Ceramah Master Cheng Yen: Membersihkan Noda Batin dan Mempraktikkan Dharma
“Saya sangat bersyukur atas jalinan jodoh kami pada tahun 2017. Saat itu, Kakak Luo Ming-xian dan Yang Guan-xin mengajak kami pulang untuk membersihkan Griya Jing Si. Demikianlah jalinan jodoh ini yang membuat relawan Tzu Chi Taiwan Tengah pulang ke sini. Ketika Master sedang melakukan perjalanan untuk menghadiri Pemberkahan Akhir Tahun, kami mengajak semua anggota Tzu Cheng dan komite di Taiwan Tengah untuk ikut membersihkan Griya Jing Si,” kata Lin Cong-ming relawan Tzu Chi.
“Kali ini, kami menggabungkan pelatihan jangka pendek dengan kegiatan bersih-bersih menjelang akhir tahun. Karena itu, orang yang berpartisipasi menjadi lebih banyak. Kita sendiri juga hendaknya menggenggam kesempatan ini. Saya memberi tahu semua orang bahwa setelah kegiatan bersih-bersih kali ini, kita tidak tahu kapan bisa datang lagi untuk bersih-bersih. Jadi, kita semua harus menggenggam kesempatan ini. Begitu kita melewatkannya, kesempatan ini tidak akan ada lagi,” kata Yang Guan-xin relawan Tzu Chi.
“Saat membersihkan alat penyedot asap di dapur, kami harus masuk ke dalamnya untuk membersihkan asap minyak yang sangat tebal. Jadi, kami menyiapkan kacamata pelindung, masker N95, helm, dan jas hujan. Kami juga menerapkan semua langkah-langkah keamanan,” lanjut Yang Guan-xin.
"Asap minyak ini terlalu tebal sehingga jika hanya dibersihkan setahun sekali, akan membutuhkan waktu yang lama. Karena itu, kami menyarankan kepada Guru De Yu untuk melakukan pembersihan setiap enam bulan sekali. Para relawan yang profesional dalam hal ini bersedia mengikuti pelatihan jangka pendek dengan melakukan bersih-bersih setiap enam bulan sekali,” pungkas Yang Guan-xin.
“Setiap orang yang telah menggenggam kesempatan ini merasakan sukacita dalam Dharma. Setiap jalinan jodoh sangatlah unik. Jika kita tidak menggenggam saat ini, mungkin ke depannya tidak ada kesempatan seperti ini lagi. Master memberi tahu kita bahwa hukuman terbesar dalam hidup ialah penyesalan. Jika kita tidak melakukannya, kita akan menyesal. Kita tidak boleh meninggalkan penyesalan dan harus terus melangkah maju di bawah bimbingan Master,” kata Luo Ming-xian relawan Tzu Chi.
Saya sangat bersyukur karena jalinan jodoh kita begitu dalam dan langgeng. Griya Jing Si adalah rumah kita. Semua orang bertekad pulang ke rumah untuk melakukan bersih-bersih secara besar-besaran. Di mana ada ruang, pasti ada debu. Demikian pula dengan pelatihan diri kita. Jika kita dapat mempertahankan tekad pelatihan dan berjalan di jalan kebenaran setiap hari, jalan itu akan menjadi lebih bersih. Sebaliknya, jika kita jarang berjalan di jalan ini, jalan tersebut akan ditumbuhi rumput dan tanahnya menjadi longgar. Ketika turun hujan, tanah itu akan mudah terbawa oleh air. Lalu, ke mana perginya tanah ini?
Tanah tersebut terbawa hingga ke saluran air dan daerah yang lebih rendah, lalu menumpuk di sana. Namun, jika kita sering berjalan di jalan ini, jalan ini akan menjadi lebih stabil dan kokoh sehingga saat turun hujan, tanahnya tidak akan mudah longsor dan saluran air tidak cepat dipenuhi tanah berpasir. Ini adalah prinsip yang pasti.
Ketika berjalan di jalan kebenaran dan mendongakkan kepala untuk melihat ke atas, kita dapat melihat langit yang tinggi dan tidak ada puncaknya. Jadi, dengan kita menjalankan pelatihan diri, tidak ada batasan untuk segala hal dan tiada hal yang menghalangi pikiran kita. Tidak peduli apa pun masalahnya, kita tidak akan terkungkung oleh ruang. Dengan berhati lapang, secara alami kita dapat memiliki pikiran yang murni. Dengan demikian, hati kita akan selalu bersih tanpa noda. Ini semua bergantung pada kondisi pikiran kita.
Jika kondisi kesadaran kita selalu jernih, kita akan selalu berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan menjaga diri untuk tidak terjerumus dalam kejahatan. Jadi, mempelajari ajaran Buddha berarti kita terus memperbaiki diri dan membuat kemajuan. Ketika seseorang terjerumus dalam kejahatan, dia akan terus terjebak di sana. Lalu, bagaimana dengan kita? Kita sungguh dipenuhi berkah karena dapat mendengar ajaran Buddha. Kita semua memiliki hakikat kesadaran yang sama.
Kita hendaknya mencerahkan diri sendiri, melapangkan hati, dan juga mencerahkan makhluk lain. Jadi, kelompok Bodhisatwa ini bukan berlatih hanya demi pencapaian pribadi. Dengan hanya satu atau dua orang, hal yang bisa dilakukan hanya sebatas itu saja dan kekuatannya juga sangat terbatas. Dengan bekerja sama dalam kelompok, kita akan memiliki lebih banyak kekuatan. Tidak peduli apa pun misinya, kita dapat menjalankannya dengan baik.
Saya telah melihat kalian membersihkan Griya Jing Si dengan naik ke tempat-tempat yang tinggi dan masuk ke dalam saluran air. Kita bisa membayangkan benda-benda yang menumpuk di sana selama ini telah membuat area tersebut menjadi kotor dan menghasilkan bau yang sangat tidak sedap. Jika saluran air tidak dibersihkan, kotoran di sana akan makin tebal. Jadi, ada banyak relawan yang pulang untuk membersihkan rumah kita ini.
Dengan membersihkan lingkungan, mereka juga membersihkan batin mereka. Lingkungan dan batin sama-sama bersih. Saya benar-benar sangat bersyukur. Namun, kegiatan bersih-bersih sungguh tidak mudah. Intinya, dengan adanya tekad dan kekuatan ikrar, para relawan membersihkan rumah kita dengan kesungguhan hati. Mereka mengerahkan segenap kekuatan untuk membersihkan setiap sudut yang kotor. Mereka semua bersumbangsih secara sukarela. Inilah cara mereka melatih jiwa dan raga.
Kita juga seharusnya menunjukkan kepada orang lain bagaimana kita membersihkan jiwa dan raga setiap hari, sama seperti membersihkan lingkungan. Dibersihkan setiap enam bulan sekali dengan setahun sekali tentu sangat berbeda. Alangkah baiknya jika kita bisa membersihkannya setiap hari. Namun, itu mungkin terjadi hanya jika kita memiliki waktu setiap hari. Jadi, waktu, ruang, dan hubungan antarmanusia sama-sama penting.
“Kami bukan hanya pulang untuk melakukan pekerjaan rumah. Kami juga mengikuti cara hidup dan aktivitas para bhiksuni di Griya Jing Si setiap hari, yaitu sehari tidak bekerja, sehari tidak makan. Pada kegiatan bersih-bersih kali ini, kami sangat berterima kasih kepada para bhiksuni yang telah bersungguh hati menetapkan area yang harus dibersihkan setiap hari dan menyiapkan banyak alat untuk keperluan bersih-bersih," kata Wu Qin-tang relawan Tzu Chi.
“Ketika kami melakukan bersih-bersih, para bhiksuni juga berulang kali mengingatkan kami untuk mengutamakan keselamatan. Semua orang sungguh-sungguh bersumbangsih dengan cinta kasih dan sepenuh kekuatan. Meski tubuh terasa sangat lelah saat melakukan bersih-bersih, tetapi setelah melihat rumah kita menjadi bersih dan terlihat lebih segar, kami semua merasa sangat puas," pungkas Wu Qin-tang.
Saya benar-benar berterima kasih. kepada kalian semua yang datang ke sini untuk menjalankan pelatihan diri secara sukarela. Kalian melatih dan mengembangkan diri sendiri serta memikul tanggung jawab atas dunia. Inilah ladang pelatihan kita. Kita semua bagaikan satu keluarga. Ini juga merupakan sebuah jalinan jodoh berkah.
Saya sering mengatakan bahwa untuk mencapai kebuddhaan, kita harus menjalin jodoh baik terlebih dahulu. Untuk menjalin jodoh baik, kita harus senantiasa bergandengan tangan dan bekerja sama satu sama lain, baik sebagai pasangan suami istri maupun anggota Tzu Cheng. Dengan menjaga dan memperindah ladang pelatihan kita ini, kita memperlihatkan kepada orang-orang di seluruh dunia bahwa inilah dunia Tzu Chi, ladang pelatihan Tzu Chi, dan Jalan Bodhisatwa yang dibentangkan oleh Tzu Chi. Saya benar-benar sangat bersyukur.
Membersihkan noda batin dan giat mempraktikkan jalan kebenaran
Memandang langit yang biru dengan hati yang lapang dan pikiran yang murni
Menghimpun kekuatan untuk mencerahkan diri sendiri dan makhluk lain
Menjalin jodoh berkah dan membentangkan Jalan Bodhisatwa di dunia
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 08 Januari 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet
Ditayangkan Tanggal 10 Februari 2024