Ceramah Master Cheng Yen: Memberi Secara Langsung sebagai Wujud Praktik Enam Paramita
Kini di seluruh dunia banyak pengungsi yang tak memiliki tempat tinggal dan tidak tahu harus ke mana. Di Laut Mediterania terlihat perahu yang kelebihan muatan. Itu sangat berbahaya. Akibatnya, banyak orang meninggal di tengah laut meski mungkin juga banyak yang selamat. Mereka sangat menderita.
Kita juga melihat anak-anak yang masih kecil sudah harus menempuh banyak bahaya. Banyak juga anak-anak yang menjadi yatim piatu di pengungsian. Karena itu, badan-badan PBB terus menyerukan agar orang-orang mengulurkan cinta kasih. Namun, bagaimana caranya? Dari mana kita harus memulai? Agar kekuatan cinta kasih kita dapat langsung menjangkau mereka, kesulitan yang harus dihadapi sungguh banyak. Namun, kita juga melihat insan Tzu Chi tengah menyerukan praktik nyata untuk membuka pandangan anak-anak agar mereka dapat turut merasakan penderitaan orang-orang di dunia. Dengan begitu, mereka juga dapat melihat penderitaan anak-anak seusia mereka sehingga mereka mampu menyadari berkah, menghargai berkah yang mereka miliki, dan dapat kembali menciptakan berkah. Ini adalah sebuah inspirasi yang murni.
Kita
juga melihat pendidikan seperti ini juga dijalankan
bukan hanya di Sekolah Tzu Chi. Murid
sekolah lain juga bersedia bersumbangsih bagi anak-anak
pengungsi. Mereka menyediakan waktu untuk menulis
ucapan dan membuat lukisan.
“Saya menggambar Suriah dan Taiwan yang bergandengan tangan. Ini menggambarkan bahwa kita adalah teman baik.”
“Saya menulis kami di Taiwan mengasihi mereka. Kami akan membantu mereka.”
Semoga dunia damai, jangan ada perang saudara.”
“Kami tidak melupakan kalian, bertahanlah.”
Lewat kekuatan para relawan, kita bisa menyampaikan semua doa dan ucapan itu kepada anak-anak Suriah yang hidup dalam pengungsian. Para relawan mengantarkan semua ucapan itu secara langsung kepada mereka. Makna dari semua ini sungguh besar. Setiap gambar dan ucapan yang dibuat dapat sampai ke tangan anak-anak di pengungsian.
Anak-anak
di sana juga membalas dengan lukisan. Ada yang menggambar seseorang dengan
wajah menderita dan berderai air mata. Air matanya adalah
darah yang berwarna merah. Ini menggambarkan penderitaan para
pengungsi. Mereka bagai meneteskan air mata darah.
Ada pula yang menggambar dua belah hati yang digabungkan menjadi satu hati yang utuh. Saya menggambar hati ini, separuh adalah Suriah, separuh adalah Taiwan, karena meski kini kami jauh dari Suriah dan harus hidup di Yordania, tetapi ada relawan Tzu Chi yang menjaga kami sehingga kami merasa bagai pulang ke Suriah. Ini sungguh membahagiakan. Dengan adanya cinta kasih yang sempurna ini, mereka yang memberi dan menerima sama-sama bersyukur.
Mereka memberi dengan cinta kasih dan menerima dengan rasa syukur. Rasa syukur, rasa hormat, dan cinta kasih ini dapat melapangkan jalan kita untuk menyampaikan cinta kasih kepada para pengungsi. Mereka bukan hanya menerima cinta kasih kita. Anak-anak kita di sini juga mengumpulkan uang logam untuk membantu anak-anak pengungsi agar dapat bersekolah, memiliki sandang dan pangan, dan dapat berobat di kala sakit.
Baik
di Turki maupun di Yordania, relawan Tzu Chi memberi bantuan
menyeluruh. Semua ini adalah tindakan nyata yang
kita lakukan bagi para pengungsi. Kita telah melihat
bahwa di dunia ini kekuatan cinta kasih haruslah
diwujudkan secara nyata. Untuk itu, kita
harus terus menyebarkan semangat ini.
Semangat Bodhisatwa dunia ini berasal dari ajaran Buddha. Setelah menerima ajaran Buddha, kita menapaki Jalan Bodhisatwa dan menjalankan berbagai praktik Enam Paramita. Bodhisatwa menggunakan berbagai cara untuk membantu mereka yang membutuhkan dan mencari jalan untuk menjangkau orang-orang yang menderita guna menghibur batin mereka dan melenyapkan penderitaan mereka. Agar jangkauannya lebih luas, tentu dibutuhkan lebih banyak orang.
Kita juga melihat bahwa sejak tahun lalu relawan Tzu Chi Eropa mulai bersumbangsih di Serbia secara bergantian. Mereka terus bersumbangsih hingga sekarang. Setiap hari, kita menyediakan makanan sebanyak dua kali bagi para pengungsi. Ini masih kita lakukan hingga sekarang. Selain itu, berhubung beberapa tahun lalu kita pernah memberi bantuan di Bosnia, maka kini sudah ada sekelompok anak muda dari Bosnia yang turut membantu di Serbia. Mereka membantu kita mendampingi dan menjaga para pengungsi. Beberapa anak muda ini sangat berdedikasi. Mereka juga bersedia mengikuti pelatihan relawan. Tahun ini, di Serbia ada seorang pengusaha yang telah melihat sumbangsih Tzu Chi yang penuh rasa hormat dan cinta kasih bagi para pengungsi selama beberapa tahun ini sehingga merasa terharu.
Pengusaha ini mengutarakan keinginannya untuk menyediakan pakaian musim panas tahun ini. Namun, beliau berharap relawan Tzu Chi dapat membantunya untuk membagikan pakaian musim panas itu kepada para pengungsi. Kini para relawan telah tiba di Serbia.
Inilah cara insan Tzu Chi menyebarkan benih cinta kasih di seluruh dunia. Kita berharap benih ini dapat menjadi pohon kecil, lalu tumbuh menjadi pohon-pohon besar yang kembali melahirkan benih cinta kasih hingga menjadi tak terhingga. Demikianlah insan Tzu Chi menyebarkan semangat ajaran Buddha untuk mengairi batin setiap orang sehingga dapat bertumbuh. Saya berterima kasih kepada semua relawan yang bersumbangsih di seluruh dunia.
Anak-anak
diajarkan untuk menyadari berkah setelah melihat penderitaan
Melakukan praktik
nyata dengan memberi bantuan secara langsung
Kekuatan cinta
kasih dipertahankan dalam jangka panjang
Dari satu butir
benih menjadi hutan yang tak terhingga
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 26 Mei 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 28 Mei 2017
Editor: Metta Wulandari