Ceramah Master Cheng Yen: Memberikan Bantuan kepada Korban Gempa Bumi.
“Rumah kami miring. Rumah di seberang kami roboh. Jadi, kami sedang meninggalkan tempat ini. Rumah kami sudah miring.”
Akibat guncangan gempa bumi semalam, banyak bangunan di Hualien yang roboh ataupun miring. Melihat gedung yang miring itu, hati saya benar-benar terasa hampa. Ini mengingatkan saya akan gempa bumi 21 September 1999.
Dalam perjalanan saya kali ini, kebetulan saya terus memikirkan gempa bumi 21 September 1999. Dalam beberapa acara di wilayah tengah, saya terus mengingatkan orang-orang untuk tidak melupakan gempa bumi 21 September 1999dan membina hati penuh rasa syukur.
Gempa bumi 21 September 1999 sungguh meninggalkan luka yang mendalam. Janganlah kita melupakan dampak dari gempa bumi tersebut. Inilah yang terus saya ulas dalam acara-acara di Taichung dan Nantou.
Saat saya tiba di Stasiun Hualien, kepala RS kita memberi tahu saya di peron bahwa Hualien diguncang gempa bumi besar. Sambil berjalan, beliau bercerita bahwa gempa bumi besar itu terjadi sehari sebelum saya pulang. Saat gempa bumi terjadi, ada pasien yang sedang menjalani operasi. Saat membahas hal ini, semua orang masih merasa takut. Menurut para geolog, gempa bumi akan kerap terjadi tahun ini. Ini akibat siklus gempa di Taiwan. Tidak lama setelah kabar ini beredar, gempa bumi pun mulai mengguncang Taiwan.
Gempa bumi kali ini kembali menimbulkan dampak serius. Ini sungguh menakutkan. Saat berada di Taichung, saya berkata bahwa kesedihan saya tak bisa diungkapkan dengan kata-kata dan hati saya terasa hampa pascagempa 21 September 1999. Saat berkunjung ke Taichung, saya berulang kali berkata demikian. Saat ini, yang saya rasakan sama seperti saat itu. Saya tidak bisa mengatakan apa-apa lagi. Saya sungguh sangat sedih. Kelak, bagaimana kita memulihkan sendi kehidupan di Hualien?
Yang kita ketahui sekarang, ada tiga gedung yang mengalami kerusakan serius. Entah berapa banyak gedung yang mengalami kerusakan ringan dan rumah warga yang mengalami kerusakan. Sungguh, setiap orang harus membangkitkan cinta kasih. Saya terus mengingatkan orang-orang untuk bermawas diri dan berhati tulus. Kita sungguh harus bermawas diri dan berhati tulus.
Sejak semalam hingga kini, insan Tzu
Chi terus bersumbangsih dengan kekuatan cinta kasih. Sepanjang malam di Griya
Jing Si, kita terus menyiapkan teh jahe dari sekitar pukul satu dini hari.
Berhubung cuaca sangat dingin, para bhiksuni di Griya Jing Si terus menyiapkan
teh jahe dan bubur Jing Si. Para korban bencana bisa meminum teh jahe agar
tidak kedinginan dan memakan bubur Jing Si agar tidak kelaparan.
Pagi ini, saat saya pergi ke dapur, para bhiksuni berkata bahwa mereka masih terus menyiapkan minuman dan makanan hangat bagi korban bencana. Selain menyediakan makanan dan minuman, kita juga membagikan selimut dan tempat tidur lipat. Sejak tadi malam hingga pagi ini, cuaca sangatlah dingin, tetapi insan Tzu Chi tetap bersumbangsih tanpa henti. Mereka terus mendampingi para korban bencana. Melihat sebagian warga tidak mengenakan pakaian yang menghangatkan, saya sungguh merasa tidak tega.
Saat ini, saya juga sangat khawatirkarena cuaca sangat dingin.Warga pasti merasa takut karena terjadinya gempa bumi. Mereka sangat menderita. Kita harus terus mencurahkan perhatian kepada warga Hualien dan mencari cara untuk memulihkan sendi kehidupan mereka.
RS Tzu Chi Hualien juga sangat sibuk. Lebih dari 100 korban luka ringan dan berat dilarikan ke RS Tzu Chi Hualien. Kabarnya, korban luka-luka sekitar 200 orang dan lebih dari 100 orang dilarikan ke rumah sakit kita. Di antaranya, ada dua orang yang telah meninggal dunia saat tiba di rumah sakit kita. Inilah ketidakkekalan. Kehidupan manusia tidaklah kekal. Ketidakkekalan bisa datang dalam sekejap.
Di antara para korban gempa, ada beberapa turis yang sebelum tidur masih dengan gembira merencanakan tujuan wisata mereka hari ini. Ada pula yang merencanakan apa yang akan mereka lakukan hari ini. Kita tidak bisa memprediksi apa yang akan terjadi di detik berikutnya. Inilah ketidakkekalan. Saya sungguh sedih melihatnya.
Kesedihan saya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Hati saya terasa hampa. Intinya, kita harus ingat bahwa kehidupan manusia tidaklah kekal. Jadi, kita harus menggenggam waktu dan kehidupan untuk melindungi bumi dan menghimpun kekuatan cinta kasih.
Tema berpadu dalam cinta kasih untuk mewujudkan dunia yang penuh kasih sayang dan selangkah demi selangkah membentangkan jalan untuk melindungi bumi harus kita praktikkan secara nyata.Dalam kehidupan sehari-hari, kita harus bersumbangsih dengan kekuatan cinta kasih.
Lihatlah kegigihan para relawan lansia yang terus bersumbangsih demi bumi. Salah seorang relawan yang dilantik tahun ini telah berusia 96 tahun. Sesungguhnya, sudah 20 tahun lebih dia melakukan daur ulang. Dia bisa menjalankan berbagai fungsi, seperti daur ulang dan konsumsi. Dia sangat ahli memasak.
Dalam kehidupan manusia, makanan sangat penting. Contohnya dari semalam hingga pagi ini, saat penyaluran bantuan dimulai, para bhiksuni di Griya Jing Sijuga mulai menyiapkan makanan hangat. Agar para relawan kita bisa berfokus menyalurkan bantuan di luar, kita pun mendukung mereka dengan menyiapkan makanan dan minuman. Mereka terus bekerja di dapur dari sekitar pukul satu dini hari hingga sekarang. Jadi, makanan juga sangat penting.
Kita masih akan terus menyiapkan makanan
bagi para korban bencana. Kekuatan cinta kasih kita tidak terputus. Lakukan
saja hal yang benar tanpa memikirkan usia kita. Lakukanlah hal yang harus
dilakukan tanpa ditunda-tunda.
Guncangan gempa bumi
kembali menimbulkan dampak serius
Bencana besar yang terjadi mengingatkan kita
untuk bermawas diri
Menghimpun cinta kasih universal untuk
menyalurkan bantuan
Tenaga medis bergerak
untuk meringankan penderitaan korban bencana
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 7 Februari 2018
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 9 Februari 2018
Editor: Metta Wulandari