan bencana. Apa yang harus kita lakukan agar pertukaran empat musim, empat unsur alam, dan kondisi iklim kembali seperti sediakala? Satu-satunya cara adalah dengan membangkitkan ketulusan dan cinta kasih serta menyucikan hati lebih banyak orang. Inilah satu-satunya cara.

Bodhisatwa sekalian, cinta kasih universal adalah resep mujarab untuk melenyapkan penderitaan di tengah masyarakat. Kita membentangkan jalan dengan cinta kasih universal. Tzu Chi membentangkan inci demi inci jalan dengan cinta kasih dan menginspirasi orang-orang dengan jalinan kasih sayang. Jadi, Bodhisatwa sekalian, saya berharap kalian dapat menyerap ajaran saya. Terjun ke masyarakat untuk bersumbangsih, inilah cara menapaki Jalan Bodhisatwa.


Inilah yang ingin Buddha ajarkan pada kita. Buddha berharap kita dapat bersumbangsih di tengah masyarakat dan memberi persembahan kepada Buddha masa depan. Kini, banyak orang yang dilanda penderitaan di seluruh dunia. Dalam hidup ini, setelah bersumbangsih, kita baru akan merasa bahwa kita telah melakukan kebaikan yang membuat kita berpuas diri. Inilah nilai hidup kita. Jadi, mari kita senantiasa bersungguh hati serta lebih tekun dan bersemangat.

Memahami hukum sebab akibat dan berpegang pada prinsip kebenaran

Menempa diri menjadi orang yang berguna

Memberi persembahan dengan tulus kepada Buddha masa depan

Membentangkan jalan dengan cinta kasih yang merupakan resep mujarab

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 7 Juni 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Li Lie

Ditayangkan tanggal 9 Juni 2018

Editor: Yuliati
The beauty of humanity lies in honesty. The value of humanity lies in faith.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -